Wednesday 2 May 2018

May Day, Hari Majikan Memperingati Buruhnya. Sebuah sudut pandang lain.

Setiap kali berbicara may day, maka buruh seolah menjadi objek pembahasannya. Memang benar dan tidak ada yang salah dengan hal itu.

Tapi bagaimana jika sudut pandang pembahasannya diubah? May day yang biasanya kita sebut dengan hari untuk memperingati buruh, kita ubah menjadi hari majikan untuk memperingati buruhnya.

Jika kita ubah sudut pandangnya, maka penekanan siapa yang menjadi fokus dari subjek atau pelaku peringatan hari buruh pun berubah. Dari yang awalnya may day diperingati oleh buruh menjadi may day diperingati oleh majikan.

Memang akan terlihat aneh dan tidak mungkin hal itu terjadi, karena pada umumnya, yang kuat dan yang berkuasa adalah yang menang.

Karena majikanlah yang kuat dan yang berkuasa sehingga tidak mungkin dia mau repot-repot memperingati hari buruh. Malah ketika para buruh bersusah-susah dan berpanas-panas turun ke jalan, sang majikan dengan santainya menikmati liburan di rumah atau bahkan menikmati liburan di tempat wisata.

Kalau kita renungkan, sebenarnya para buruh memiliki peran yang besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Ketika seluruh karyawan mogok total, maka perusahaan akan langsung kelimpungan.

Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Ada tarik menarik antara kebutuhan hidup sehari-hari para buruh dan tuntutan para buruh kepada perusahaan. Ketika buruh melakukan mogok total, otomatis suplay kebutuhan sehari-harinya pun terkendala. Sehingga bagi para buruh yang tidak memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, maka mereka akan berpikir seribu kali untuk melakukan mogok kerja hanya karena menuntut hak-haknya kepada perusahaan.

Sedangkan dari sisi majikan, karena memiliki uang yang banyak, mogok kerja beberapa hari yang dilakukan buruhnya, tidak sampai menimbulkan masalah yang berarti atau sampai membuat si majikan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, meskipun akan menimbulkan kerugian yang besar.

Kita tidak membahas pertikaian atau perlawanan siapa melawan siapa dalam hal buruh dan majikan ini. Karena apapun jenis pertikaiannya, pada akhirnya hanya akan menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.

Yang kita bahas di sini adalah bagaimana mengkompromikan kedua belah pihak ini agar dapat selaras dengan mimpi besar untuk memajukan Indonesia.

Buruh dan majikan adalah dua hal yang berbeda tetapi memiliki hubungan erat dan keterkaitan satu sama lain. Masing-masing memiliki hubungan saling membutuhkan dan bahkan saling ketergantungan satu sama lain. Majikan tidak bisa menjalankan perusahaannya tanpa buruh, dan buruh tidak bisa mendapatkan lapangan pekerjaannya tanpa majikan.

Dari sudut pandang lainnya, majikan mendapatkan keuntungan dari mempekerjakan buruh di perusahaannya dan buruh mendapatkan keuntungan dari bekerja di perusahaan majikannya.

Sehingga kedua belah pihak sebenarnya sama-sama saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain.

Kalaupun masih banyak perusahaan yang tidak memberikan hak-hak pekerjanya secara layak, maka majikan harus memaklumi jika kinerja karyawan tidak maksimal atau bahkan asal-asalan.

Majikan harus mulai berpikir bahwa adanya may day ini berarti para buruh memiliki potensi kekuatan yang sangat besar. Ketika solidaritas seluruh buruh di Indonesia menyatu, maka apalah daya yang bisa dilakukan perusahaan yang besar sekalipun.

Tapi kita tidak perlu terlalu jauh berpikir ke arah sana, karena selama perusahaan memikirkan nasib buruhnya dengan baik, maka buruhnya pun akan memikirkan nasib perusahaannya dengan baik. Yang mana hal ini akan menimbulkan sikap loyal dari para buruh sehingga pada akhirnya para buruh akan mendedikasikan seluruh kemampuannya untuk memajukan perusahaannya.

Hal ini karena berdasarkan pada pemikiran yang sederhana, buruh mencari penghidupan di perusahaan, sehingga jika perusahaannya sukses, maka masa depan penghidupan buruh tersebut pun terjamin. Dan sebaliknya, jika perusahaannya bangkrut, maka penghidupan buruh tersebut di perusahaannya pun hilang.

Para buruh sebenarnya pun akan semakin bersemangat dalam bekerja ketika ada keselarasan antara kesuksesan perusahaan dengan kesejahteraan buruhnya. Ketika perusahaan semakin besar, kemudian kesejahteraan buruhnya semakin terjamin, maka buruh akan semakin giat dan mencurahkan segala kemampuannya dalam bekerja. Ketika malah sebaliknya, maka buruh akan bekerja biasa-biasa saja atau bahkan malah bekerja asal-asalan.

Jadi peringatan hari buruh ini sebenarnya juga perlu menjadi perhatian dan peringatan bagi para majikan selaku pemilik perusahaan. Jangan karena merasa kuat dan berkuasa serta memiliki uang yang banyak sehingga harus semena-mena terhadap buruhnya.

Jika kita kaitkan dengan mimpi besar memajukan Indonesia, maka para pengusaha harus memiliki visi dan misi untuk membesarkan dan memajukan perusahaanya agar dapat menyokong kemajuan ekonomi Indonesia.

Dan lebih jauh lagi, para majikan harus memiliki mimpi dan misi yang besar, bukan hanya mimpi dan misi kecil untuk mendapatkan keuntungan pribadi saja. Walaupun target perusahaan sangat besar yakni menjadikan perusahaannya mendunia, tapi tetaplah kecil karena mengatasnamakan perorangan. Tapi mimpi dan misi yang besar adalah membesarkan dan memajukan perusahaan hingga tingkat dunia karena ingin membesarkan dan memajukan Indonesia.

Selamat hari buruh. Jayalah Indonesiaku, jayalah para buruh dan jayalah para pengusaha Indonesia.

Tuesday 1 May 2018

Bercinta dengan Tulisan

Mungkin ini karena efek kerinduan menggebu pada dunia tulis menulis yang sempat agak lama terhenti sehingga seolah diri ini terasa berat untuk meninggalkan kegiatan menulis walau hanya sebentar.

Belum sampai hitungan minggu atau hari bahkan hitungan jam, tiba-tiba rasa diri ini muncul dan ingin kembali menuliskan segala pemikiran dan perasaannya ke dalam tulisan.

Ibarat kata, saat ini, penulis dan tulisannya bagaikan dua sejoli yang sedang di mabuk asmara dan sulit untuk dipisahkan.

Yang ada dalam pikiran dan perasaan penulis adalah tulisan. Mau makan, ingat dia. Mau nonton, ingat dia, mau tidur, ingat dia. Mau jalan, ingat dia. Mau ke mana saja dan mau apa saja selalu ingat dia. Sehingga kapanpun dan di manapun selalu ingat dia. Seolah dunia dan segala isinya ini hanya tentang penulis dan tulisannya.

Memang cinta bagaikan magnet yang akan menarik segala perhatian kita kepada apa yang dicinta.

Menulis memiliki kenikmatan tersendiri dan bisa memberikan candu yang dapat membuat kita ketagihan.

Menulis bisa memberikan efek ekstase yakni seperti memberikan perasaan senang, riang dan gembira yang luar biasa.

Tapi ketika teringat kata-kata bijak yang mengatakan bahwa segala hal yang berlebihan mengandung keburukan, maka penulis berusaha menyadarkan diri dan mengendalikan emosi yang berlebihan tersebut.

Memang keindahan dan kenikmatan yang dirasakan ketika sudah terlanjur jatuh cinta pada dunia tulis menulis sungguh melenakan dan dapat menimbulkan kerinduan yang mendalam terhadapnya, tetapi penulis harus tetap terjaga dan memegang kendali agar tidak terlalu berlebihan terhadapnya.

Agar suatu ketika, saat harus berpisah lagi dengannya karena urusan dan kegiatan penulis di dunia nyata, tidak sampai meninggalkan derita pada hati karena harus jauh darinya untuk sementara waktu.

Menegakkan Rasa Percaya Diri Bangsa Indonesia


Semenjak situasi dan kondisi negara Indonesia yang carut marut dan kemajuan negara lain yang berkembang dengan pesat, seolah kepercayaan diri kepada bangsa sendiri mulai berkurang dan bahkan luntur atau bahkan sekarang sudah tidak ada lagi kepercayaan lagi terhadap bangsanya sendiri.

Seolah apa yang kita sebut kemajuan dan peradaban modern itu melulu adalah bangsa barat, atau teknologi robot adalah negara Jepang, atau budaya K-Pop yang kental dengan fashion dan musik yang digandrungi anak muda adalah negara Korea, atau film Bollywood yang diwarnai dengan tarian dan nyanyian adalah negara India, atau aneka produk murah adalah negara Cina dan lain sebagainya.

Semua itu, memang seperti itulah adanya, tetapi bagaimana dengan Indonesia? Apa yang menjadi ciri khasnya atau kelebihan yang bisa dibanggakan ketika orang Indonesia bertandang ke luar negeri? Apakah terkenal dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW)-nya? Atau bahkan lebih terkenal pulau Bali-nya dibanding negaranya?

Agak sulit juga menemukan kelebihan Indonesia pada beberapa dekade sebelumnya kecuali pada ke dua hal itu. Tetapi di sini bukan maksud penulis memandang sebelah mata negara Indonesia, tetapi kenyataannya memang demikian.

Belum lagi berbagai permasalahan yang terjadi pada TKW Indonesia di negeri orang yang berakibat mereka dinodai majikan, dipenjara, atau bahkan sampai dihukum mati karena alasan apapun. Itupun belum kasus teroris bom Bali yang dulu pernah menggegerkan dunia pariwisata Indonesia, yang menambah sederetan image kurang baik terhadap Indonesia di mata dunia.

Meskipun demikian, bahkan seandainya Indonesia memiliki citra yang buruk di mata dunia, penulis tetap cinta Indonesia, karena di sinilah penulis dilahirkan dan dibesarkan. Karena di sinilah asal muasal nenek moyang penulis.

Tetapi penulis juga tidak menutup mata ketika tahu atau mendengar beberapa prestasi orang-orang atau anak-anak Indonesia yang mendunia baik yang terekspos media atau bahkan yang luput dari pemberitaan. Karena prestasi sekecil apapun adalah suatu pencapaian besar ketika kelasnya adalah kelas dunia.

Kebanyakan orang Indonesia akan merasa bangga ketika dirinya disangkut pautkan dengan luar negeri, apalagi jika negeri yang dimaksud adalah negara maju, karena hal itu akan memiliki gengsi yang tinggi.

Tapi pernahkah ketika merasa bangga dengan negara sendiri ketika kita bertemu dengan warga asing atau artis asing atau tokoh dunia yang datang ke negara kita?

Tentunya kita akan bangga ketika orang besar dunia datang ke Indonesia, tetapi masalahnya ketika kita ditanyai mereka tentang apa yang jadi kelebihan Indonesia di mata dunia atau bahkan malah ditanyai apa yang jadi kelebihan anda sebagai orang Indonesia yang bisa membanggakan negaranya, maka bisa jadi kita akan bingung atau bahkan malah nyali kita menciut karena merasa tidak memiliki kelebihan apa-apa yang bisa dibanggakan untuk Indonesia.

Bagi yang sudah siap dan memiliki gambaran tentang Indonesia, untuk pertanyaan tentang apa kelebihan Indonesia, maka mereka bisa menjabarkan kelebihannya dalam hal kekayaan alamnya, baik dalam hal wisata maupun hasil alamnya serta keanekaragaman budaya dan keluhuran budi pekertinya.

Tetapi bagaimana jika orang asing tersebut menghadapkan kita pada kenyataan bahwa memang benar Indonesia kaya alamnya dan kaya budayanya, tetapi mengapa negara Indonesia tidak bisa maju? Padahal negara-negara maju lainnya tidak begitu kaya dengan alam dan budayanya, tetapi mengapa negaranya bisa maju? Padahal negara-negara maju menganut paham liberal serta pergaulan yang bebas, mengapa negaranya masih bisa maju?

Bahkan orang asing tersebut malah mempengaruhi kita agar mengikuti budaya mereka atau berbalik membanggakan dirinya bahwa dirinya adalah berasal dari negara maju dan kita bagaikan bangsa kecil yang kurang diperhitungkan dunia. Karena kita tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa kecuali kita hanya bisa menggunakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain. Sehingga nyali kita akan semakin ciut bahkan malah kita akan malu ketika menyebut atau membahas tentang Indonesia.

Jika kita mau jujur, maka bangsa Indonesia sebenarnya lebih banyak menjadi konsumen atas segala produk, ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang berasal dari bangsa lain. Hanya sedikit sekali (kalau masih bisa bertahan dari kerasnya persaingan global) produk yang asli buatan Indonesia. Entah itu barang, jasa, informasi, film, dan lain sebagainya.

Bahkan teori ilmu pengetahuan hampir seluruhnya adalah berasal dari bangsa lain. Belum pernah penulis ketahui ada rumus eksak atau sosial yang menggunakan atau berasal dari nama orang Indonesia. Hal ini bukan maksudnya bahwa, karena penulis membuat tulisan tentang Indonesia, maka dalam teori ilmu pengetahuan pun harus ada nama orang Indonesia.

Tetapi yang penulis maksudkan adalah bahwa kerja keras dan sifat pantang menyerah untuk menaklukkan masalah sehingga menghasilkan teori ilmu pengetahuan yang diakui dan dipakai dunia, kebanyakan adalah dilakukan oleh bangsa asing.

Lalu bangsa Indonesia ke mana? Apakah memang tidak ada satu pun bangsa Indonesia yang bertipe pekerja keras dan ulet dalam menaklukkan masalah? Atau apakah bangsa Indonesia adalah bangsa yang kurang bekerja keras dan yang menerima apa adanya, menerima apapun yang dihasilkan bangsa lain?

Tapi penulis yakin ada, meskipun sangat sedikit atau bisa dibilang langka, teori ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh orang Indonesia. Hanya saja kita belum mengetahui teori apa dan siapa nama orang Indonesia tersebut.

Sekarang yang jadi masalahnya adalah, apakah benar dan apakah mungkin Indonesia layak untuk dijajarkan dengan negara-negara besar di dunia?

Jawabannya adalah benar dan mungkin. Karena dalam beberapa hal, Indonesia memiliki kemampuan yang bahkan sanggup mewarnai dan memberikan arah pada perjalanan dunia. Contohnya ketika di jaman Majapahit dengan wilayahnya yang sangat luas atau di jaman presiden Soekarno yang dapat mewarnai percaturan global negara superpower atau di jaman presiden Soeharto yang pernah menjadikan Indonesia sebagai macan asia.

Lalu bagaimana dengan Indonesia sekarang? Untuk hal-hal besar, itu menjadi tugas bagi orang-orang besar yang menyadari kemampuannya. Menjadi tugas mereka untuk memikirkan hal besar apa yang bisa mereka lakukan dengan kemampuan yang mereka miliki.

Karena kemampuan besar yang Tuhan titipkan untuk mereka miliki, tentunya mempunyai tujuan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

Lalu bagaimana dengan rakyat kecil dan orang awam seperti kita yang tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa? Yang bisa kita lakukan adalah melakukan apapun yang bisa kita lakukan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Meskipun kita tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa, lakukanlah saja hal kecil apa yang bisa kita sumbangkan untuk kemajuan bangsa. Walaupun itu hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya, atau sekedar menebarkan senyuman kepada orang lain.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal kecil, tapi itu merupakan hal besar karena dapat mencegah adanya banjir. Tapi jika tidak dilakukan yakni tidak membuang sampah pada tempatnya, maka dapat menguras waktu, tenaga, dan biaya ketika harus mengungsikan warga dan mengatasi masalah banjir.

Begitupula menebar senyum kepada yang lain merupakan hal yang kecil. Tetapi menjadi besar ketika senyuman itu membawa suasana yang ceria dan semangat sehingga kerja menjadi giat dan produktif. Kemudian akhirnya mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat sehingga keuntungan pun berlipat.

Lalu kadangkala ketika kita mendapat tuntutan atau target untuk mencapai hasil yang maksimal yakni dalam hal ini adalah untuk memajukan Indonesia, kita merasa tertekan karena targetnya terlalu besar.

Penulis pun pada awalnya mengalami tekanan yang luar biasa besar terkait dengan tema tulisan yang penulis angkat, yakni tentang Gerakan Memajukan Indonesia (GerMeIn).

Tekanan-tekanan itu karena memikirkan, bagaimana jika tidak berhasil? Bagaimana jika tidak sesuai dengan harapan? Bagaimana jika tidak terbukti? Dan "bagaimana jika" yang lain-lainnya. Belum lagi perasaan malu dan perasaan tidak pantas dan berbagai perasaan yang berkecamuk yang meruntuhkan dan melelehkan kesadaran keberadaan diri yakni perasaan seperti "lebih baik kita menghilang dan tidak pernah ada di dunia ini".

Tapi semua itu harus dihadapi dan dilewati. Dan pada akhirnya yang terpenting bukanlah hasil maksimal yang harus pertama kali kita dapat, tetapi proses mengenali kemampuan diri melalui berbagai kesalahan, kegagalan, kehancuran dari berbagai persoalan yang kita hadapi. Proseslah yang akan membentuk diri kita. Dan dari proseslah kita mengenali seperti apa diri kita, bagaimana diri kita dan siapa diri kita.

Sebenarnya Indonesia bisa dikatakan, hampir memiliki segalanya, mulai dari kekayaan alam dan budaya serta sumber daya manusia yang melimpah. Semua itu merupakan modal besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru.

Yang belum dimiliki Indonesia adalah rasa kepercayaan diri terhadap segala potensi besar yang dimilikinya. Dengan modal yang sebesar itu, Indonesia bisa menjadi negara paling kuat di dunia.

Sehingga orang Indonesia tidak perlu malu dengan bangsanya sendiri dan tidak perlu malu dengan negaranya sendiri.

Jika ada negara lain yang meremehkan Indonesia karena kejelekan ini, itu dan lain sebagainya, maka kita tinggal balik berkata apakah negara anda tidak memiliki kejelekan sama sekali? Jika seluruh kejelekan yang negara anda punya dibukakan kepada semua orang tentunya anda akan malu juga dan tidak akan berani berkata semudah itu untuk meremehkan dan menjatuhkan negara lain.

Jika ada negara lain yang berkata, Indonesia tidak memiliki kelebihan apa-apa dan tidak bisa apa-apa serta tidak ada yang bisa dibanggakan dari Indonesia. Maka kita tinggal menjawab, bahwa negara terdiri dari sekumpulan masyarakat, dan sekumpulan masyarakat terdiri dari individu-individu, jika yang kamu banggakan adalah individu lain yang memiliki prestasi di negaramu, maka kami juga memiliki individu lain yang berprestasi di negara kami yang bisa kami banggakan.

Memang secara keseluruhan, prestasi besar yang diraih Indonesia belum sebanyak dan sebesar negara maju lainnya, tetapi paling tidak, Indonesia bukanlah bangsa penjajah yang mengeksploitasi negara lain demi keuntungan negaranya sendiri.

Jadi sebenarnya, semua negara yang ada di dunia, memiliki kedudukan yang sejajar dan berdaulat. Sehingga tidak ada kata mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah. Semua harus saling menghormati satu sama lain sebagai sesama penduduk bumi yang ingin hidup damai, makmur dan sentosa.

Akhir kata, seperti yang ada pada ungkapan bijak "kita bisa karena biasa", maka sebenarnya Indonesia bisa menjadi negara maju bahkan mungkin lebih maju dibanding negara yang sudah maju sekarang, asalkan seluruh warga Indonesia bahu membahu memaksimalkan potensi dirinya untuk membangun dan memajukan diri di bidangnya masing-masing sehingga secara keseluruhan kemajuan ini pada akhirnya akan membawa dampak kepada kemajuan Indonesia.

Melukis Asa



Penulis bukanlah seorang pelukis yang pandai merangkai bentuk-bentuk, komposisi warna, dan perspektif ke dalam coretan indah di atas kanvas. Meskipun begitu, penulis terkadang memikirkan dan merenungkan bagaimana bisa seorang pelukis dapat menggambarkan suatu ide yang kompleks di pikirannya ke dalam media kanvas persegi empat dengan ukuran yang begitu terbatas.

Bagi penulis, menggambarkan suatu ide atau gagasan dengan sangat jelas dan tuntas sesuai dengan yang diharapkannya, akan membutuhkan berlembar-lembar kertas ukuran kanvas. Tapi bagi seorang pelukis yang ahli, hanya membutuhkan sebuah kanvas untuk menggambarkan seluruh idenya lewat keindahan bentuk, warna dan perspektifnya.

Sampai sekarang penulis kesulitan memahami karya seni lukis ini, kecuali sekedar memahami keindahan lukisannya dalam arti yang umum. Mungkin tandingan seni karya lukis di dunia tulisan adalah puisi. Di mana puisi dapat melukiskan kerumitan ide dan memadatkan makna dengan perlambang dan keindahan kata-kata.

Penulis belum terlalu mahir berpuisi dengan perlambang yang indah. Tapi di sini penulis berusaha melukiskan asa dalam puisi di bawah.

Asa
Diguncang ombak diterpa badai
Meneropong cakrawala tak bertepi
Diombang-ambing angin ke sana ke mari
Melandai dan melambung silih berganti
Ditemani kompas penunjuk arah pergi
Menatap asa dan menghadapi dengan percaya diri
Di ujung sana berharap pada mentari
Menyinari dan menemani sepanjang hari
Di langit berharap pada bintang ini
Menghibur dan memberi mimpi
Dengan semangat tak kenal henti
Memasrahkan diri pada takdir Ilahi