Semenjak situasi dan kondisi negara Indonesia yang carut
marut dan kemajuan negara lain yang berkembang dengan pesat, seolah kepercayaan
diri kepada bangsa sendiri mulai berkurang dan bahkan luntur atau bahkan
sekarang sudah tidak ada lagi kepercayaan lagi terhadap bangsanya sendiri.
Seolah apa yang kita sebut kemajuan dan peradaban modern itu
melulu adalah bangsa barat, atau teknologi robot adalah negara Jepang, atau budaya
K-Pop yang kental dengan fashion dan musik yang digandrungi anak muda adalah
negara Korea, atau film Bollywood yang diwarnai dengan tarian dan nyanyian adalah
negara India, atau aneka produk murah adalah negara Cina dan lain sebagainya.
Semua itu, memang seperti itulah adanya, tetapi bagaimana
dengan Indonesia? Apa yang menjadi ciri khasnya atau kelebihan yang bisa dibanggakan
ketika orang Indonesia bertandang ke luar negeri? Apakah terkenal dengan Tenaga
Kerja Wanita (TKW)-nya? Atau bahkan lebih terkenal pulau Bali-nya dibanding
negaranya?
Agak sulit juga menemukan kelebihan Indonesia pada beberapa
dekade sebelumnya kecuali pada ke dua hal itu. Tetapi di sini bukan maksud penulis
memandang sebelah mata negara Indonesia, tetapi kenyataannya memang demikian.
Belum lagi berbagai permasalahan yang terjadi pada TKW Indonesia
di negeri orang yang berakibat mereka dinodai majikan, dipenjara, atau bahkan
sampai dihukum mati karena alasan apapun. Itupun belum kasus teroris bom Bali
yang dulu pernah menggegerkan dunia pariwisata Indonesia, yang menambah
sederetan image kurang baik terhadap Indonesia di mata dunia.
Meskipun demikian, bahkan seandainya Indonesia memiliki
citra yang buruk di mata dunia, penulis tetap cinta Indonesia, karena di sinilah
penulis dilahirkan dan dibesarkan. Karena di sinilah asal muasal nenek moyang
penulis.
Tetapi penulis juga tidak menutup mata ketika tahu atau
mendengar beberapa prestasi orang-orang atau anak-anak Indonesia yang mendunia baik
yang terekspos media atau bahkan yang luput dari pemberitaan. Karena prestasi
sekecil apapun adalah suatu pencapaian besar ketika kelasnya adalah kelas
dunia.
Kebanyakan orang Indonesia akan merasa bangga ketika dirinya
disangkut pautkan dengan luar negeri, apalagi jika negeri yang dimaksud adalah
negara maju, karena hal itu akan memiliki gengsi yang tinggi.
Tapi pernahkah ketika merasa bangga dengan negara sendiri
ketika kita bertemu dengan warga asing atau artis asing atau tokoh dunia yang
datang ke negara kita?
Tentunya kita akan bangga ketika orang besar dunia datang ke
Indonesia, tetapi masalahnya ketika kita ditanyai mereka tentang apa yang jadi
kelebihan Indonesia di mata dunia atau bahkan malah ditanyai apa yang jadi
kelebihan anda sebagai orang Indonesia yang bisa membanggakan negaranya, maka
bisa jadi kita akan bingung atau bahkan malah nyali kita menciut karena merasa
tidak memiliki kelebihan apa-apa yang bisa dibanggakan untuk Indonesia.
Bagi yang sudah siap dan memiliki gambaran tentang
Indonesia, untuk pertanyaan tentang apa kelebihan Indonesia, maka mereka bisa
menjabarkan kelebihannya dalam hal kekayaan alamnya, baik dalam hal wisata
maupun hasil alamnya serta keanekaragaman budaya dan keluhuran budi pekertinya.
Tetapi bagaimana jika orang asing tersebut menghadapkan kita
pada kenyataan bahwa memang benar Indonesia kaya alamnya dan kaya budayanya,
tetapi mengapa negara Indonesia tidak bisa maju? Padahal negara-negara maju
lainnya tidak begitu kaya dengan alam dan budayanya, tetapi mengapa negaranya
bisa maju? Padahal negara-negara maju menganut paham liberal serta pergaulan
yang bebas, mengapa negaranya masih bisa maju?
Bahkan orang asing tersebut malah mempengaruhi kita agar
mengikuti budaya mereka atau berbalik membanggakan dirinya bahwa dirinya adalah
berasal dari negara maju dan kita bagaikan bangsa kecil yang kurang diperhitungkan
dunia. Karena kita tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa kecuali kita hanya
bisa menggunakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa
lain. Sehingga nyali kita akan semakin ciut bahkan malah kita akan malu ketika
menyebut atau membahas tentang Indonesia.
Jika kita mau jujur, maka bangsa Indonesia sebenarnya lebih
banyak menjadi konsumen atas segala produk, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
informasi yang berasal dari bangsa lain. Hanya sedikit sekali (kalau masih bisa
bertahan dari kerasnya persaingan global) produk yang asli buatan Indonesia.
Entah itu barang, jasa, informasi, film, dan lain sebagainya.
Bahkan teori ilmu pengetahuan hampir seluruhnya adalah berasal
dari bangsa lain. Belum pernah penulis ketahui ada rumus eksak atau sosial yang
menggunakan atau berasal dari nama orang Indonesia. Hal ini bukan maksudnya
bahwa, karena penulis membuat tulisan tentang Indonesia, maka dalam teori ilmu
pengetahuan pun harus ada nama orang Indonesia.
Tetapi yang penulis maksudkan adalah bahwa kerja keras dan
sifat pantang menyerah untuk menaklukkan masalah sehingga menghasilkan teori
ilmu pengetahuan yang diakui dan dipakai dunia, kebanyakan adalah dilakukan
oleh bangsa asing.
Lalu bangsa Indonesia ke mana? Apakah memang tidak ada satu
pun bangsa Indonesia yang bertipe pekerja keras dan ulet dalam menaklukkan
masalah? Atau apakah bangsa Indonesia adalah bangsa yang kurang bekerja keras dan
yang menerima apa adanya, menerima apapun yang dihasilkan bangsa lain?
Tapi penulis yakin ada, meskipun sangat sedikit atau bisa
dibilang langka, teori ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh orang Indonesia.
Hanya saja kita belum mengetahui teori apa dan siapa nama orang Indonesia tersebut.
Sekarang yang jadi masalahnya adalah, apakah benar dan
apakah mungkin Indonesia layak untuk dijajarkan dengan negara-negara besar di dunia?
Jawabannya adalah benar dan mungkin. Karena dalam beberapa
hal, Indonesia memiliki kemampuan yang bahkan sanggup mewarnai dan memberikan
arah pada perjalanan dunia. Contohnya ketika di jaman Majapahit dengan
wilayahnya yang sangat luas atau di jaman presiden Soekarno yang dapat mewarnai
percaturan global negara superpower atau di jaman presiden Soeharto yang pernah
menjadikan Indonesia sebagai macan asia.
Lalu bagaimana dengan Indonesia sekarang? Untuk hal-hal
besar, itu menjadi tugas bagi orang-orang besar yang menyadari kemampuannya.
Menjadi tugas mereka untuk memikirkan hal besar apa yang bisa mereka lakukan
dengan kemampuan yang mereka miliki.
Karena kemampuan besar yang Tuhan titipkan untuk mereka
miliki, tentunya mempunyai tujuan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi banyak
orang.
Lalu bagaimana dengan rakyat kecil dan orang awam seperti
kita yang tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa? Yang bisa kita lakukan
adalah melakukan apapun yang bisa kita lakukan sesuai dengan kemampuan yang
kita miliki.
Meskipun kita tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa,
lakukanlah saja hal kecil apa yang bisa kita sumbangkan untuk kemajuan bangsa.
Walaupun itu hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya, atau sekedar menebarkan
senyuman kepada orang lain.
Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal kecil, tapi itu
merupakan hal besar karena dapat mencegah adanya banjir. Tapi jika tidak
dilakukan yakni tidak membuang sampah pada tempatnya, maka dapat menguras waktu,
tenaga, dan biaya ketika harus mengungsikan warga dan mengatasi masalah banjir.
Begitupula menebar senyum kepada yang lain merupakan hal
yang kecil. Tetapi menjadi besar ketika senyuman itu membawa suasana yang ceria
dan semangat sehingga kerja menjadi giat dan produktif. Kemudian akhirnya
mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat sehingga keuntungan pun berlipat.
Lalu kadangkala ketika kita mendapat tuntutan atau target untuk
mencapai hasil yang maksimal yakni dalam hal ini adalah untuk memajukan
Indonesia, kita merasa tertekan karena targetnya terlalu besar.
Penulis pun pada awalnya mengalami tekanan yang luar biasa
besar terkait dengan tema tulisan yang penulis angkat, yakni tentang Gerakan
Memajukan Indonesia (GerMeIn).
Tekanan-tekanan itu karena memikirkan, bagaimana jika tidak
berhasil? Bagaimana jika tidak sesuai dengan harapan? Bagaimana jika tidak
terbukti? Dan "bagaimana jika" yang lain-lainnya. Belum lagi perasaan
malu dan perasaan tidak pantas dan berbagai perasaan yang berkecamuk yang
meruntuhkan dan melelehkan kesadaran keberadaan diri yakni perasaan seperti "lebih
baik kita menghilang dan tidak pernah ada di dunia ini".
Tapi semua itu harus dihadapi dan dilewati. Dan pada
akhirnya yang terpenting bukanlah hasil maksimal yang harus pertama kali kita
dapat, tetapi proses mengenali kemampuan diri melalui berbagai kesalahan,
kegagalan, kehancuran dari berbagai persoalan yang kita hadapi. Proseslah yang
akan membentuk diri kita. Dan dari proseslah kita mengenali seperti apa diri
kita, bagaimana diri kita dan siapa diri kita.
Sebenarnya Indonesia bisa dikatakan, hampir memiliki
segalanya, mulai dari kekayaan alam dan budaya serta sumber daya manusia yang
melimpah. Semua itu merupakan modal besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara
superpower baru.
Yang belum dimiliki Indonesia adalah rasa kepercayaan diri
terhadap segala potensi besar yang dimilikinya. Dengan modal yang sebesar itu, Indonesia
bisa menjadi negara paling kuat di dunia.
Sehingga orang Indonesia tidak perlu malu dengan bangsanya sendiri
dan tidak perlu malu dengan negaranya sendiri.
Jika ada negara lain yang meremehkan Indonesia karena kejelekan
ini, itu dan lain sebagainya, maka kita tinggal balik berkata apakah negara anda
tidak memiliki kejelekan sama sekali? Jika seluruh kejelekan yang negara anda
punya dibukakan kepada semua orang tentunya anda akan malu juga dan tidak akan
berani berkata semudah itu untuk meremehkan dan menjatuhkan negara lain.
Jika ada negara lain yang berkata, Indonesia tidak memiliki
kelebihan apa-apa dan tidak bisa apa-apa serta tidak ada yang bisa dibanggakan dari
Indonesia. Maka kita tinggal menjawab, bahwa negara terdiri dari sekumpulan masyarakat,
dan sekumpulan masyarakat terdiri dari individu-individu, jika yang kamu
banggakan adalah individu lain yang memiliki prestasi di negaramu, maka kami
juga memiliki individu lain yang berprestasi di negara kami yang bisa kami
banggakan.
Memang secara keseluruhan, prestasi besar yang diraih
Indonesia belum sebanyak dan sebesar negara maju lainnya, tetapi paling tidak,
Indonesia bukanlah bangsa penjajah yang mengeksploitasi negara lain demi
keuntungan negaranya sendiri.
Jadi sebenarnya, semua negara yang ada di dunia, memiliki
kedudukan yang sejajar dan berdaulat. Sehingga tidak ada kata mana yang lebih
tinggi dan mana yang lebih rendah. Semua harus saling menghormati satu sama
lain sebagai sesama penduduk bumi yang ingin hidup damai, makmur dan sentosa.
Akhir kata, seperti yang ada pada ungkapan bijak "kita
bisa karena biasa", maka sebenarnya Indonesia bisa menjadi negara maju
bahkan mungkin lebih maju dibanding negara yang sudah maju sekarang, asalkan seluruh
warga Indonesia bahu membahu memaksimalkan potensi dirinya untuk membangun dan
memajukan diri di bidangnya masing-masing sehingga secara keseluruhan kemajuan
ini pada akhirnya akan membawa dampak kepada kemajuan Indonesia.