Wednesday 2 May 2018

May Day, Hari Majikan Memperingati Buruhnya. Sebuah sudut pandang lain.

Setiap kali berbicara may day, maka buruh seolah menjadi objek pembahasannya. Memang benar dan tidak ada yang salah dengan hal itu.

Tapi bagaimana jika sudut pandang pembahasannya diubah? May day yang biasanya kita sebut dengan hari untuk memperingati buruh, kita ubah menjadi hari majikan untuk memperingati buruhnya.

Jika kita ubah sudut pandangnya, maka penekanan siapa yang menjadi fokus dari subjek atau pelaku peringatan hari buruh pun berubah. Dari yang awalnya may day diperingati oleh buruh menjadi may day diperingati oleh majikan.

Memang akan terlihat aneh dan tidak mungkin hal itu terjadi, karena pada umumnya, yang kuat dan yang berkuasa adalah yang menang.

Karena majikanlah yang kuat dan yang berkuasa sehingga tidak mungkin dia mau repot-repot memperingati hari buruh. Malah ketika para buruh bersusah-susah dan berpanas-panas turun ke jalan, sang majikan dengan santainya menikmati liburan di rumah atau bahkan menikmati liburan di tempat wisata.

Kalau kita renungkan, sebenarnya para buruh memiliki peran yang besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Ketika seluruh karyawan mogok total, maka perusahaan akan langsung kelimpungan.

Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Ada tarik menarik antara kebutuhan hidup sehari-hari para buruh dan tuntutan para buruh kepada perusahaan. Ketika buruh melakukan mogok total, otomatis suplay kebutuhan sehari-harinya pun terkendala. Sehingga bagi para buruh yang tidak memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, maka mereka akan berpikir seribu kali untuk melakukan mogok kerja hanya karena menuntut hak-haknya kepada perusahaan.

Sedangkan dari sisi majikan, karena memiliki uang yang banyak, mogok kerja beberapa hari yang dilakukan buruhnya, tidak sampai menimbulkan masalah yang berarti atau sampai membuat si majikan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, meskipun akan menimbulkan kerugian yang besar.

Kita tidak membahas pertikaian atau perlawanan siapa melawan siapa dalam hal buruh dan majikan ini. Karena apapun jenis pertikaiannya, pada akhirnya hanya akan menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.

Yang kita bahas di sini adalah bagaimana mengkompromikan kedua belah pihak ini agar dapat selaras dengan mimpi besar untuk memajukan Indonesia.

Buruh dan majikan adalah dua hal yang berbeda tetapi memiliki hubungan erat dan keterkaitan satu sama lain. Masing-masing memiliki hubungan saling membutuhkan dan bahkan saling ketergantungan satu sama lain. Majikan tidak bisa menjalankan perusahaannya tanpa buruh, dan buruh tidak bisa mendapatkan lapangan pekerjaannya tanpa majikan.

Dari sudut pandang lainnya, majikan mendapatkan keuntungan dari mempekerjakan buruh di perusahaannya dan buruh mendapatkan keuntungan dari bekerja di perusahaan majikannya.

Sehingga kedua belah pihak sebenarnya sama-sama saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain.

Kalaupun masih banyak perusahaan yang tidak memberikan hak-hak pekerjanya secara layak, maka majikan harus memaklumi jika kinerja karyawan tidak maksimal atau bahkan asal-asalan.

Majikan harus mulai berpikir bahwa adanya may day ini berarti para buruh memiliki potensi kekuatan yang sangat besar. Ketika solidaritas seluruh buruh di Indonesia menyatu, maka apalah daya yang bisa dilakukan perusahaan yang besar sekalipun.

Tapi kita tidak perlu terlalu jauh berpikir ke arah sana, karena selama perusahaan memikirkan nasib buruhnya dengan baik, maka buruhnya pun akan memikirkan nasib perusahaannya dengan baik. Yang mana hal ini akan menimbulkan sikap loyal dari para buruh sehingga pada akhirnya para buruh akan mendedikasikan seluruh kemampuannya untuk memajukan perusahaannya.

Hal ini karena berdasarkan pada pemikiran yang sederhana, buruh mencari penghidupan di perusahaan, sehingga jika perusahaannya sukses, maka masa depan penghidupan buruh tersebut pun terjamin. Dan sebaliknya, jika perusahaannya bangkrut, maka penghidupan buruh tersebut di perusahaannya pun hilang.

Para buruh sebenarnya pun akan semakin bersemangat dalam bekerja ketika ada keselarasan antara kesuksesan perusahaan dengan kesejahteraan buruhnya. Ketika perusahaan semakin besar, kemudian kesejahteraan buruhnya semakin terjamin, maka buruh akan semakin giat dan mencurahkan segala kemampuannya dalam bekerja. Ketika malah sebaliknya, maka buruh akan bekerja biasa-biasa saja atau bahkan malah bekerja asal-asalan.

Jadi peringatan hari buruh ini sebenarnya juga perlu menjadi perhatian dan peringatan bagi para majikan selaku pemilik perusahaan. Jangan karena merasa kuat dan berkuasa serta memiliki uang yang banyak sehingga harus semena-mena terhadap buruhnya.

Jika kita kaitkan dengan mimpi besar memajukan Indonesia, maka para pengusaha harus memiliki visi dan misi untuk membesarkan dan memajukan perusahaanya agar dapat menyokong kemajuan ekonomi Indonesia.

Dan lebih jauh lagi, para majikan harus memiliki mimpi dan misi yang besar, bukan hanya mimpi dan misi kecil untuk mendapatkan keuntungan pribadi saja. Walaupun target perusahaan sangat besar yakni menjadikan perusahaannya mendunia, tapi tetaplah kecil karena mengatasnamakan perorangan. Tapi mimpi dan misi yang besar adalah membesarkan dan memajukan perusahaan hingga tingkat dunia karena ingin membesarkan dan memajukan Indonesia.

Selamat hari buruh. Jayalah Indonesiaku, jayalah para buruh dan jayalah para pengusaha Indonesia.

Tuesday 1 May 2018

Bercinta dengan Tulisan

Mungkin ini karena efek kerinduan menggebu pada dunia tulis menulis yang sempat agak lama terhenti sehingga seolah diri ini terasa berat untuk meninggalkan kegiatan menulis walau hanya sebentar.

Belum sampai hitungan minggu atau hari bahkan hitungan jam, tiba-tiba rasa diri ini muncul dan ingin kembali menuliskan segala pemikiran dan perasaannya ke dalam tulisan.

Ibarat kata, saat ini, penulis dan tulisannya bagaikan dua sejoli yang sedang di mabuk asmara dan sulit untuk dipisahkan.

Yang ada dalam pikiran dan perasaan penulis adalah tulisan. Mau makan, ingat dia. Mau nonton, ingat dia, mau tidur, ingat dia. Mau jalan, ingat dia. Mau ke mana saja dan mau apa saja selalu ingat dia. Sehingga kapanpun dan di manapun selalu ingat dia. Seolah dunia dan segala isinya ini hanya tentang penulis dan tulisannya.

Memang cinta bagaikan magnet yang akan menarik segala perhatian kita kepada apa yang dicinta.

Menulis memiliki kenikmatan tersendiri dan bisa memberikan candu yang dapat membuat kita ketagihan.

Menulis bisa memberikan efek ekstase yakni seperti memberikan perasaan senang, riang dan gembira yang luar biasa.

Tapi ketika teringat kata-kata bijak yang mengatakan bahwa segala hal yang berlebihan mengandung keburukan, maka penulis berusaha menyadarkan diri dan mengendalikan emosi yang berlebihan tersebut.

Memang keindahan dan kenikmatan yang dirasakan ketika sudah terlanjur jatuh cinta pada dunia tulis menulis sungguh melenakan dan dapat menimbulkan kerinduan yang mendalam terhadapnya, tetapi penulis harus tetap terjaga dan memegang kendali agar tidak terlalu berlebihan terhadapnya.

Agar suatu ketika, saat harus berpisah lagi dengannya karena urusan dan kegiatan penulis di dunia nyata, tidak sampai meninggalkan derita pada hati karena harus jauh darinya untuk sementara waktu.

Menegakkan Rasa Percaya Diri Bangsa Indonesia


Semenjak situasi dan kondisi negara Indonesia yang carut marut dan kemajuan negara lain yang berkembang dengan pesat, seolah kepercayaan diri kepada bangsa sendiri mulai berkurang dan bahkan luntur atau bahkan sekarang sudah tidak ada lagi kepercayaan lagi terhadap bangsanya sendiri.

Seolah apa yang kita sebut kemajuan dan peradaban modern itu melulu adalah bangsa barat, atau teknologi robot adalah negara Jepang, atau budaya K-Pop yang kental dengan fashion dan musik yang digandrungi anak muda adalah negara Korea, atau film Bollywood yang diwarnai dengan tarian dan nyanyian adalah negara India, atau aneka produk murah adalah negara Cina dan lain sebagainya.

Semua itu, memang seperti itulah adanya, tetapi bagaimana dengan Indonesia? Apa yang menjadi ciri khasnya atau kelebihan yang bisa dibanggakan ketika orang Indonesia bertandang ke luar negeri? Apakah terkenal dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW)-nya? Atau bahkan lebih terkenal pulau Bali-nya dibanding negaranya?

Agak sulit juga menemukan kelebihan Indonesia pada beberapa dekade sebelumnya kecuali pada ke dua hal itu. Tetapi di sini bukan maksud penulis memandang sebelah mata negara Indonesia, tetapi kenyataannya memang demikian.

Belum lagi berbagai permasalahan yang terjadi pada TKW Indonesia di negeri orang yang berakibat mereka dinodai majikan, dipenjara, atau bahkan sampai dihukum mati karena alasan apapun. Itupun belum kasus teroris bom Bali yang dulu pernah menggegerkan dunia pariwisata Indonesia, yang menambah sederetan image kurang baik terhadap Indonesia di mata dunia.

Meskipun demikian, bahkan seandainya Indonesia memiliki citra yang buruk di mata dunia, penulis tetap cinta Indonesia, karena di sinilah penulis dilahirkan dan dibesarkan. Karena di sinilah asal muasal nenek moyang penulis.

Tetapi penulis juga tidak menutup mata ketika tahu atau mendengar beberapa prestasi orang-orang atau anak-anak Indonesia yang mendunia baik yang terekspos media atau bahkan yang luput dari pemberitaan. Karena prestasi sekecil apapun adalah suatu pencapaian besar ketika kelasnya adalah kelas dunia.

Kebanyakan orang Indonesia akan merasa bangga ketika dirinya disangkut pautkan dengan luar negeri, apalagi jika negeri yang dimaksud adalah negara maju, karena hal itu akan memiliki gengsi yang tinggi.

Tapi pernahkah ketika merasa bangga dengan negara sendiri ketika kita bertemu dengan warga asing atau artis asing atau tokoh dunia yang datang ke negara kita?

Tentunya kita akan bangga ketika orang besar dunia datang ke Indonesia, tetapi masalahnya ketika kita ditanyai mereka tentang apa yang jadi kelebihan Indonesia di mata dunia atau bahkan malah ditanyai apa yang jadi kelebihan anda sebagai orang Indonesia yang bisa membanggakan negaranya, maka bisa jadi kita akan bingung atau bahkan malah nyali kita menciut karena merasa tidak memiliki kelebihan apa-apa yang bisa dibanggakan untuk Indonesia.

Bagi yang sudah siap dan memiliki gambaran tentang Indonesia, untuk pertanyaan tentang apa kelebihan Indonesia, maka mereka bisa menjabarkan kelebihannya dalam hal kekayaan alamnya, baik dalam hal wisata maupun hasil alamnya serta keanekaragaman budaya dan keluhuran budi pekertinya.

Tetapi bagaimana jika orang asing tersebut menghadapkan kita pada kenyataan bahwa memang benar Indonesia kaya alamnya dan kaya budayanya, tetapi mengapa negara Indonesia tidak bisa maju? Padahal negara-negara maju lainnya tidak begitu kaya dengan alam dan budayanya, tetapi mengapa negaranya bisa maju? Padahal negara-negara maju menganut paham liberal serta pergaulan yang bebas, mengapa negaranya masih bisa maju?

Bahkan orang asing tersebut malah mempengaruhi kita agar mengikuti budaya mereka atau berbalik membanggakan dirinya bahwa dirinya adalah berasal dari negara maju dan kita bagaikan bangsa kecil yang kurang diperhitungkan dunia. Karena kita tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa kecuali kita hanya bisa menggunakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain. Sehingga nyali kita akan semakin ciut bahkan malah kita akan malu ketika menyebut atau membahas tentang Indonesia.

Jika kita mau jujur, maka bangsa Indonesia sebenarnya lebih banyak menjadi konsumen atas segala produk, ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang berasal dari bangsa lain. Hanya sedikit sekali (kalau masih bisa bertahan dari kerasnya persaingan global) produk yang asli buatan Indonesia. Entah itu barang, jasa, informasi, film, dan lain sebagainya.

Bahkan teori ilmu pengetahuan hampir seluruhnya adalah berasal dari bangsa lain. Belum pernah penulis ketahui ada rumus eksak atau sosial yang menggunakan atau berasal dari nama orang Indonesia. Hal ini bukan maksudnya bahwa, karena penulis membuat tulisan tentang Indonesia, maka dalam teori ilmu pengetahuan pun harus ada nama orang Indonesia.

Tetapi yang penulis maksudkan adalah bahwa kerja keras dan sifat pantang menyerah untuk menaklukkan masalah sehingga menghasilkan teori ilmu pengetahuan yang diakui dan dipakai dunia, kebanyakan adalah dilakukan oleh bangsa asing.

Lalu bangsa Indonesia ke mana? Apakah memang tidak ada satu pun bangsa Indonesia yang bertipe pekerja keras dan ulet dalam menaklukkan masalah? Atau apakah bangsa Indonesia adalah bangsa yang kurang bekerja keras dan yang menerima apa adanya, menerima apapun yang dihasilkan bangsa lain?

Tapi penulis yakin ada, meskipun sangat sedikit atau bisa dibilang langka, teori ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh orang Indonesia. Hanya saja kita belum mengetahui teori apa dan siapa nama orang Indonesia tersebut.

Sekarang yang jadi masalahnya adalah, apakah benar dan apakah mungkin Indonesia layak untuk dijajarkan dengan negara-negara besar di dunia?

Jawabannya adalah benar dan mungkin. Karena dalam beberapa hal, Indonesia memiliki kemampuan yang bahkan sanggup mewarnai dan memberikan arah pada perjalanan dunia. Contohnya ketika di jaman Majapahit dengan wilayahnya yang sangat luas atau di jaman presiden Soekarno yang dapat mewarnai percaturan global negara superpower atau di jaman presiden Soeharto yang pernah menjadikan Indonesia sebagai macan asia.

Lalu bagaimana dengan Indonesia sekarang? Untuk hal-hal besar, itu menjadi tugas bagi orang-orang besar yang menyadari kemampuannya. Menjadi tugas mereka untuk memikirkan hal besar apa yang bisa mereka lakukan dengan kemampuan yang mereka miliki.

Karena kemampuan besar yang Tuhan titipkan untuk mereka miliki, tentunya mempunyai tujuan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

Lalu bagaimana dengan rakyat kecil dan orang awam seperti kita yang tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa? Yang bisa kita lakukan adalah melakukan apapun yang bisa kita lakukan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Meskipun kita tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa, lakukanlah saja hal kecil apa yang bisa kita sumbangkan untuk kemajuan bangsa. Walaupun itu hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya, atau sekedar menebarkan senyuman kepada orang lain.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal kecil, tapi itu merupakan hal besar karena dapat mencegah adanya banjir. Tapi jika tidak dilakukan yakni tidak membuang sampah pada tempatnya, maka dapat menguras waktu, tenaga, dan biaya ketika harus mengungsikan warga dan mengatasi masalah banjir.

Begitupula menebar senyum kepada yang lain merupakan hal yang kecil. Tetapi menjadi besar ketika senyuman itu membawa suasana yang ceria dan semangat sehingga kerja menjadi giat dan produktif. Kemudian akhirnya mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat sehingga keuntungan pun berlipat.

Lalu kadangkala ketika kita mendapat tuntutan atau target untuk mencapai hasil yang maksimal yakni dalam hal ini adalah untuk memajukan Indonesia, kita merasa tertekan karena targetnya terlalu besar.

Penulis pun pada awalnya mengalami tekanan yang luar biasa besar terkait dengan tema tulisan yang penulis angkat, yakni tentang Gerakan Memajukan Indonesia (GerMeIn).

Tekanan-tekanan itu karena memikirkan, bagaimana jika tidak berhasil? Bagaimana jika tidak sesuai dengan harapan? Bagaimana jika tidak terbukti? Dan "bagaimana jika" yang lain-lainnya. Belum lagi perasaan malu dan perasaan tidak pantas dan berbagai perasaan yang berkecamuk yang meruntuhkan dan melelehkan kesadaran keberadaan diri yakni perasaan seperti "lebih baik kita menghilang dan tidak pernah ada di dunia ini".

Tapi semua itu harus dihadapi dan dilewati. Dan pada akhirnya yang terpenting bukanlah hasil maksimal yang harus pertama kali kita dapat, tetapi proses mengenali kemampuan diri melalui berbagai kesalahan, kegagalan, kehancuran dari berbagai persoalan yang kita hadapi. Proseslah yang akan membentuk diri kita. Dan dari proseslah kita mengenali seperti apa diri kita, bagaimana diri kita dan siapa diri kita.

Sebenarnya Indonesia bisa dikatakan, hampir memiliki segalanya, mulai dari kekayaan alam dan budaya serta sumber daya manusia yang melimpah. Semua itu merupakan modal besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru.

Yang belum dimiliki Indonesia adalah rasa kepercayaan diri terhadap segala potensi besar yang dimilikinya. Dengan modal yang sebesar itu, Indonesia bisa menjadi negara paling kuat di dunia.

Sehingga orang Indonesia tidak perlu malu dengan bangsanya sendiri dan tidak perlu malu dengan negaranya sendiri.

Jika ada negara lain yang meremehkan Indonesia karena kejelekan ini, itu dan lain sebagainya, maka kita tinggal balik berkata apakah negara anda tidak memiliki kejelekan sama sekali? Jika seluruh kejelekan yang negara anda punya dibukakan kepada semua orang tentunya anda akan malu juga dan tidak akan berani berkata semudah itu untuk meremehkan dan menjatuhkan negara lain.

Jika ada negara lain yang berkata, Indonesia tidak memiliki kelebihan apa-apa dan tidak bisa apa-apa serta tidak ada yang bisa dibanggakan dari Indonesia. Maka kita tinggal menjawab, bahwa negara terdiri dari sekumpulan masyarakat, dan sekumpulan masyarakat terdiri dari individu-individu, jika yang kamu banggakan adalah individu lain yang memiliki prestasi di negaramu, maka kami juga memiliki individu lain yang berprestasi di negara kami yang bisa kami banggakan.

Memang secara keseluruhan, prestasi besar yang diraih Indonesia belum sebanyak dan sebesar negara maju lainnya, tetapi paling tidak, Indonesia bukanlah bangsa penjajah yang mengeksploitasi negara lain demi keuntungan negaranya sendiri.

Jadi sebenarnya, semua negara yang ada di dunia, memiliki kedudukan yang sejajar dan berdaulat. Sehingga tidak ada kata mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah. Semua harus saling menghormati satu sama lain sebagai sesama penduduk bumi yang ingin hidup damai, makmur dan sentosa.

Akhir kata, seperti yang ada pada ungkapan bijak "kita bisa karena biasa", maka sebenarnya Indonesia bisa menjadi negara maju bahkan mungkin lebih maju dibanding negara yang sudah maju sekarang, asalkan seluruh warga Indonesia bahu membahu memaksimalkan potensi dirinya untuk membangun dan memajukan diri di bidangnya masing-masing sehingga secara keseluruhan kemajuan ini pada akhirnya akan membawa dampak kepada kemajuan Indonesia.

Melukis Asa



Penulis bukanlah seorang pelukis yang pandai merangkai bentuk-bentuk, komposisi warna, dan perspektif ke dalam coretan indah di atas kanvas. Meskipun begitu, penulis terkadang memikirkan dan merenungkan bagaimana bisa seorang pelukis dapat menggambarkan suatu ide yang kompleks di pikirannya ke dalam media kanvas persegi empat dengan ukuran yang begitu terbatas.

Bagi penulis, menggambarkan suatu ide atau gagasan dengan sangat jelas dan tuntas sesuai dengan yang diharapkannya, akan membutuhkan berlembar-lembar kertas ukuran kanvas. Tapi bagi seorang pelukis yang ahli, hanya membutuhkan sebuah kanvas untuk menggambarkan seluruh idenya lewat keindahan bentuk, warna dan perspektifnya.

Sampai sekarang penulis kesulitan memahami karya seni lukis ini, kecuali sekedar memahami keindahan lukisannya dalam arti yang umum. Mungkin tandingan seni karya lukis di dunia tulisan adalah puisi. Di mana puisi dapat melukiskan kerumitan ide dan memadatkan makna dengan perlambang dan keindahan kata-kata.

Penulis belum terlalu mahir berpuisi dengan perlambang yang indah. Tapi di sini penulis berusaha melukiskan asa dalam puisi di bawah.

Asa
Diguncang ombak diterpa badai
Meneropong cakrawala tak bertepi
Diombang-ambing angin ke sana ke mari
Melandai dan melambung silih berganti
Ditemani kompas penunjuk arah pergi
Menatap asa dan menghadapi dengan percaya diri
Di ujung sana berharap pada mentari
Menyinari dan menemani sepanjang hari
Di langit berharap pada bintang ini
Menghibur dan memberi mimpi
Dengan semangat tak kenal henti
Memasrahkan diri pada takdir Ilahi

Monday 30 April 2018

Mimpi Besar untuk Indonesia: Menyibak Rintangan Pemikiran (Bagian Ke Dua)



Setelah membahas hal-hal pokok yang harus kita buka jalannya pada tulisan sebelumnya, sekarang kita bahas uraian tentang bagaimana menyibak rintangan pemikiran. Apa yang dibahas penulis dalam tulisan sebelumnya hanyalah akan menjadi tulisan belaka tanpa makna, bahkan bisa saja itu hanya akan menjadi dongeng belaka ketika tidak ditindak lanjuti dengan tindakan nyata atau pemikiran untuk mencari solusi atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Untuk itu di sini kita akan bahas bagaimana cara untuk menyibak rintangan-rintangan pemikiran yang biasanya menjadi batu sandungan terbesar setiap kali seseorang akan melakukan sesuatu.

Rintangan pemikiran yang pertama biasanya adalah pemikiran tentang siapa yang akan melakukan hal itu? Mengapa hal ini yang menjadi pertanyaannya? Karena semua yang telah kita bahas sebelumnya adalah sebuah mimpi besar yang merupakan tugas berat yang sulit untuk diwujudkan jadi nyata. Karena beratnya tugas tersebut sehingga masing-masing orang akan merasa keberatan untuk menanggung tugas tersebut. Kemudian jika masing-masing orang tidak bergerak dan hanya berharap ada orang lain yang akan melakukan tugas tersebut, maka mimpi besar tersebut sampai kapanpun sulit atau bahkan tidak akan terwujud.

Sekecil apapun mimpi yang kita miliki, jika kita tidak ada keinginan untuk mewujudkannya, maka mimpi itu tidak akan terwujud. Dan sebaliknya, sebesar apapun mimpi yang kita miliki, jika kita punya keinginan untuk mewujudkannya, maka mimpi tersebut secara perlahan akan terwujud juga.

Sebagai contohnya penulis. Dulu penulis memiliki impian yang sederhana, yakni ingin suatu saat bisa membuat suatu tulisan yang bermanfaat dan bisa dipublikasikan untuk umum. Pada awalnya, penulis hanya bisa membuat tulisan pendek. Bahkan tulisan yang penulis buat pada awal-awal penulisan hanyalah terdiri dari beberapa kalimat. Pernah juga penulis membuat puisi yang terdiri dari beberapa kata dan beberapa baris saja. Sehingga terkesan itu adalah tulisan main-main. Tapi apa yang penulis buat itu tidaklah main-main. Sebelum menyelesaikan pembuatan tulisan itu, penulis sudah berusaha dan berpikir keras untuk merancang kata demi kata dan baris demi baris serta mempertimbangkan aspek keindahan pengungkapan.

Lebih jauh lagi sebelum penulis mulai memiliki keinginan untuk menulis, dahulu penulis senang membuat tulisan singkat, padat, dan penuh makna yang awalnya hanyalah merupakan status yang penulis buat di media sosial. Sambil bercanda dan bermain kreasi kata-kata atau bahkan terlibat dalam seri percakapan panjang dengan teman di sosial media, penulis mulai mengenal bermacam orang, suku, bangsa, ide hingga cinta. Dari sinilah mulai timbul keinginan-keinginan kecil dan sederhana kemudian terus meningkat hingga sekarang.

Pada akhirnya kini, mimpi penulis yang ingin agar bisa membuat tulisan yang bermanfaat dan bisa dipublikasikan untuk umum, terwujud. Meskipun kadar manfaat yang terkandung dari tulisan penulis, hanya para pembacalah yang bisa menilai, dan meskipun jumlah seluruh pembaca tulisan ini penulis tidak tahu, tapi penulis sudah merasakan kepuasan batin karena telah berhasil mewujudkan mimpi kecil yang dulu pernah terasa sulit untuk mewujudkannya.

Hal ini juga berlaku untuk mimpi besar yang akan kita wujudkan bersama-sama. Mengapa kita wujudkan secara bersama-sama? Karena bagi penulis, mewujudkan mimpi kecil dan sederhana saja membutuhkan upaya yang besar dan dengan susah payah, apalagi mimpi besar sebesar negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan dengan luas perairan yang sangat luas, hal ini jelas mustahil jika dilakukan seorang diri.

Tapi apakah mungkin, mimpi besar terwujud jika dilakukan bersama-sama? Semua hal masih mungkin untuk terwujud menjadi nyata jika masih bisa dipikirkan dan masih bisa dibayangkan penerapan atau pelaksanaannya di dunia nyata. Sehingga mimpi besar untuk memajukan Indonesia pun masih memungkinkan untuk terwujud menjadi nyata.

Konsep mewujudkan mimpi besar untuk memajukan Indonesia adalah cukup sederhana, yakni dengan cara membagi-bagi segala dimensi atau aspek yang ada di Indonesia ke dalam bagian-bagian kecil kemudian menugaskan setiap orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing untuk berkarya seluas-luasnya dan sebesar-besarnya untuk memajukan bidang yang dikuasainya itu. Dengan begitu, lambat laun Indonesia pada akhirnya akan mengalami kemajuan.

Jika diringkaskan lagi dengan bahasa yang mudah adalah dengan cara mengenali potensi diri kemudian mendayagunakan potensi tersebut untuk mengembangkan dan memajukan Indonesia. Apabila setiap warga Indonesia telah mengenali potensi dirinya masing-masing dan mendayagunakan potensi tersebut di bidang-bidang yang mereka kuasai maka negara Indonesia tidak lama lagi dapat menjadi negara maju dan besar.

Sehingga rintangan pemikiran pertama yakni siapa yang harus memulai melakukan ini semua? Jawabannya adalah setiap orang Indonesia. Tidak perlu menuntut orang lain harus melakukan ini dan itu, tapi kita lakukan sendiri saja apapun yang kita bisa lakukan. Terserah apa saja, yang penting, yang kita lakukan adalah sesuatu yang menjadi minat, bakat, dan bidang kita masing-masing. Kemudian berkaryalah sebanyak mungkin hingga akhirnya kita dapat menghasilkan karya besar yang bisa dipersembahkan untuk Indonesia dan dunia, sebagai buah kerja keras kita dalam menggeluti apa yang kita sukai.

Termasuk hal ini adalah apa yang dilakukan penulis sekarang. Inilah pemikiran penulis, inilah tulisan penulis, inilah kemampuan penulis dan inilah karya yang bisa penulis persembahkan untuk Indonesia. Meskipun apabila yang dilakukan penulis adalah sesuatu yang remeh dan kecil, tapi inilah manfaat yang bisa diberikan oleh penulis kepada yang lain. Meskipun yang dilakukan penulis adalah sesuatu yang tidak berarti dan tidak memberi pengaruh apa-apa pada kemajuan Indonesia, tapi paling tidak penulis telah berusaha semampunya menorehkan setitik debu di angkasa untuk mewarnai indahnya lukisan cakrawala langit dunia.

Memang penulis memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan atau bahkan keburukan yang membuat penulis menjadi tidak pantas untuk berkata-kata atau berpendapat bijaksana, tetapi ijinkan penulis memberikan secercah manfaat cahaya lilin yang bisa diambil dari pemikiran penulis agar kehidupannya dapat memberi makna dan manfaat kepada yang lain.

Rintangan pemikiran yang ke dua, apakah kita pantas melakukannya atau apakah kita bisa melakukannya? Kita tidak perlu terlalu jauh memikirkan apakah kita pantas melakukannya atau apakah kita bisa melakukannya. Yang terpenting, lakukan saja sekarang apa yang ingin kita lakukan. Tapi dengan catatan, apa yang ingin kita lakukan adalah hal-hal positif dan tidak melanggar aturan.

Pada saat awal-awal penulis membuat tulisan tentang "Gerakan Memajukan Indonesia" atau GerMeIn, penulis kadang kala merasa bahwa penulis tidak pantas atau kadang juga sempat berpikir bahwa apakah penulis "bisa menulis" dan menguraikan secara mendalam sebuah tema besar dan berat mengenai suatu gerakan masif yang mencakup seluruh warga negara Indonesia bahkan jika diperluas lagi menjadi suatu gerakan global yang dapat mengubah tatanan dunia kepada suatu tatanan dunia baru?

Perasaan dan pemikiran yang kurang percaya diri tersebut pada awalnya membuat penulis begitu sensitif dengan sedikit saja omongan atau tulisan orang yang penulis rasa sedang menyinggung apa yang penulis lakukan. Awalnya berat dan memberikan tekanan yang luar biasa karena penulis mengambil resiko besar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap orang sebagai suatu hal yang muluk-muluk dan bagaikan dongeng atau mimpi di siang bolong.

Tapi penulis tidak menyerah, karena apa yang penulis bahas adalah suatu hal yang positif dan tidak ada niat dalam diri penulis untuk sok-sok-an menjadi seorang yang idealis, padahal di dunia nyata, penulis terlihat biasa saja dan tidak memiliki sesuatu yang menonjol, apalagi prestasi yang dapat dibanggakan.

Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah orang biasa dan belum memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Dan penulis juga menyadari bahwa penulis masih memiliki banyak kelemahan, kekurangan, kesalahan, serta keburukan. Tapi penulis hanya berusaha menerapkan sedikit makna dari kata-kata: manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya. Meskipun sedikit yang bisa penulis terapkan dari kata-kata tersebut, tapi hal inilah yang mendasari pemikiran penulis untuk tetap bertahan pada pemikiran tentang Gerakan Memajukan Indonesia (GerMeIn). Walaupun kadang seolah penulis merasa sendirian ketika menyuarakan ide tentang gerakan ini, tapi penulis tidak peduli, karena penulis yakin suatu saat nanti ada orang lain yang akan mendengarkannya dan ikut memperjuangkannya. Entah pada generasi sekarang atau bahkan pada beberapa generasi berikutnya.

Karena sebenarnya Gerakan Memajukan Indonesia adalah gerakan mengenali diri yakni gerakan untuk mengenali potensi diri kemudian mendayagunakan potensi tersebut untuk memberi manfaat kepada yang lain. Ketika kita sudah bisa mengenali diri, maka kita bisa mengenali Tuhan. Mengapa mengenali diri berkaitan dengan mengenali Tuhan? Karena sifat Tuhan dengan kadar yang sangat kecil, ada di dalam diri manusia. Sehingga ketika kita bisa mengenali sifat-sifat terbaik yang ada dalam diri kita, maka kita akan bisa mengenali kesempurnaan dari sifat-sifat Tuhan.

Dengan demikian, sebenarnya gerakan mengenali diri adalah gerakan universal. Mengapa demikian? Karena di dalam seluruh perjalanan hidup manusia, semuanya adalah berisi tentang mengenali dirinya sendiri. Agar memahami maksud pernyataan ini, maka mari kita renungkan bersama, bukankah ketika masih bayi dan anak-anak, semua orang memberitahu dan mengajari siapa nama kita dan bagaimana caranya berpikir, merasa, berkata, bertindak dan lain sebagainya? Kemudian pada saat remaja, dewasa hingga akhir hayat, kita mulai mengenali dan menyadari lingkungan yang ada di sekitar kita serta mulai mengenali diri dan arah hidup ke depan. Jika seseorang sudah sampai pada gambaran tujuan hidupnya, maka seseorang akan menginsafi dan membaktikan dirinya di jalan kebaikan. Oleh karena itu, mengenali diri akan selalu dilakukan setiap manusia di dunia sebagai refleksi dari kemampuan akalnya untuk menyerap, menyadari dan menyatakan keberadaannya berdasarkan konsep diri yang dia kenali.

Tetapi Gerakan Memajukan Indonesia (GerMeIn) yang penulis cetuskan ini, jika diketengahkan pada sejarah perjalanan Indonesia dari awal sampai sekarang, bukanlah konsep atau ide baru. Bahkan tokoh-tokoh besar Indonesia, sebenarnya punya ide atau konsep yang sama, tetapi diutarakan dalam bahasa atau kalimat yang berbeda. Begitu pula pada sebagian orang Indonesia yang memiliki pemikiran dan perjuangan yang besar untuk negaranya, sebenarnya juga memiliki konsep atau ide yang sama dengan penulis, hanya berbeda dalam cara pengungkapannya saja.

Jika ditarik lagi secara garis besar, maka apa yang penulis lakukan ini hanyalah untuk melengkapi dan mewarnai ide-ide ataupun gerakan-gerakan yang sudah ada sebelum yang penulis lakukan. Bahkan kalaupun ada ide atau gerakan yang sudah berjalan dalam cakupan yang lebih besar dan dalam waktu yang lebih lama tentang memajukan Indonesia, maka Gerakan Memajukan Indonesia (GerMeIn) ini dapat melebur di dalamnya sehingga penulis nanti tinggal membantu ikut serta dalam berbagi ide dan pemikiran. Semuanya tinggal diatur dan dikoordinasikan agar gerakannya dapat selaras, serasi, dan seimbang.

Penjelasan panjang dan lebar sebelumnya adalah uraian tentang bagaimana penulis menyibak rintangan tentang pemikiran "merasa tidak pantas dan merasa tidak bisa" untuk memulai dan melakukan apapun yang bisa kita lakukan sesuai dengan potensi diri untuk mengembangkan dan memajukan Indonesia. Pada intinya cara untuk menyibak rintangan pemikiran ini adalah dengan meyakinkan diri bahwa "kita layak dan kita bisa" untuk melakukan apapun yang bisa kita lakukan sesuai dengan minat dan bakat kita dalam rangka memajukan Indonesia.

Rintangan pemikiran ke tiga, merasa pesimis untuk bisa mewujudkan impian besar ini karena banyaknya masalah serta situasi dan kondisi yang sulit atau parah. Jika mendengar berita jumlah uang yang dikorupsi serta deretan pejabat yang tertangkap karena kasus korupsi, maka ada sebagian kita yang akan merasa pesimis untuk bisa memperbaiki negara Indonesia yang sudah rusak seperti itu. Belum lagi masalah-masalah lain seperti masalah narkoba, eksploitasi sumberdaya Indonesia oleh asing, masalah ekonomi yang belum stabil, masalah sosial, dan lain sebagainya. Seolah Indonesia digempur berbagai masalah dari banyak segi, sehingga dalam situasi dan kondisi yang sulit seperti ini, seolah usaha perbaikan yang dilakukan oleh seseorang akan sia-sia. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada sebagian orang yang merasa pesimis untuk mulai melakukan perbaikan terhadap Indonesia. Bahkan ada prediksi bahwa di tahun 2030, Indonesia terancam bubar.

Apakah ketika kita diterpa berbagai kesulitan dan kesusahan kemudian kita hanya bisa menyerah pasrah menunggu waktu untuk menerima kehancuran? Bisa jadi prediksi kehancuran itu benar adanya jika kita hanya diam menerima kekalahan tanpa perjuangan mempertahankan dan membangun kembali reruntuhan yang telah roboh karena ulah oknum bangsa sendiri maupun bangsa asing.

Selama bendera merah putih masih berkibar tinggi, tiada kata akhir dalam memperjuangkan negara Indonesia. Selama tanah air Indonesia masih berdiri kukuh membentang di hamparan bumi pertiwi, maka rakyat Indonesia wajib menjaga dan mempertahankan kedaulatannya dari tangan asing. Selama nama Indonesia masih terukir dalam setiap bayi yang terlahir di bumi Indonesia, maka seluruh warga negara Indonesia wajib membela dengan tumpah darahnya terhadap ancaman dari luar. Selama merah darah kita dan putih tulang kita, maka seluruh bangsa Indonesia wajib menjaga keutuhan negara Indonesia.

Meskipun negara Indonesia dilanda banyak masalah, seluruh bangsa Indonesia harus tetap bersatu dan bersama-sama membangun dan memajukan Indonesia. Tidak perlu memikirkan seberapa parah masalah yang dihadapi negara Indonesia, bagi rakyat kecil yang terpenting adalah hal kecil apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan negara ini dari kerusakan dan kehancuran? Begitupula bagi rakyat yang memiliki kekuasaan yang besar, maka hal besar apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan negara ini dari kerusakan dan kehancuran?

Mengapa rakyat kecil dan besar harus bersama-sama dan ikut bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia? Karena ibarat kata, negara adalah sebuah kapal besar yang menampung seluruh rakyat kecil maupun besar. Ketika ada badai besar kemudian rakyat kecil dan rakyat besar tidak ada kekompakan untuk mempertahankan kapal, maka kapal akan mudah tenggelam. Rakyat kecil ibarat pekerja yang memiliki sebagian kecil sumber daya kapal, sedangkan rakyat besar ibarat tuan yang memiliki sebagian besar sumber daya kapal. Sebenarnya rakyat kecil dan rakyat besar memiliki hubungan yang sangat erat dan saling membutuhkan. Ketika ada kerusakan karena terpaan badai dan ombak, maka yang bekerja memperbaiki dan membangun kembali kerusakan yang ada adalah para pekerja atau rakyat kecil sedangkan rakyat besar sebagai penyedia sumber daya untuk perbaikan tersebut. Ketika mesin kapal mogok dan membuat kapal tidak bisa bergerak, maka seluruh rakyat bahu membahu mendayung kapal bersama-sama. Rakyat kecil mendayung dengan dayung kecilnya, sedangkan rakyat besar dengan dayung besarnya. Kapal tidak mungkin bisa bergerak dengan hanya didayung oleh segelintir rakyat besar dengan dayung besarnya, dan sebaliknya, kapal kesulitan untuk bergerak meski didayung oleh banyak rakyat kecil dengan dayung kecilnya.

Di dunia nyata pun begitu. Pengusaha kaya membutuhkan banyak pekerja (baik langsung maupun tidak langsung) untuk tetap mendukungnya dalam mempertahankan dan menambah kekayaannya. Sedangkan rakyat kecil membutuhkan orang kaya dalam menyediakan lapangan kerjanya. Bahkan sebenarnya kalau mau jujur, sebenarnya konsumen dari sebagian besar kekayaan pengusaha kaya berasal dari rakyat kecil. Bukankah produk atau jasa yang disediakan oleh pengusaha kaya dibeli dan digunakan oleh masyarakat yang pada umumnya adalah termasuk kategori rakyat kecil? Dan itulah mengapa konsep zakat, infak, dan sedekah itu ada di dalam agama, karena salah satunya berkaitan dengan hal ini. Memang agama memiliki konsep dan solusi yang sangat jauh ke depan serta merupakan pedoman terbaik untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan karena berasal dari Tuhan semesta alam yang mengetahui segala yang dibutuhkan manusia.

Apalagi ketika kondisi genting dan darurat seperti ketika ada peperangan, tidak mungkin si kaya hanya mengandalkan seluruh kekayaannya untuk mempertahankan diri, karena dalam peperangan pasti dibutuhkan sejumlah besar prajurit sedangkan jumlah orang kaya cuma segelintir. Jadi rakyat besar dan rakyat kecil saling membutuhkan satu sama lain untuk mempertahankan keberlangsungan negara Indonesia.

Kemudian rintangan pemikiran yang ke empat, pikiran untuk memisahkan diri dari Indonesia sebagai solusi instan untuk mengatasi permasalahan dan kekecewaan terhadap pemerintah. Ketika suatu daerah merasa memiliki sumber daya yang banyak dan besar, kemudian merasa pemerintah tidak adil atau tidak dapat mengelola sumber daya tersebut dengan baik sehingga akibatnya rakyat di daerah tersebut tidak terurus dengan baik atau merasakan kesusahan dan penderitaan hidup, maka kadang kala muncul sebagian rakyat yang memberontak bahkan mendorong adanya ide pemisahan diri dari Indonesia. Ide ini tidak sepenuhnya salah tapi tidak pula sepenuhnya benar. Karena pemisahan diri dari Indonesia ini adalah solusi instan yang tidak selalu akan memecahkan masalah yang dihadapi, bahkan bisa jadi malah akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Karena isu disintegrasi bangsa biasanya akan ditumpangi dengan kepentingan asing yang ingin menguasai sumber daya di wilayah tersebut. Mengapa demikian? Karena di era modern seperti sekarang, penjajahan pun masih ada meskipun dengan cara halus dan tidak kelihatan. Intinya ketika kita tidak bisa bebas mengelola, mengatur dan menentukan sumber daya dan masa depan negara sendiri, berarti kita masih terjajah. Atau ketika kita tidak bisa menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang besar yakni sebagai bangsa Indonesia yang memiliki budaya dan budi pekerti yang luhur, berarti kita masih terjajah.

Apalagi jika pemikiran untuk memisahkan diri dari Indonesia dihadapkan kepada sejarah perjuangan para pahlawan yang berkorban dengan jiwa raganya, maka kita sebagai anak cucu atau generasi penerus dari para leluhur bangsa Indonesia, harusnya malu. Karena mereka berjuang mati-matian untuk mempertahankan kemerdekaan dan mempersatukan negara Indonesia, malah kita dengan mudahnya menghancurkannya. Tidakkah kita renungkan hal itu?

Jika memang pemerintah dianggap tidak bisa mengelola daerah dengan baik, maka solusinya bukan memisahkan diri dari Indonesia, tetapi ganti pemimpin pemerintahnya dan pilihlah pemimpin yang mau dan mampu membangun dan memperjuangkan daerah tersebut agar bisa lebih berkembang dan maju.

Ketika kita memisahkan diri dari Indonesia, maka pemisahan tersebut hanya akan melemahkan kekuatan besar yang kita miliki. Coba kita renungkan, daerah dengan sumber daya alamnya yang tinggi biasanya memiliki kekurangan dalam hal sumber daya manusianya. Begitupun sebaliknya, daerah dengan sumber daya manusianya yang tinggi, biasanya memiliki kekurangan dalam hal sumber daya alamnya. Ini merupakan kenyataan dan merupakan hukum alam karena Tuhan Maha Adil, yang dengan keadilanNYA membagi-bagikan kelebihan dan kekurangan kepada segala sesuatu agar mereka bisa saling mengenal dan bekerjasama serta serta bisa saling berbagi satu sama lain.

Jadi pemisahan diri dari Indonesia bukanlah solusi yang terbaik, karena justru akan membuat kita lemah satu sama lain. Dengan kita saling bersama, maka membuka peluang lebih besar untuk bisa menjadi lebih baik dan maju lebih cepat. Jika kita berpisah, maka akan menghambat dan memperlambat segala kemajuan yang mungkin bisa terwujud ketika kita bisa bersama. Itulah mengapa, pemilihan kepala daerah merupakan persoalan penting dan bukan persoalan main-main. Sehingga harus dipilih pemimpin yang memang bisa membawa kemajuan kepada daerahnya, bukan pemimpin yang berani membayar berapa kepada kita di saat pemilihan kepala daerah berlangsung.

Sementara ini dulu, ide dan pemikiran yang penulis bisa sampaikan kepada para pembaca. Memang pada beberapa bagian, penulis tidak membahasnya secara mendalam karena harap maklum bahwa penulis juga memiliki keterbatasan. Jika para pembaca atau penulis lain ada yang bisa membahasnya secara lebih mendalam, maka dipersilahkan.

Akhir kata, mimpi besar ini adalah sebuah usaha besar dan masif yang tidak bisa dilakukan oleh satu dua orang saja. Tetapi harus didukung oleh seluruh warga negara Indonesia. Karena negara Indonesia adalah milik semua orang Indonesia dan semua orang Indonesia berhak untuk membangun, mengembangkan, dan memajukan Indonesia sesuai dengan minat, bakat, dan bidang yang mampu kita kerjakan.

Lakukanlah dengan hati dan lakukanlah dengan cinta, yakni cinta pada bidang pekerjaan yang kita lakukan dan cinta pada Indonesia.