Wednesday 23 December 2015

INTERMEZO 2 (Membongkar persoalan & mendudukkan persoalan pada tempatnya - Bagian 2)

Kemudian kita bahas juga anggapan orang yang mengatakan bahwa penulis merupakan orang yang penuh tipu muslihat & serakah, yang ingin memiliki segalanya (harta, tahta, & wanita) dengan cara mudah. Sebelum membahasnya kita perlu ketahui dulu bahwa untuk mencapai puncak gunung yang memungkinkan kita untuk memiliki sudut pandang yang lebar & jauh, kita harus mendaki gunung terlebih dahulu untuk sampai di puncak. Setelah sampai di puncak, kita dapat melihat & menikmati pemandangan alam di sekeliling kita, di samping itu, kita juga dapat merasakan kebebasan & kepuasan memandangi cakrawala langit yang seolah tak berbatas. Berdasarkan perumpamaan ini, maka kemampuan penulis dalam melihat permasalahan tidaklah dapat disebut sebagai tipu muslihat jika penulis menggunakannya untuk membuat tulisan-tulisan yang berisi tentang hal-hal yang positif & bermanfaat. Jika masih ada yang mendebat hal ini & menganggap penulis bersembunyi di balik topeng kebaikan untuk menyembunyikan keburukan penulis, maka agar menjadi lebih objektif, silahkan menelusuri perjalanan penulis dari awal hingga akhir, bahkan kalau perlu menelusuri silsilah keturunan penulis sampai ke nenek moyang penulis untuk lebih menguatkan kemungkinan apakah penulis mungkin untuk melakukan hal itu/tidak. Katakanlah bahwa saran penulis terlalu berlebihan & siapa juga yang mau repot menelusuri latar belakang penulis sampai sejauh itu. Jika seperti itu, maka apakah selama ini ada tulisan penulis yang mengarahkan kepada hal-hal yang negatif? Bukankah penulis selama ini banyak menulis hal-hal yang mengajak kepada hal-hal yang positif? Jika masih ada yang mendebatnya, maka penulis akan bertanya pada mereka, apakah mereka bisa membedakan orang baik & orang jahat? Orang yang benar & orang yang salah? Katakanlah mereka kesulitan untuk membedakannya, jika seperti itu, maka selama yang penulis lakukan adalah menyebarkan ide positif & menginspirasi orang lain, maka apa yang jadi masalahnya? Selanjutnya kita bahas persoalan tentang anggapan yang mengatakan bahwa penulis adalah orang yang serakah. Tidak dipungkiri bahwa penulis menginginkan segalanya, harta melimpah, tahta yang luas, & wanita yang banyak, tetapi jika kita mau berkata sejujurnya, bukankah kebanyakan pria akan menginginkan hal serupa? Di atas itu semua, meskipun penulis menginginkan segalanya, tapi penulis hanya akan mendapatkan semuanya itu dengan cara & jalan yang dibolehkan & tidak terlarang. Jadi apa yang jadi masalahnya? 

Setelah membahas beberapa hal di atas, kita bahas juga persoalan yang biasa diangkat & dijadikan isu untuk memojokkan penulis, yang mengatakan bahwa penulis adalah peselingkuh, pengingkar janji, pembohong, & memanfaatkan harta & tahta orang lain. Untuk persoalan seingkuh dengan perempuan lain sudah pernah dibahas dalam tulisan penulis sebelumnya, yang penulis definisikan sebagai perbuatan terlarang seseorang yakni dengan memuaskan hasrat dirinya kepada lawan jenis tanpa ikatan pernikahan, walaupun orang tersebut sudah memiliki suami/istri. Karena penulis masih jomblo & bukan pelaku pergaulan bebas, maka orang yang menyebut penulis sebagi peselingkuh adalah jelas merupakan fitnah. Sedangkan yang menganggap penulis ingkar janji atas apa yang telah diikrarkan, maka dahulu penulis memang pernah berniat untuk membangunkan Indonesia yang sedang tertidur pulas & untuk mewujudkan hal itu, saat ini penulis semakin mendapatkan tempatnya setelah penulis terjun di dunia tulis menulis yang merupakan minat-bakat & bidang yang dikuasai penulis. Penulis menyatakan buah pikirannya serta menyalurkan & mewujudkan ide-idenya tentang gerakan memajukan Indonesia melalui tulisan. Dengan demikian niat penulis yang pernah disampaikan pada suatu waktu di masa lalu, yang dianggap sebagai janji, telah ditunaikan oleh penulis dalam bentuk tulisan-tulisan tentang Gerakan Memajukan Indonesia di masa kini.

Jika ada yang mendebat hal itu & mengatakan bahwa yang dimaksud adalah ingkar janji terhadap perempuan tersebut, maka penulis tidak menyangkal jika pernah mengatakan sesuatu terhadap perempuan tersebut, tetapi perempuan tersebut juga telah mengatakan sesuatu kepada penulis. Jadi, jika yang dikatakan penulis dianggap sebagai janji, maka yang dikatakan perempuan tersebut juga bisa disebut sebagai janji. Jika penulis & perempuan tersebut berpisah maka itu artinya satu sama lain saling mengingkari janji. Jadi, jika ada yang memojokkan penulis dengan isu ingkar janji ini, maka tidak bisa hanya menyebut penulis sebagai satu-satunya pihak yang ingkar janji karena di sini ada juga pihak perempuan yang ikut terlibat di dalamnya. Perpisahan ini tidak lain merupakan hasil dari perkembangan persoalan yang sudah berjalan sampai sejauh ini & hingga seperti ini. Perpisahan tersebut dimulai dari masalah lama yakni ketidaksetujuan dari pihak perempuan terhadap penulis yang kemudian ditambah lagi masalah baru yakni keputusan penulis untuk berpoligami, sehingga perpisahan tersebut tetap terjadi hingga sekarang. Sebenarnya saat ini, masalahnya akan menjadi mudah terpecahkan ketika pihak perempuan bersedia dipoligami sehingga masing-masing pihak tak perlu saling ingkar janji jika memutuskan untuk berpisah. Berhubung masing-masing pihak tetap bertahan & tidak mengambil jalan tengah untuk mendamaikan ego masing-masing dalam menyelesaikan masalah ini, maka perpisahan adalah jalan terbaik meskipun harus saling mengingkari janji. Jadi isu ingkar janji ini sudah tidak pada tempatnya jika terus digunakan untuk memojokkan penulis, karena isu ingkar janji itu akan berbalik lagi pada pihak perempuan tersebut.

Kemudian kita bahas juga orang-orang yang memojokkan penulis sebagai tukang bohong. Untuk menanggapi pernyataan tersebut, maka penulis sederhanakan permasalahan tentang penulis ke dalam 2 sisi. Sisi pertama adalah sosok penulis yang ada di dalam kenyataan & sisi ke dua adalah sosok penulis yang tergambar di dalam tulisan. Jika yang dimaksud bahwa penulis berbohong dalam hal menuliskan sosok dirinya yang tidak sesuai dengan kenyataan, maka penulis sampaikan di sini bahwa tulisan penulis adalah termasuk karya fiksi, jika ada kemiripan cerita & tokoh di dalamnya, maka hal itu merupakan unsur kesengajaan, karena berbagai cerita versi penulis dibuat untuk mengimbangi berbagai cerita versi/yang dibuat orang lain. Jadi sekarang penulis adalah salah satu penulis karya fiksi yang menggunakan bermacam sosok orang yang dibutuhkan, di mana penulis berperan sebagai sosok tokoh utama yang membentuk serangkaian peristiwa untuk kemudian menyusunnya sebagai suatu cerita. Katakanlah karya fiksi yang dibuat penulis tidak bisa digunakan untuk memojokkan penulis sebagai seorang pembohong, sehingga para pendebat tersebut beralih berkata bahwa di dunia nyata penulis banyak berkata bohong, maka kita harus tahu apa itu "bohong". "Bohong" berarti "tidak sesuai kenyataan", "berkata bohong" berarti "berkata tidak sesuai kenyataan". Di antara sekian banyak kata-kata, ada kata-kata/rayuan gombal yang diucapkan untuk merayu lawan jenis dengan kata-kata berlebihan yang tidak sesuai kenyataan. Karena penulis di dunia nyata masih jomblo & belum pernah pacaran, sehingga bisa dikatakan bahwa penulis sangatlah sedikit mengucapkan rayuan gombal kepada lawan jenis & itu artinya tidak banyak kata bohong yang diucapkan penulis. Dengan demikian orang yang berkata bahwa di dunia nyata penulis banyak berkata bohong, berarti orang tersebut sendirilah yang berkata bohong karena berkata tidak sesuai kenyataan. Jika masih tidak terima & mendebat hal ini, maka pernahkah orang tersebut bertemu & bersama penulis selama beberapa waktu lamanya di dunia nyata? Jika belum pernah, berarti informasi tentang penulis yang orang tersebut dapatkan, patut dipertanyakan asal usul & kebenarannya. Sekedar mengingatkan, bahwa jangan sampai karena terlalu benci pada penulis sehingga harus mencari-cari & mengada-ada tentang kesalahan & keburukan yang dilakukan penulis, karena penulis bagaikan cermin yang dapat merefleksikan balik apa yang kalian cari-cari & ada-adakan itu kepada diri kalian sendiri.

Kemudian soal anggapan yang menyudutkan penulis bahwa penulis memanfaatkan harta & tahta orang lain, maka sebelum membahasnya, penulis kemukakan dahulu kata bijak yang dikatakan orang paling bijak yang menyebutkan bahwa sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dengan dasar ini maka penulis memiliki keinginan untuk menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Sehingga penulis berusaha membuat tulisan-tulisan yang sifatnya menggugah & menyadarkan orang-orang, yang termasuk di dalamnya adalah orang yang berharta & berkuasa agar tergerak & bergabung ke dalam gerakan memajukan Indonesia. Bukankah dengan bergabung dalam gerakan memajukan Indonesia, maka masing-masing dari kita akan memiliki peran & andil dalam usaha memajukan Indonesia? & ketika kita punya peran & andil dalam usaha memajukan Indonesia, bukankah kita akan merasa bangga & berjasa saat Indonesia berhasil maju? & di atas semua itu, bukanlah dengan begitu, akhirnya kita menjadi orang yang berguna bagi bangsa Indonesia/orang banyak? & hal itu berarti kita menjadi sebaik-baik orang. Tidakkah kita ingin menjadi sebaik-baik orang? Katakanlah ada yang merasa dirugikan, tapi bukankah pengorbanan itu (kerugiannya) akhirnya berdampak pada kemajuan Indonesia? Jika ada yang masih protes atas kerugian yang dideritanya, maka penulis sampaikan padanya bahwa tidak ada pengorbanan yang sia-sia selama pengorbanannya adalah untuk kebaikan & demi tujuan yang besar. Apabila masa hidup kita masih cukup, bisa jadi balasan atas pengorbanan tersebut akan kita terima di dunia ini suatu saat nanti ketika sudah tiba waktunya.

Kemudian kita bahas juga orang yang memprotes penulis sebagai orang yang suka mengatur orang padahal penulis sendiri tidak suka diatur & didikte. Sebelum menanggapinya, kita ingat lagi permasalahan yang dulu pernah terjadi hingga saat ini, di mana penulis seolah-olah dijadikan sebagai objek untuk disorot & dicari-cari kesalahan serta keburukannya. Jika dipandang secara positif, memang berbagai sorotan itu sebenarnya baik untuk penulis karena akan memberikan masukan positif terhadap berbagai kesalahan & kekurangan yang ada pada penulis sehingga penulis dapat memperbaikinya agar bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Tapi yang jadi masalahnya adalah, sorotan itu terkadang hanya untuk mencari-cari kesalahan & keburukan penulis yang kemudian digunakan sebagai bahan hinaan, lelucon, cemoohan, ejekan, yang pada akhirnya bertujuan untuk menjatuhkan & merendahkan penulis. Siapapun pasti ingin berubah menjadi lebih baik lagi, jadi segala kritik & masukan yang membangun, tentunya ingin sekali kita ambil & terapkan pada diri kita yang mendapat kritik. Tapi tiap orang punya kemampuan berbeda-beda dalam menerima & menerapkan kritik & saran tersebut terhadap dirinya sendiri, sehingga ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga bisa berubah atau bahkan membutuhkan waktu yang singkat untuk bisa berubah. Berangkat dari hal itu semua, penulis tidak bermaksud mengkritik, menyarankan, & mengatur orang lain, tetapi penulis hanya  memperlihatkan/menggambarkan bagaimana suatu hal yang ideal diterapkan dalam kehidupan dengan kata lain penulis bermaksud membumikan suatu hal ideal yang terlalu melangit/di awang-awang/sulit dimengerti & sulit dipraktekkan menjadi gambaran yang sederhana, mudah dimengerti & mudah dilakukan. Jadi penulis berusaha menggambarkan keindahan dari suatu impian ideal yang dibangun berdasarkan realitas/situasi & kondisi yang senyata mungkin, untuk mengajak & menginspirasi orang lain agar ikut bergabung mewujudkan impian tersebut. Jadi penulis tidaklah bermaksud mengatur orang lain tetapi mengajak & mempengaruhi orang lain, yang kemudian atas kesadarannya sendiri, mereka berubah & teratur dengan sendirinya.

Bisa jadi ada lagi yang mendebat penulis dengan mengatakan bahwa penulis menjebak mereka dalam jeratan cinta yang hanya menguntungkan penulis & merugikan mereka. Maka penulis akan berkata, bukankah sejak awal penulis tidak memaksa para perempuan tersebut untuk cinta pada penulis? Bukankah cinta itu muncul dengan sendirinya pada penulis? Katakanlah ada yang tidak ingin jatuh cinta pada penulis, tapi apakah ada yang bisa mengelak & menghindar dari cinta yang merupakan anugerah alam? Alam tidak akan memberikan rasa cinta seseorang pada orang lain tanpa alasan, entah alasan cinta itu muncul karena kelebihan fisik & materi yang dipunya/karena kecocokan psikologis/karena kekayaan hatinya. Katakanlah ada yang terlanjur terjerat cintanya penulis, tetapi, jika ada yang tidak ingin jatuh cinta pada penulis, bukankah mereka dapat pergi meninggalkan penulis & mencari pengganti penulis yang menurutnya lebih baik dari penulis? Katakanlah jika ada yang sangat mencintai penulis sehingga tidak bisa berpaling dari penulis, maka bukankah masalahnya sederhana, penulis ingin berpoligami, sehingga jika ingin tetap bersama penulis, maka relakanlah penulis untuk berpoligami. Kalau tidak rela dimadu karena merasa tersakiti & menderita jika dipoligami, maka lebih baik mereka merenungkan besarnya rasa sakit & derita yang diterima ketika memaksakan diri bersama dengan penulis yang ingin berpoligami, agar mereka bisa lebih memantapkan niat untuk berpisah dengan penulis. Jika ada lagi yang membahas hal lainnya, dalam rangka untuk mempengaruhi penulis, dengan mengatakan bahwa banyak orang yang tulus mencintai penulis bahkan di antaranya adalah berasal dari kalangan terpandang & bukan orang sembarangan, sehingga bertanya apakah tidak sayang & menyesal jika mereka akhirnya mundur karena penulis memutuskan untuk berpoligami? Penulis akan mengatakan bahwa awalnya penulis lebih condong pada monogami, dikarenakan perkembangan yang terjadi hingga saat ini, maka penulis memutuskan untuk berpoligami. Jika mereka akhirnya mundur karena keputusan penulis tersebut, maka penulis akan mempersilahkan mereka. Meskipun mereka sangat menarik karena cantik, berharta & bertahta besar, tapi penulis tidak mau terjebak lagi dalam kisah lama yang berputar-putar tanpa ujung. Jadi untuk menyederhanakan masalahnya, sekarang penulis fokus pada persoalan intinya yakni dengan pertanyaan: mau/tidak dipoligami? Jika tidak mau dipoligami berarti kita tidak sejalan, sehingga carilah pria lain yang sejalan & bisa diajak monogami. Jika bersedia dipoligami, maka mari kita bangun jalan & pikirkan bagaimana mewujudkan pernikahan poligami yang membahagiakan.

Secara ringkas tulisan ini hanya dimaksudkan untuk mendudukkan perkara pada tempat yang semestinya. Bagi para pecinta penulis yang masih bertahan, maka agar tidak terlalu sakit hati & menderita, berjuanglah untuk menghalau & bertahan menghadapi berbagai kabar miring & fitnah, walaupun harus tertatih & terjatuh, teruslah melangkah sejauh kemampuan yang dipunya sebagaimana yang telah penulis lakukan hingga mencapai posisi seperti saat ini. Jika kalian benar-benar mencintai penulis, maka seharusnya kalian tahu apa yang harus dilakukan sebagaimana yang telah penulis uraikan dalam tulisan-tulisan penulis sebelumnya. Selain itu jika cinta kalian tulus kepada penulis, maka seharusnya ulah pembenci penulis yang berusaha dengan bermacam cara untuk memisahkan kita & membuat kalian sakit hati & menderita agar menyerah, tidaklah membuat kalian mudah berputus asa karena banyak pengalaman berharga yang kita dapat di masa lalu sebagai pelajaran untuk mendewasaan diri dalam mengatasi permasalahan serupa di masa kini. Bagi yang menyerah karena sudah tidak bisa bertahan, maka agar bisa hidup tenang & bahagia, mantapkan keputusan untuk melangkah ke depan tanpa terombang-ambing lagi dalam permasalahan di masa lalu yang telah lewat. Yakinkan diri bahwa penulis bukanlah orang yang tepat untuk kalian, tetapi ada pria lain di luar sana yang lebih tepat untuk kalian. Jadi tak perlu lagi buang-buang waktu & memperumit masalah, karena solusi masalah kalian selama ini adalah sederhana, yakni kubur masa lalu, kemudian mewujudkan masa depan dengan membangun masa kini bersama pria yang bisa memberikan kebahagiaan & bukan penderitaan. Bagi pendatang baru, tujuan penulis adalah memajukan Indonesia & menikah poligami, jika ingin menjadi pendamping penulis, maka pastikan bahwa kalian siap berbagi, siap dimadu, siap diduakan, siap ditigakan, & siap diempatkan. Jika tidak siap melakukan hal tersebut, lebih baik jangan berharap & berkeinginan untuk menjadi pendamping penulis, karena seperti dalam pengalaman yang sudah pernah terjadi, memaksakan diri tanpa ada kerelaan berbagi hanya akan memberi sakit hati & derita. Lebih baik kita menjalin hubungan sebatas pertemanan & sebagai saudara sebangsa & setanah air yang saling membantu memajukan Indonesia.

No comments:

Post a Comment