Wednesday 23 December 2015

INTERMEZO 2 (Membongkar persoalan & mendudukkan persoalan pada tempatnya - Bagian 2)

Kemudian kita bahas juga anggapan orang yang mengatakan bahwa penulis merupakan orang yang penuh tipu muslihat & serakah, yang ingin memiliki segalanya (harta, tahta, & wanita) dengan cara mudah. Sebelum membahasnya kita perlu ketahui dulu bahwa untuk mencapai puncak gunung yang memungkinkan kita untuk memiliki sudut pandang yang lebar & jauh, kita harus mendaki gunung terlebih dahulu untuk sampai di puncak. Setelah sampai di puncak, kita dapat melihat & menikmati pemandangan alam di sekeliling kita, di samping itu, kita juga dapat merasakan kebebasan & kepuasan memandangi cakrawala langit yang seolah tak berbatas. Berdasarkan perumpamaan ini, maka kemampuan penulis dalam melihat permasalahan tidaklah dapat disebut sebagai tipu muslihat jika penulis menggunakannya untuk membuat tulisan-tulisan yang berisi tentang hal-hal yang positif & bermanfaat. Jika masih ada yang mendebat hal ini & menganggap penulis bersembunyi di balik topeng kebaikan untuk menyembunyikan keburukan penulis, maka agar menjadi lebih objektif, silahkan menelusuri perjalanan penulis dari awal hingga akhir, bahkan kalau perlu menelusuri silsilah keturunan penulis sampai ke nenek moyang penulis untuk lebih menguatkan kemungkinan apakah penulis mungkin untuk melakukan hal itu/tidak. Katakanlah bahwa saran penulis terlalu berlebihan & siapa juga yang mau repot menelusuri latar belakang penulis sampai sejauh itu. Jika seperti itu, maka apakah selama ini ada tulisan penulis yang mengarahkan kepada hal-hal yang negatif? Bukankah penulis selama ini banyak menulis hal-hal yang mengajak kepada hal-hal yang positif? Jika masih ada yang mendebatnya, maka penulis akan bertanya pada mereka, apakah mereka bisa membedakan orang baik & orang jahat? Orang yang benar & orang yang salah? Katakanlah mereka kesulitan untuk membedakannya, jika seperti itu, maka selama yang penulis lakukan adalah menyebarkan ide positif & menginspirasi orang lain, maka apa yang jadi masalahnya? Selanjutnya kita bahas persoalan tentang anggapan yang mengatakan bahwa penulis adalah orang yang serakah. Tidak dipungkiri bahwa penulis menginginkan segalanya, harta melimpah, tahta yang luas, & wanita yang banyak, tetapi jika kita mau berkata sejujurnya, bukankah kebanyakan pria akan menginginkan hal serupa? Di atas itu semua, meskipun penulis menginginkan segalanya, tapi penulis hanya akan mendapatkan semuanya itu dengan cara & jalan yang dibolehkan & tidak terlarang. Jadi apa yang jadi masalahnya? 

Setelah membahas beberapa hal di atas, kita bahas juga persoalan yang biasa diangkat & dijadikan isu untuk memojokkan penulis, yang mengatakan bahwa penulis adalah peselingkuh, pengingkar janji, pembohong, & memanfaatkan harta & tahta orang lain. Untuk persoalan seingkuh dengan perempuan lain sudah pernah dibahas dalam tulisan penulis sebelumnya, yang penulis definisikan sebagai perbuatan terlarang seseorang yakni dengan memuaskan hasrat dirinya kepada lawan jenis tanpa ikatan pernikahan, walaupun orang tersebut sudah memiliki suami/istri. Karena penulis masih jomblo & bukan pelaku pergaulan bebas, maka orang yang menyebut penulis sebagi peselingkuh adalah jelas merupakan fitnah. Sedangkan yang menganggap penulis ingkar janji atas apa yang telah diikrarkan, maka dahulu penulis memang pernah berniat untuk membangunkan Indonesia yang sedang tertidur pulas & untuk mewujudkan hal itu, saat ini penulis semakin mendapatkan tempatnya setelah penulis terjun di dunia tulis menulis yang merupakan minat-bakat & bidang yang dikuasai penulis. Penulis menyatakan buah pikirannya serta menyalurkan & mewujudkan ide-idenya tentang gerakan memajukan Indonesia melalui tulisan. Dengan demikian niat penulis yang pernah disampaikan pada suatu waktu di masa lalu, yang dianggap sebagai janji, telah ditunaikan oleh penulis dalam bentuk tulisan-tulisan tentang Gerakan Memajukan Indonesia di masa kini.

Jika ada yang mendebat hal itu & mengatakan bahwa yang dimaksud adalah ingkar janji terhadap perempuan tersebut, maka penulis tidak menyangkal jika pernah mengatakan sesuatu terhadap perempuan tersebut, tetapi perempuan tersebut juga telah mengatakan sesuatu kepada penulis. Jadi, jika yang dikatakan penulis dianggap sebagai janji, maka yang dikatakan perempuan tersebut juga bisa disebut sebagai janji. Jika penulis & perempuan tersebut berpisah maka itu artinya satu sama lain saling mengingkari janji. Jadi, jika ada yang memojokkan penulis dengan isu ingkar janji ini, maka tidak bisa hanya menyebut penulis sebagai satu-satunya pihak yang ingkar janji karena di sini ada juga pihak perempuan yang ikut terlibat di dalamnya. Perpisahan ini tidak lain merupakan hasil dari perkembangan persoalan yang sudah berjalan sampai sejauh ini & hingga seperti ini. Perpisahan tersebut dimulai dari masalah lama yakni ketidaksetujuan dari pihak perempuan terhadap penulis yang kemudian ditambah lagi masalah baru yakni keputusan penulis untuk berpoligami, sehingga perpisahan tersebut tetap terjadi hingga sekarang. Sebenarnya saat ini, masalahnya akan menjadi mudah terpecahkan ketika pihak perempuan bersedia dipoligami sehingga masing-masing pihak tak perlu saling ingkar janji jika memutuskan untuk berpisah. Berhubung masing-masing pihak tetap bertahan & tidak mengambil jalan tengah untuk mendamaikan ego masing-masing dalam menyelesaikan masalah ini, maka perpisahan adalah jalan terbaik meskipun harus saling mengingkari janji. Jadi isu ingkar janji ini sudah tidak pada tempatnya jika terus digunakan untuk memojokkan penulis, karena isu ingkar janji itu akan berbalik lagi pada pihak perempuan tersebut.

Kemudian kita bahas juga orang-orang yang memojokkan penulis sebagai tukang bohong. Untuk menanggapi pernyataan tersebut, maka penulis sederhanakan permasalahan tentang penulis ke dalam 2 sisi. Sisi pertama adalah sosok penulis yang ada di dalam kenyataan & sisi ke dua adalah sosok penulis yang tergambar di dalam tulisan. Jika yang dimaksud bahwa penulis berbohong dalam hal menuliskan sosok dirinya yang tidak sesuai dengan kenyataan, maka penulis sampaikan di sini bahwa tulisan penulis adalah termasuk karya fiksi, jika ada kemiripan cerita & tokoh di dalamnya, maka hal itu merupakan unsur kesengajaan, karena berbagai cerita versi penulis dibuat untuk mengimbangi berbagai cerita versi/yang dibuat orang lain. Jadi sekarang penulis adalah salah satu penulis karya fiksi yang menggunakan bermacam sosok orang yang dibutuhkan, di mana penulis berperan sebagai sosok tokoh utama yang membentuk serangkaian peristiwa untuk kemudian menyusunnya sebagai suatu cerita. Katakanlah karya fiksi yang dibuat penulis tidak bisa digunakan untuk memojokkan penulis sebagai seorang pembohong, sehingga para pendebat tersebut beralih berkata bahwa di dunia nyata penulis banyak berkata bohong, maka kita harus tahu apa itu "bohong". "Bohong" berarti "tidak sesuai kenyataan", "berkata bohong" berarti "berkata tidak sesuai kenyataan". Di antara sekian banyak kata-kata, ada kata-kata/rayuan gombal yang diucapkan untuk merayu lawan jenis dengan kata-kata berlebihan yang tidak sesuai kenyataan. Karena penulis di dunia nyata masih jomblo & belum pernah pacaran, sehingga bisa dikatakan bahwa penulis sangatlah sedikit mengucapkan rayuan gombal kepada lawan jenis & itu artinya tidak banyak kata bohong yang diucapkan penulis. Dengan demikian orang yang berkata bahwa di dunia nyata penulis banyak berkata bohong, berarti orang tersebut sendirilah yang berkata bohong karena berkata tidak sesuai kenyataan. Jika masih tidak terima & mendebat hal ini, maka pernahkah orang tersebut bertemu & bersama penulis selama beberapa waktu lamanya di dunia nyata? Jika belum pernah, berarti informasi tentang penulis yang orang tersebut dapatkan, patut dipertanyakan asal usul & kebenarannya. Sekedar mengingatkan, bahwa jangan sampai karena terlalu benci pada penulis sehingga harus mencari-cari & mengada-ada tentang kesalahan & keburukan yang dilakukan penulis, karena penulis bagaikan cermin yang dapat merefleksikan balik apa yang kalian cari-cari & ada-adakan itu kepada diri kalian sendiri.

Kemudian soal anggapan yang menyudutkan penulis bahwa penulis memanfaatkan harta & tahta orang lain, maka sebelum membahasnya, penulis kemukakan dahulu kata bijak yang dikatakan orang paling bijak yang menyebutkan bahwa sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dengan dasar ini maka penulis memiliki keinginan untuk menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Sehingga penulis berusaha membuat tulisan-tulisan yang sifatnya menggugah & menyadarkan orang-orang, yang termasuk di dalamnya adalah orang yang berharta & berkuasa agar tergerak & bergabung ke dalam gerakan memajukan Indonesia. Bukankah dengan bergabung dalam gerakan memajukan Indonesia, maka masing-masing dari kita akan memiliki peran & andil dalam usaha memajukan Indonesia? & ketika kita punya peran & andil dalam usaha memajukan Indonesia, bukankah kita akan merasa bangga & berjasa saat Indonesia berhasil maju? & di atas semua itu, bukanlah dengan begitu, akhirnya kita menjadi orang yang berguna bagi bangsa Indonesia/orang banyak? & hal itu berarti kita menjadi sebaik-baik orang. Tidakkah kita ingin menjadi sebaik-baik orang? Katakanlah ada yang merasa dirugikan, tapi bukankah pengorbanan itu (kerugiannya) akhirnya berdampak pada kemajuan Indonesia? Jika ada yang masih protes atas kerugian yang dideritanya, maka penulis sampaikan padanya bahwa tidak ada pengorbanan yang sia-sia selama pengorbanannya adalah untuk kebaikan & demi tujuan yang besar. Apabila masa hidup kita masih cukup, bisa jadi balasan atas pengorbanan tersebut akan kita terima di dunia ini suatu saat nanti ketika sudah tiba waktunya.

Kemudian kita bahas juga orang yang memprotes penulis sebagai orang yang suka mengatur orang padahal penulis sendiri tidak suka diatur & didikte. Sebelum menanggapinya, kita ingat lagi permasalahan yang dulu pernah terjadi hingga saat ini, di mana penulis seolah-olah dijadikan sebagai objek untuk disorot & dicari-cari kesalahan serta keburukannya. Jika dipandang secara positif, memang berbagai sorotan itu sebenarnya baik untuk penulis karena akan memberikan masukan positif terhadap berbagai kesalahan & kekurangan yang ada pada penulis sehingga penulis dapat memperbaikinya agar bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Tapi yang jadi masalahnya adalah, sorotan itu terkadang hanya untuk mencari-cari kesalahan & keburukan penulis yang kemudian digunakan sebagai bahan hinaan, lelucon, cemoohan, ejekan, yang pada akhirnya bertujuan untuk menjatuhkan & merendahkan penulis. Siapapun pasti ingin berubah menjadi lebih baik lagi, jadi segala kritik & masukan yang membangun, tentunya ingin sekali kita ambil & terapkan pada diri kita yang mendapat kritik. Tapi tiap orang punya kemampuan berbeda-beda dalam menerima & menerapkan kritik & saran tersebut terhadap dirinya sendiri, sehingga ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga bisa berubah atau bahkan membutuhkan waktu yang singkat untuk bisa berubah. Berangkat dari hal itu semua, penulis tidak bermaksud mengkritik, menyarankan, & mengatur orang lain, tetapi penulis hanya  memperlihatkan/menggambarkan bagaimana suatu hal yang ideal diterapkan dalam kehidupan dengan kata lain penulis bermaksud membumikan suatu hal ideal yang terlalu melangit/di awang-awang/sulit dimengerti & sulit dipraktekkan menjadi gambaran yang sederhana, mudah dimengerti & mudah dilakukan. Jadi penulis berusaha menggambarkan keindahan dari suatu impian ideal yang dibangun berdasarkan realitas/situasi & kondisi yang senyata mungkin, untuk mengajak & menginspirasi orang lain agar ikut bergabung mewujudkan impian tersebut. Jadi penulis tidaklah bermaksud mengatur orang lain tetapi mengajak & mempengaruhi orang lain, yang kemudian atas kesadarannya sendiri, mereka berubah & teratur dengan sendirinya.

Bisa jadi ada lagi yang mendebat penulis dengan mengatakan bahwa penulis menjebak mereka dalam jeratan cinta yang hanya menguntungkan penulis & merugikan mereka. Maka penulis akan berkata, bukankah sejak awal penulis tidak memaksa para perempuan tersebut untuk cinta pada penulis? Bukankah cinta itu muncul dengan sendirinya pada penulis? Katakanlah ada yang tidak ingin jatuh cinta pada penulis, tapi apakah ada yang bisa mengelak & menghindar dari cinta yang merupakan anugerah alam? Alam tidak akan memberikan rasa cinta seseorang pada orang lain tanpa alasan, entah alasan cinta itu muncul karena kelebihan fisik & materi yang dipunya/karena kecocokan psikologis/karena kekayaan hatinya. Katakanlah ada yang terlanjur terjerat cintanya penulis, tetapi, jika ada yang tidak ingin jatuh cinta pada penulis, bukankah mereka dapat pergi meninggalkan penulis & mencari pengganti penulis yang menurutnya lebih baik dari penulis? Katakanlah jika ada yang sangat mencintai penulis sehingga tidak bisa berpaling dari penulis, maka bukankah masalahnya sederhana, penulis ingin berpoligami, sehingga jika ingin tetap bersama penulis, maka relakanlah penulis untuk berpoligami. Kalau tidak rela dimadu karena merasa tersakiti & menderita jika dipoligami, maka lebih baik mereka merenungkan besarnya rasa sakit & derita yang diterima ketika memaksakan diri bersama dengan penulis yang ingin berpoligami, agar mereka bisa lebih memantapkan niat untuk berpisah dengan penulis. Jika ada lagi yang membahas hal lainnya, dalam rangka untuk mempengaruhi penulis, dengan mengatakan bahwa banyak orang yang tulus mencintai penulis bahkan di antaranya adalah berasal dari kalangan terpandang & bukan orang sembarangan, sehingga bertanya apakah tidak sayang & menyesal jika mereka akhirnya mundur karena penulis memutuskan untuk berpoligami? Penulis akan mengatakan bahwa awalnya penulis lebih condong pada monogami, dikarenakan perkembangan yang terjadi hingga saat ini, maka penulis memutuskan untuk berpoligami. Jika mereka akhirnya mundur karena keputusan penulis tersebut, maka penulis akan mempersilahkan mereka. Meskipun mereka sangat menarik karena cantik, berharta & bertahta besar, tapi penulis tidak mau terjebak lagi dalam kisah lama yang berputar-putar tanpa ujung. Jadi untuk menyederhanakan masalahnya, sekarang penulis fokus pada persoalan intinya yakni dengan pertanyaan: mau/tidak dipoligami? Jika tidak mau dipoligami berarti kita tidak sejalan, sehingga carilah pria lain yang sejalan & bisa diajak monogami. Jika bersedia dipoligami, maka mari kita bangun jalan & pikirkan bagaimana mewujudkan pernikahan poligami yang membahagiakan.

Secara ringkas tulisan ini hanya dimaksudkan untuk mendudukkan perkara pada tempat yang semestinya. Bagi para pecinta penulis yang masih bertahan, maka agar tidak terlalu sakit hati & menderita, berjuanglah untuk menghalau & bertahan menghadapi berbagai kabar miring & fitnah, walaupun harus tertatih & terjatuh, teruslah melangkah sejauh kemampuan yang dipunya sebagaimana yang telah penulis lakukan hingga mencapai posisi seperti saat ini. Jika kalian benar-benar mencintai penulis, maka seharusnya kalian tahu apa yang harus dilakukan sebagaimana yang telah penulis uraikan dalam tulisan-tulisan penulis sebelumnya. Selain itu jika cinta kalian tulus kepada penulis, maka seharusnya ulah pembenci penulis yang berusaha dengan bermacam cara untuk memisahkan kita & membuat kalian sakit hati & menderita agar menyerah, tidaklah membuat kalian mudah berputus asa karena banyak pengalaman berharga yang kita dapat di masa lalu sebagai pelajaran untuk mendewasaan diri dalam mengatasi permasalahan serupa di masa kini. Bagi yang menyerah karena sudah tidak bisa bertahan, maka agar bisa hidup tenang & bahagia, mantapkan keputusan untuk melangkah ke depan tanpa terombang-ambing lagi dalam permasalahan di masa lalu yang telah lewat. Yakinkan diri bahwa penulis bukanlah orang yang tepat untuk kalian, tetapi ada pria lain di luar sana yang lebih tepat untuk kalian. Jadi tak perlu lagi buang-buang waktu & memperumit masalah, karena solusi masalah kalian selama ini adalah sederhana, yakni kubur masa lalu, kemudian mewujudkan masa depan dengan membangun masa kini bersama pria yang bisa memberikan kebahagiaan & bukan penderitaan. Bagi pendatang baru, tujuan penulis adalah memajukan Indonesia & menikah poligami, jika ingin menjadi pendamping penulis, maka pastikan bahwa kalian siap berbagi, siap dimadu, siap diduakan, siap ditigakan, & siap diempatkan. Jika tidak siap melakukan hal tersebut, lebih baik jangan berharap & berkeinginan untuk menjadi pendamping penulis, karena seperti dalam pengalaman yang sudah pernah terjadi, memaksakan diri tanpa ada kerelaan berbagi hanya akan memberi sakit hati & derita. Lebih baik kita menjalin hubungan sebatas pertemanan & sebagai saudara sebangsa & setanah air yang saling membantu memajukan Indonesia.

INTERMEZO 2 (Membongkar persoalan & mendudukkan persoalan pada tempatnya - Bagian 1)

Seolah segala peristiwa yang selama ini telah terjadi, tidak memberikan pelajaran apa pun & bahkan permasalahan yang terkandung dalam peristiwa tersebut seolah mau diperkeruh, diaduk-aduk, & dipelintir untuk mengaburkan & menjauhkannya dari inti persoalan. Jika hal ini terjadi saat penulis masih sebagai anak kemarin sore, maka tentunya kejadian ini telah berhasil membuat orang-orang terpengaruh & terhanyut dalam isu/persoalan yang sedang dilemparkan. Dulu setiap cerita yang membentuk suatu peristiwa, dibuat secara sepihak, tanpa ada respon balik terhadap cerita tersebut, sehingga cerita-cerita itu menjadi berputar-putar tanpa solusi & berakhir dengan tidak jelas. Tetapi saat ini kejadiannya sudah berbeda, kejadian-kejadian di masa lalu yang terulang lagi di masa kini tentu akan direspon dengan sedemikian rupa agar tidak menghasilkan akhir cerita yang berbelit & tanpa solusi. Oleh karena itu penulis pernah singgung hal ini jauh-jauh hari sebelumnya melalui pertanyaan: apakah kita sadar bahwa kita sedang diamati? Meskipun tidak secara menyeluruh, orang lain akan melihat, mendengar, memperhatikan, & bahkan mengingat apa yang dikatakan & dilakukan serta peristiwa yang mengiringinya, sehingga jika orang lain tertarik pada ceritanya & mengikuti alur cerita dari awal sampai akhir, maka mereka akan merenungkannya & menilainya. Jadi jika ceritanya dibuat berputar-putar tidak jelas & tanpa solusi, maka orang-orang tersebut akan mengetahuinya. Katakanlah jika ada yang tidak mau tahu & tidak peduli dengan siapa pun yang mengamati hal itu, maka penulis akan mengingatkan & meringkaskan alur cerita yang telah terjadi sebelumnya agar dapat diketahui sampai sejauh mana perjalanan yang telah dilakukan selama ini. Mengapa penulis melakukan ini? Hal ini agar ceritanya, punya arah & tujuan yang jelas serta tidak berputar-putar & kembali/terjebak pada jalan buntu seperti dahulu.

Mari kita cermati permasalahan pada cerita yang selama ini terjadi. Permasalahannya adalah tentang hubungan percintaan antara seorang pria dengan beberapa perempuan. Meskipun jalinan cinta mereka sudah berkali-kali diakhiri karena tidak adanya kecocokan satu sama lain, tapi cerita mereka tetap tidak berakhir & selama itu pula para perempuan yang terkait di dalamnya ada yang terus merasa tersakiti. Kita fokuskan pada permasalahan: mengapa persoalan yang sudah sangat jelas, menjadi keruh, terlihat rumit & menjadi masalah yang begitu panjang tak berujung? Katakanlah pria dalam cerita itu adalah penulis, sedangkan penulis bukanlah orang yang suka memaksa orang lain untuk menjalani hubungan yang orang tersebut tidak ingin jalani. Dengan demikian, para perempuan yang merasa kecewa, terluka, & sakit hati lalu berkeinginan untuk berpisah/mengakhiri hubungan dengan penulis, maka penulis tidak akan memaksanya untuk tetap bertahan menjalani kisah cinta tersebut. Jadi para perempuan yang ingin berpisah/mengakhiri hubungan dengan penulis, maka tidak akan dihalangi penulis. Oleh karena itu bagi yang masih mempermasalahkan & memperpanjang serta memperkeruh persoalan ini (keinginan untuk berpisah), maka penulis akan berkata: Bukankah penulis tidak memaksa mereka untuk bertahan/menjalin hubungan dengan penulis? Bukankah penulis tidak menghalangi mereka untuk berpisah/mengakhiri hubungan dengan penulis? Jika mereka merasa dipaksa, maka siapa yang memaksa mereka? Karena penulis tidak memaksa mereka, maka bisa jadi ada orang lain yang mengatasnamakan penulis yang memaksa mereka untuk bertahan/bisa jadi ada orang yang menyebarkan fitnah bahwa penulis memaksa mereka untuk bertahan/bisa jadi mereka sendiri terlalu GR (Gede Rasa) yang merasa bahwa penulis memaksa mereka untuk bertahan, dsb. Dengan kata-kata penulis ini, bisa jadi ada yang protes & berkata bahwa penulis juga terlalu GR (Gede Rasa) yang merasa sok ganteng, sok segalanya, & sok sangat dicintai perempuan sehingga merasa semua perempuan mengejar-ngejarnya. Katakanlah kita sama-sama GR, jadi apakah hal ini bisa memperjelas masalah kita, sehingga ketika hubungan kita sudah berakhir, maka tidak ada lagi buntut panjang/embel-embel yang dapat memperkeruh & mengaburkan ujung/akhir masalahnya?

Mengapa penulis membahas masalah ini? Karena seperti yang telah disebut di atas & pada tulisan-tulisan penulis yang lain, apa yang dipermasalahkan & dibikin rumit ini, hanya membuang waktu kita saja. Selama ini kita hanya berputar-putar & tidak ada gerak maju yang kita lakukan. Tidak adakah hal lain yang lebih bermanfaat & lebih layak dipersoalkan? Sebagai jawabannya, sebenarnya ada persoalan yang lebih layak kita kejar & perjuangkan yakni persoalan tentang bagaimana memajukan Indonesia, yang sudah penulis tulis & kembangkan idenya pada http://majulah-indonesiaku12.blogspot.com.

Kita masuk pada pernasalahan & bahas persoalan yang terkait dengan judul tulisan ini. Pertama-tama kita bahas para perempuan yang merasa diberi harapan palsu, merasa digantung/diambangkan statusnya & semacamnya, yang bertanya-tanya & mempertanyakan kejelasan hubungan mereka dengan penulis, maka penulis akan menjawab bahwa jika mereka bertanya-tanya & mempertanyakan hal tersebut, hal itu berarti perempuan-perempuan itu belum membaca/belum memahami tulisan-tulisan penulis. Jika ada yang mengancam pergi meninggalkan penulis karena merasa diabaikan, tidak dianggap, tidak diperhatikan, & semacamnya, maka penulis akan mempersilahkannya. Bukannya penulis tidak butuh/tidak peduli dengan perempuan, tetapi penulis bukanlah orang yang suka diatur/didikte, sehingga penulis tidak akan menghalanginya, ketika ada perempuan yang mengancam pergi meninggalkan penulis karena tidak berhasil mengatur/mendikte penulis. Alasan mengapa penulis begini & begitu, sebagian besar sudah dituangkan dalam tulisan sehingga tidak ada alasan bagi para perempuan tersebut untuk mempermasalahkan hal yang penulis lakukan. Mengapa penulis seolah dengan percaya dirinya bertahan dengan sikap & apa yang dilakukannya? Hal ini karena penulis sudah sampai pada kata-kata "Inilah aku". Apakah hal ini tidak cukup menjelaskan seperti apakah diri penulis? Kemudian jika ada perempuan yang merasa didekati oleh penulis, tetapi perempuan itu tidak sedikitpun tertarik pada penulis/cinta pada penulis, lalu perempuan itu seolah-olah merasa dikejar-kejar/dipaksa oleh penulis agar jatuh cinta pada penulis, maka perasaan dikejar/dipaksa tersebut adalah perasaan yang berlebihan/GR dari perempuan tersebut, karena penulis bukanlah orang yang memaksakan cinta pada orang lain, hal ini juga berlaku untuk perempuan yang sejak awal tidak suka didekati penulis. Kemudian jika ada perempuan yang sudah menjadi milik orang lain & merasa didekati penulis, ini pun perasaan berlebihan/GR dari perempuan tersebut, karena penulis tidak tertarik pada orang yang sudah menjadi milik orang lain.

Bagi para pecinta penulis yang begitu setia menanti penulis & berharap bisa menjadi pendamping penulis hingga akhir hayatnya, maka jika para pecinta tersebut benar-benar cinta pada penulis, seharusnya mereka membaca semua tulisan penulis & memahaminya sehingga tahu apa yang dimau & diinginkan penulis serta tahu apa yang harus dilakukannya. Tetapi jika dalam perjalanannya, para pecinta penulis merasa kecewa, terluka, tersakiti, & menderita karena mencintai penulis, maka mari kita renungkan & pelajari apa yang sedang terjadi selama ini. Semua orang akan melalui proses alamiah yakni mengalami perkembangan biologis & psikologis. Dalam perkembangannya, ketika sudah sampai pada waktunya, maka tumbuhlah perasaan cinta kepada lawan jenis serta keinginan bersama & bersatu dengannya. Hal ini pula yang sedang terjadi pada para pecinta penulis tersebut yang membuat mereka ingin menjadi pendamping hidup penulis. Ada tahap yang dilalui untuk sampai pada tahap pernikahan/menjadi pendamping hidup, yakni perkenalan, pemantapan, & pernikahan yang masing-masing tahap dapat memiliki rentang waktu yang singkat bahkan panjang. Untuk kasus yang terjadi pada penulis, proses yang dilalui untuk sampai pada tahap pernikahan ternyata melalui jalan/alur yang berliku, penuh rintangan, tantangan, kecewa, luka, sakit hati, & derita. Padahal selama ini penulis berperilaku sebagaimana sosok yang merupakan jati diri penulis. Penulis berpikir, merasa, bersikap, & bertindak sebagaimana sosok yang ada di dalam diri penulis. Jadi mengapa mereka merasa rasa sakit hati & menderita? Apanya yang salah? Penulis bermaksud membahas hal ini adalah untuk memperjelas permasalahannya, agar pecinta penulis memiliki ketegasan untuk bertahan/mengakhiri hubungan dengan penulis serta mendapat gambaran mengenai cara & jalan melewati lika liku itu & mengatasi sakit hati & derita tersebut.

Tadi sudah disebutkan bahwa penulis berperilaku seseuai dengan jati diri yang penulis miliki & oleh karena itu seburuk-buruknya perilaku yang penulis lakukan, tidak jauh dari jati diri yang penulis punya. Kita ambil contoh, jika penulis adalah orang bodoh, maka tidak mungkin penulis menjadi orang yang jenius dalam waktu singkat. Begitupun jika penulis adalah orang yang jahat, maka tidak mungkin penulis menjadi orang suci dalam waktu singkat. Tapi jika hal itu dilakukan secara sandiwara, berpura-pura, menipu diri & orang lain, & semacamnya, maka mungkin saja terjadi perubahan kepribadian yang sangat besar dalam waktu singkat. Jika penulis dianggap sebagai orang yang seperti itu, maka hal itu berarti bahwa para pecinta penulis tidak memiliki alasan untuk mencintai penulis karena para pecinta tersebut sebenarnya mencintai topeng penulis yang palsu & bukan diri penulis yang sejatinya. Jika mereka masih tetap bertahan & mencintai penulis meskipun mereka tahu penulis pakai topeng, maka kita perlu telusuri lagi mengapa itu bisa terjadi? Hal itu bisa terjadi karena: 1) para pecinta tersebut terjerat oleh cinta buta, di mana mereka tetap cinta walaupun penulis berperilaku jahat & seenaknya. Tapi berdasarkan kenyataan, cinta semacam ini tidak akan bertahan lama. Suatu saat ketika para pecinta tersebut membuka matanya/sadar, maka cintanya pun akan hilang karena penulis berbuat jahat & seenaknya. 2) para pecinta tersebut terjerat sandiwara cinta, di mana karena kemahiran penulis dalam bermain bersandiwara sehingga berhasil menipu & menjebak mereka berulangkali. Tapi berdasarkan kenyataan, cinta semacam ini pun tidak akan bertahan lama. Suatu ketika saat kedok & kebohongan penulis terbongkar, maka cinta mereka pun akan hilang. 3) para pecinta tersebut terjerat kisah kebodohan cinta, di mana karena kebodohan & ketidaktahuan para pecinta, penulis dapat dengan mudah memperdayai & menjerat mereka dalam jaring-jaring cinta penulis. Tapi berdasarkan kenyataan, cinta ini pun tidak akan bertahan lama. Suatu ketika saat para pecinta tersebut bertambah pintar, maka mereka tidak bisa diperdayai lagi & cinta mereka pun akan hilang. Ketika penulis berbuat seperti salah satu di antara ke tiga hal di atas, maka para pecinta tersebut akan merasa kecewa, terluka, sakit hati, & menderita. Tapi ada kemungkinan ke-4 yang berbeda dengan beberapa kemungkinan di atas, yakni penulis malah dengan berani menyatakan seperti apa dirinya yang diringkasnya melalui kata-kata "Inilah Aku" & berani mengakui kesalahan, keburukan, kelemahan, & kekurangannya. Jika masih ada yang tetap cinta pada penulis meskipun merasa tersakiti & menderita, maka akan timbul pertanyaan, mengapa hal ini terjadi? Bukankah seharusnya cinta para pecinta tersebut hilang ketika tahu segala keburukan penulis? & bukankah seharusnya cinta dapat membuat kita bahagia & membuat hidup menjadi lebih indah, tapi mengapa malah terjadi sebaliknya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita bahas terlebih dahulu bagaimana cara & jalan yang ditempuh oleh penulis & para pecinta penulis dalam menjalin hubungan. Selama ini cara & jalan yang ditempuh adalah dengan menjalin hubungan secara tidak langsung atau menjalin hubungan melalui jarak yang jauh, melalui orang lain, melalui media lain & berbagai perantara lain yang memisahkan & menghalangi penulis & para pecinta penulis untuk berhubungan secara langsung. Kita anggap bahwa penulis & para pecinta penulis sudah saling memahami satu sama lain. Tetapi mengapa ketika penulis berperilaku sebagaimana yang biasa penulis lakukan, tiba-tiba para pecinta tersebut merasa tersakiti & menderita? Bukankah hal ini aneh? Apakah penulis yang kurang memahami mereka/mereka yang kurang memahami penulis, sehingga mereka harus tersakiti & menderita karena apa yang dilakukan penulis? Katakanlah penulis yang kurang memahami mereka, jika demikian maka bukankah seharusnya rasa cinta mereka berkurang/bahkan hilang terhadap penulis ketika terus tersakiti & menderita? Jika tetap ada yang masih cinta pada penulis meskipun merasa tersakiti & menderita, maka kemungkinannya adalah yang dicintai mereka, sebenarnya bukan penulis, tetapi orang yang mirip dengan penulis. Jika demikian, maka mereka harus segera sadar & cari orang lain yang sebenarnya mereka cintai. Jika ada yang tetap bersikukuh bahwa memang penulislah yang benar-benar dicintai mereka, lalu mengapa masih merasa tersakiti & menderita? Kemungkinan alasan mengapa mereka tersakiti & menderita adalah karena kesalah pahaman & bercampur aduknya kabar asli dengan kabar fitnah yang disebarluaskan oleh pembenci penulis yang membuat para pecinta penulis terus merasa tersakiti & menderita. Jadi hal ini berarti bahwa bukan penulis yang menyakiti & membuat mereka menderita tetapi kesalah pahaman & pencampur adukan kabar asli & fitnah yang disebarluaskan para pembenci penulis-lah yang menyebabkan masalah menjadi rumit & berputar-putar tidak karuan.

Kita telah bahas beberapa kemungkinan alasan mengapa para pecinta penulis merasa tersakiti & menderita, untuk selanjutnya kita bahas persoalan tentang orang yang mendebat penulis karena penulis menceritakan cerita-cerita indah tentang impian penulis melalui tulisan. Orang tersebut mengatakan bahwa penulis tidak realistis, muluk-muluk, & tukang mimpi yang hanya mengucapkan omong kosong. Kepada orang tersebut, penulis akan menjelaskan perbedaan antara tukang mimpi & penulis mimpi. Tukang mimpi hanya bermimpi & mimpi tersebut hanya untuk dirinya saja. Sedangkan penulis mimpi, di samping dia punya mimpi tentang dirinya, dia pun menulis mimpinya untuk dibagikan pada orang lain. Karena orang lain ikut membaca tulisannya, maka untuk melengkapi & memperkaya tulisannya, penulis pun mengikutsertakan orang lain dalam mimpinya. & itu artinya mimpinya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain. Oleh karena itu, impian penulis tersebut punya manfaat bagi orang lain, yang mana di samping impian tersebut ditulis untuk berbagi dengan orang lain tapi juga untuk menginspirasi orang lain. Jika ada yang masih tidak terima dengan tulisan penulis yang menceritakan impian penulis karena terlalu berlebihan & kenyataannya tak seindah seperti yang digambarkan penulis, maka mengapa orang tersebut tidak menuliskan impiannya sendiri seindah mungkin untuk dibagikan kepada orang lain? Bukankah impian yang indah, sedikit banyak akan memberikan inspirasi kepada para pembacanya? Jika masih mendebat hal ini, maka penulis akan mengatakan bahwa, bukankah tiap orang punya impian masing-masing & impian tersebut adalah sesuatu yang indah? Yang membedakan di antara sekian banyak orang yang bermimpi adalah tidak semua orang mampu menggambarkan & menuliskan/menyatakan impiannya agar bisa dibaca & diketahui orang lain. Bukankah tidak ada orang yang melarang anda, penulis & siapapun untuk bermimpi seindah mungkin?

Monday 21 December 2015

Apresiasi ketegasan Gubernur Ahok & kritik agar Gubernur Ahok lebih arif dalam mengayomi rakyat kecil

Di antara sekian banyak pemimpin Indonesia, salah satu orang yang banyak menarik perhatian publik adalah Gubernur Ahok. Beberapa waktu lalu ada satu peristiwa yang terkait dengan kontroversi Gubernur Ahok yakni saat digugat 100 milyar oleh seorang wanita karena merasa dicemarkan nama baiknya ketika disebut maling oleh ahok & karena anak wanita tersebut trauma dengan perlakuan tersebut. Banyak sikap & kata-kata yang dilontarkannya tidak jarang menimbulkan kontroversi di depan publik. Dia tak segan-segan membuat keputusan tegas walaupun harus berlawanan dengan orang banyak bahkan pernah terjadi dia berseberangan dengan partai pengusungnya yang membuatnya memutuskan untuk ke luar dari partai tersebut sehingga sampai beredar isu bahwa keputusannya ke luar dari partai bakal menyulitkan sepak terjang politiknya dalam menjalankan pemerintahannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tetapi berkat sikap tegasnya yang berani membuat gebrakan walaupun harus mendobrak kebiasaan lama, membuat Gubernur Ahok mendapat simpati dari kalangan rakyat maupun pejabat & wakil rakyat. Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ada beberapa perbaikan yang telah dilakukannya melalui sikap tegasnya dalam membuat keputusan & memastikan keputusan itu terlaksana di lapangan, apa yang dilakukannya ini membuat orang-orang segan terhadapnya tapi tak sedikit pula orang-orang yang tidak suka padanya & berusaha mencari titik lemahnya serta menjatuhkannya dengan hal tersebut. Tapi dengan kemampuannya dalam berpolitik & memanfaatkan peluang, hal-hal tersebut tidak menjadi penghalang yang berarti untuk terus melenggang dalam mengatur & membuat kota Jakarta menjadi seperti apa yang jadi visi & misinya. Tidak ada pemimpin yang sempurna, sehingga di samping kelebihan-kelebihannya, pasti ada kekurangan yang dimilikinya. Oleh karena itu, pada diri Gubernur Ahok, kita patut mengapresiasi ketegasannya dalam memimpin Jakarta, meskipun ada juga kebijakannya yang kontroversial yang berlindung di balik undang-undang untuk menggolkan kepentingan pihak tertentu.

Visi & misi Gubernur Ahok bisa dilihat dari latar belakangnya, sebagai contohnya, di sini dikemukakan visi & misi penulis, jika dilihat dari latar belakangnya, penulis pernah memiliki pengalaman dengan beberapa perempuan & ketertarikan pada kemajuan Indonesia, sehingga visi & misi penulis adalah tentang berpoligami & memajukan Indonesia yang bisa pembaca lihat uraian & gambarannya pada http://duniataufiq.blogspot.com & http://majulah-indonesiaku12.blogspot.com. Secara sederhana, visi adalah impian yang ingin kita capai/wujudkan sedangkan misi adalah cara/jalan yang kita tempuh untuk mencapai/mewujudkan impian tersebut. Jika diuraikan secara sekilas, untuk mencapai/mewujudkan impian penulis & menjalankan misi penulis dalam memajukan Indonesia, maka penulis terjun ke dunia tulis menulis. Penulis menuangkan ide & pemikirannya ke dalam tulisan mengenai gerakan memajukan Indonesia. Penulis membuat tulisan-tulisan tersebut dalam rangka menggugah & menyadarkan para pembaca untuk bangun & bergerak memajukan Indonesia. Sehingga harapannya setelah membaca tulisan penulis, para pembaca dapat tergugah & tersadar untuk melakukan gerakan memajukan Indonesia. Begitupun dalam hal poligami, setelah membaca tulisan yang penulis buat, para pembaca diharapkan dapat menyadari bahwa poligami merupakan solusi bagi para pria yang ingin memiliki beberapa perempuan sekaligus tanpa harus melakukan perselingkuhan. Dengan demikian, jika ingin mengetahui visi & misi Gubernur Ahok, dapat dilihat dari latar belakang agama, ras, & status sosialnya. Dari hal itu kita akan memahami mengapa Gubernur Ahok membuat kebijakan kontroversial yang tidak populer bagi pihak tertentu, yang dilakukan demi tercapainya visi & terlaksananya misi yang dia punya.

Jika berpegang pada pedoman bahwa setiap warga berkedudukan sama di mata hukum & akan mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hak & kewajibannya masing-masing, maka warga Jakarta yang berada di bawah naungan kepemimpinan Gubernur Ahok, berhak diperlakukan secara adil & tanpa berat sebelah. Oleh karena itu warga Jakarta berharap tidak ada perlakuan pilih kasih yang membatasi gerak pihak tertentu & melonggarkan pihak yang lain karena Gubernur Ahok adalah milik rakyat Jakarta seluruhnya & bukan milik kalangan tertentu saja. Gubernur Ahok adalah milik kalangan mayoritas & sekaligus milik kalangan minoritas. Gubernur Ahok harus memperjuangkan kepentingan masyarakat mayoritas & juga memperjuangkan kepentingan masyarakat minoritas. Gubernur Ahok harus membela hak golongan mayoritas maupun golongan minoritas. Gubernur Ahok diharapkan tidak pandang bulu dalam mengatur & memimpin semua warga Jakarta yang terdiri dari beragam agama, suku, ras, baik yang mayoritas maupun yang minoritas, karena warga Jakarta & orang Indonesia lainnya disatukan oleh semboyan bhineka tunggal ika yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Perbedaan yang ada, tidak membuat kita terpecah belah tetapi perbedaan itu kita gunakan sebagai kekuatan untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain dalam mencapai kemajuan di Jakarta & di seluruh Indonesia.

Selain kontroversi kebijakan yang dilakukan dalam mencapai visi & melaksanakan misinya seperti yang telah disebutkan di atas, sikap Gubernur Ahok dalam menanggapi permasalahan juga tidak sedikit yang menimbulkan kontroversi. Jika diibaratkan, rakyat kecil laksana anak bagi pemimpinnya yang butuh dibimbing & diarahkan. Jika ada anak kecil yang nakal, apakah anak kecil tersebut serta merta langsung diberi hukuman berat ketika berbuat salah? Bagi rakyat biasa yang berpendidikan & hidup berkecukupan, ketika melakukan kesalahan di hadapan pemimpinnya, mereka masih bisa mengelak & membela diri, tapi bagi rakyat kecil yang lemah & hidup berkekurangan mana bisa mereka mengelak & membela dirinya ketika berbuat kesalahan? Katakanlah rakyat kecil tersebut masih bisa mengelak & membela diri, tapi bukankah jika dibandingkan dengan wewenang & kuasa yang dimiliki oleh pemimpin tersebut, rakyat kecil tetaplah rakyat kecil yang lemah & tak berdaya? Lalu apakah seorang pemimpin masih tega menghukum rakyat kecil yang lemah & tak berdaya untuk suatu masalah yang masih bisa diabaikan & tidak perlu ditanggapi secara serius?

Kasus gugatan 100 milyar kepada Gubernur Ahok oleh seorang wanita yang merasa dicemarkan nama baiknya, tidak sampai terjadi seandainya Gubernur Ahok pada waktu itu tidak mudah terpancing emosinya. Tapi apa mau dikata, karena Gubernur Ahok terkenal dengan ceplas ceplosnya & sikap emosionalnya, maka terjadilah peristiwa ucapan kata-kata Ahok yang menyudutkan si wanita yang dianggap wanita tersebut sebagai pencemaran nama baik. Sebagai kepala pemerintah tingkat provinsi, sikap & kata-kata Ahok kepada wanita tersebut yang hanya sebagai rakyat kecil & bukan siapa-siapa, terlihat terlalu berlebihan. Jika diumpamakan sang pemimpin sebagai bapak & sang rakyat kecil sebagai anak, maka ketika sang anak berbuat salah, apakah sang bapak harus memarahinya habis-habisan & memberinya hukuman berat? Bagi sang anak, diperlakukan dengan cara mendiamkannya/tidak mengajaknya bicara saja sudah merupakan hukuman yang berat, apalagi jika sampai dimarahi & dihukum yang merupakan hukuman sangat berat, yang hanya pantas diberikan untuk kesalahan yang sangat fatal. Jadi jika ada rakyat kecil yang melakukan kesalahan kecil & tidak penting, seyogyanya Gubernur Ahok dapat lebih menahan diri & kontrol emosi agar dapat bersikap arif dalam mengayomi rakyat kecil yang masih butuh bimbingan & arahan.

Sikap tegas & serius Gubernur Ahok lebih pantas ditujukan untuk permasalahan penting serta terhadap kalangan berpendidikan & mapan yang melakukan pelanggaran, bukannya ditujukan untuk permasalahan yang bisa diabaikan serta terhadap rakyat kecil yang lemah & tidak berdaya. Rakyat kecil yang lemah & tidak berdaya meskipun terkadang dapat memancing emosi tetapi bagi seorang pemimpin yang arif, maka ia akan menghadapinya dengan sikap sopan & penuh simpati. Pemimpin tersebut akan berusaha mendengar keluhan-keluhan rakyat kecil tersebut & mencoba menenangkan gejolak batinnya atas ketidakpuasan yang dirasakannya untuk kemudian dicarikan solusi dalam mengatasi permasalahan yang sedang dialaminya tersebut. Bagi seorang Gubernur yang memiliki wewenang & kuasa besar, bukankah masalah kecil yang dialami rakyat kecil tersebut adalah sesuatu yang mudah untuk ditangani? Jika sejak awal sang Gubernur menyisihkan emosinya sejenak & bersikap arif, maka rakyat kecil tersebut bisa diberi penjelasan yang dapat dipahaminya, untuk membimbing & mengarahkannya kepada apa yang seharusnya dia lakukan. Jika Gubernur Ahok dapat bersikap arif & adil dalam mengayomi seluruh rakyatnya, maka dirinya akan menjadi sosok pemimpin ideal yang dimpikan oleh rakyatnya. Jika hal ini terjadi & seluruh pemimpin daerah di negeri kita juga melakukan hal yang sama, maka impian untuk memajukan Jakarta & daerah masing-masing, ada di depan mata, & kita tinggal menggapainya  untuk meraih impian yang lebih besar lagi yakni untuk memajukan Indonesia.

Tuesday 8 December 2015

Masa depan daerah dalam PILKADA 9 Desember 2015

Sampai sejauh ini, sejumlah daerah di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian pemimpin. Bagi daerah yang telah berusia puluhan tahun, hal ini berarti sederet pemimpin telah secara estafet memimpin daerah tersebut menurut gaya kepemimpinan masing-masing. Tentu di antara sederet pemimpin tersebut ada yang telah berhasil membangun serta memajukan daerahnya. Jika kita mengingat kembali keberhasilan pemimpin yang telah membangun & memajukan daerah kita, maka kita pun akan berharap dipimpin lagi oleh pemimpin yang mengerti situasi & keadaan daerahnya agar dapat membangun & memajukan daerah yang dipimpinnya. Begitupun daerah yang baru terbentuk juga berharap dipimpin oleh pemimpin seperti pemimpin daerah lain yang telah berhasil membangun & memajukan daerahnya. Mengapa kita menginginkan pemimpin seperti itu? Karena pembangunan & kemajuan daerah ditentukan oleh bagaimana sang pemimpin mengatur & mengelola daerahnya agar dapat mendayagunakan potensi daerah yang ada untuk lebih mensejahterakan rakyatnya.

Lalu kita sekarang berkaca pada realitas yang terjadi di lapangan. Pada umumnya harta & kekuasaan saling berkaitan erat bahkan jika disebut secara lengkap wanita pun juga ikut terkait. Mengapa wanita juga terkait? Karena harta, tahta, & wanita adalah tiga serangkai yang saling terkait. Di mana ada harta/tahta maka di situ ada wanita. Mengapa wanita terkait dengan harta/tahta? Karena secara kodrat, wanita adalah pihak yang menerima harta dari pria & pihak lemah yang takluk pada kuasa pria, terlepas dari realitas yang menunjukkan bahwa terjadi hal yang sebaliknya seperti: pria berharta & berkuasa takluk pada wanita, itu adalah persoalan lain. Apa kaitan hal ini dengan PILKADA? Sudah umum diketahui bahwa daya tarik kekuasaan pada Pemerintahan Daerah begitu besar sehingga menjadi rebutan banyak pihak yang punya kepentingan di dalamnya, baik itu kepentingan pribadi/kelompok maupun kepentingan rakyat. Bagi pihak yang memiliki kecenderungan pada kepentingan pribadi/kelompok lebih besar dibanding kepentingan rakyat, maka tujuan menduduki tampuk kepemimpinan di daerahnya adalah untuk memperbesar kekuasaannya & memperbanyak harta yang dimilikinya secara mudah & cepat. Sedangkan yang berjuang untuk kepentingan rakyat, tentunya bertujuan untuk mewujudkan impiannya/idealismenya dalam membangun & memajukan daerahnya serta mensejahterakan rakyatnya sebagai bentuk ketinggian budi pekerti, kebanggaan, & kepuasan yang dapat dikenang sejarah ketika berhasil mewujudkan mimpinya.

Katakanlah di jaman sekarang, masih langka pemimpin yang benar-benar berjuang demi kepentingan rakyat, maka jika kita merenung & bertanya pada diri sendiri, sebenarnya kita semua memiliki rasa bangga & kepuasan ketika berhasil mencapai puncak kesuksesan, apalagi jika kesuksesan tersebut adalah keberhasilannya dalam membangun & memajukan daerahnya. Pada saat itu, kita akan dianggap sebagai pahlawan oleh banyak orang & dikenang sejarah sebagai orang yang berjasa dalam pembangunan & kemajuan daerahnya. Tidakkah kita menyadari kebanggaan & kepuasan akan pencapaian puncak kesuksesan ini? Tulisan ini mencoba menerangi alam pemikiran para pemimpin/calon pemimpin daerah & memperjelas persoalan tentang apa yang sebenarnya kita semua ingin cari & raih dalam hidup ini. Apakah harta? Tahta? Atau wanita? Ya, kita ingin mendapatkan harta, tahta, & wanita, tetapi sebenarnya yang lebih kita inginkan adalah mencapai puncak kesuksesan yakni menjadi seseorang yang berguna/berjasa bagi banyak orang & dikenang sejarah, yang dapat memberikan kebanggaan & kepuasan melebihi harta, tahta, & wanita. Sebagai bahan renungan, coba kita bayangkan apakah kita bisa bangga & puas ketika kita telah menggenggam matahari & bulan serta memiliki kekuasaan yang sangat besar? Jawabnya adalah kita tidak akan pernah bisa merasa bangga & puas dengan hal seperti itu, tetapi yang lebih membanggakan & memuaskan diri kita adalah kesuksesan menjadi orang yang berguna/berjasa bagi orang lain.

Dari penjelasan di atas, apakah para pemimpin & calon pemimpin rakyat masih mengejar-ngejar harta, tahta, & wanita yang tidak akan pernah memberi kepuasan pada kita sampai kapan pun? Mari kita sadar akan hal ini. Kebanggaan & kepuasan meraih harta, tahta, & wanita yang banyak, hanyalah sementara & akan berakhir ketika harta, tahta, & wanita yang kita miliki berkurang/hilang. Berbeda ketika kita telah sukses menjadi orang yang berguna/berjasa bagi banyak orang, maka kebanggaan & kepuasan yang kita rasakan akan terus melekat sepanjang hidup kita bahkan sampai berdampak pada anak cucu kita. Sebagai contohnya adalah sosok Presiden Sukarno, tokoh besar salah satu pendiri negara Indonesia yang hingga saat ini sosoknya masih sangat dihormati & pengaruhnya di negara kita bahkan di dunia, masih dapat dirasakan. Apakah tidak ada keinginan yang terbersit dalam benak kita untuk menjadi seperti beliau yang berjasa besar bagi bangsa & negaranya yang dikenang sejarah sebagai pahlawan serta masih dihormati & memiliki pengaruh hingga saat ini walaupun beliau sudah tiada? Mari kita renungkan & sadari apa yang sebenarnya ingin kita cari & raih serta yang pantas & layak kita perjuangkan. Saatnya kita berbenah & menjadikan PILKADA 9 Desember 2015 sebagai tonggak kebangkitan tiap daerah dalam menyongsong kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Bagi rakyat yang turut serta dalam menentukan pilihannya pada PILKADA 9 Desember 2015, pengalaman yang selama ini kita rasakan di bawah kepemimpinan sejumlah pemimpin di masa lalu seharusnya menyadarkan kita bahwa sosok pemimpin yang memihak rakyat adalah hal yang paling penting dalam satu periode pemerintahan daerah kita. Jika sosok pemimpin daerah kita tidak dapat membangun & memajukan daerahnya tapi malah membiarkan & bahkan membuat masalah di daerah kita, maka pada akhirnya yang susah adalah rakyat sendiri. Oleh karena itu, suara rakyat walaupun cuma satu/beberapa orang saja, sangatlah menentukan masa depan daerah kita dalam satu periode pemerintahan ke depan. Pada PILKADA serentak 9 Desember 2015 ini, pilihan kita jangan mau lagi dipengaruhi oleh sejumlah materi yang sangatlah kecil jika dibandingkan ratusan hingga milyaran rupiah uang rakyat yang bakal bocor & dinikmati segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Apakah kita sebagai rakyat, tidak sadar dengan hal ini? Apakah kita akan menyerahkan daerah kita kepada pemimpin yang tidak memihak rakyat? Apakah kita akan membiarkan segelintir orang menikmati uang rakyat yang begitu besar sedangkan rakyat hanya bisa menyaksikan & diam tak berdaya menjalani kehidupan yang susah tanpa perhatian & dukungan pemerintah dalam mengatasi & menyelesaikan masalah yang dialami rakyat? Tidak. Kita harus menyadari hal ini & kita akan memberikan suara kita pada pemimpin yang benar-benar memihak rakyat demi kemajuan & masa depan daerah yang lebih baik.

Monday 7 December 2015

Membangkitkan mental juara pemain bola Indonesia

Penulis tidak membahas permasalahan yang sedang terjadi antara pemerintah & PSSI serta perkembangan sanksi FIFA. Tetapi penulis lebih memfokuskan pokok bahasan pada membangkitkan semangat sepak bola Indonesia untuk meraih prestasi. Dalam tulisan ini kita kesampingkan masalah yang sedang dialami dunia sepak bola Indonesia & mengalihkan perhatian kita pada usaha menemukan mental juara yang masih terpendam di alam pikiran kita. Untuk itu mari kita cari, telusuri & renungkan, di manakah letak mental juara itu di alam pikiran kita agar kita dapat menemukannya & menggunakannya untuk meraih prestasi. Mental juara yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat membuat kita terdorong untuk terus maju & pantang menyerah. Di sini, kita sebut sesuatu itu sebagai kepercayaan diri. Kepercayaan diri tersebut tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus kita cari & temukan. Kepercayaan diri itu biasanya terletak di dalam hal-hal yang menjadi minat-bakat & bidang yang dikuasai. Mengapa? Karena kita yakin bisa melakukan sesuatu dengan baik untuk hal-hal yang menjadi minat-bakat & bidang yang kita kuasai. Kepercayaan diri inilah yang merupakan mental juara yang akan membuat kita terdorong untuk terus maju & pantang menyerah. Sebelum masuk ke dalam pembahasan, kita baca terlebih dahulu pengantar tuisan sebagai berikut.

Olah raga paling populer yang mampu menjangkau ke hampir seluruh lapisan masyarakat adalah sepak bola. Lapisan masyarakat kalangan atas hingga kalangan paling bawah mengenal sepak bola & sebagian besar dari mereka suka bermain sepak bola atau minimal suka menonton orang bermain sepak bola. Meskipun penggemar sepak bola kebanyakan adalah kaum pria, tetapi tidak sedikit penggemar sepak bola yang berasal dari kaum perempuan, terlepas motif sebenarnya adalah karena menggemari para pemain sepak bolanya yang berwajah tampan & berbadan atletis. Cara melakukan permainan tersebut pun cukup mudah & sederhana, kita cukup sediakan sebuah bola & sebidang tanah lapang serta beberapa pemain, maka permainan pun bisa langsung dimulai. Pemain di ke dua belah pihak saling berebut bola dengan menendangnya & berusaha memasukkannya ke gawang lawan. Kemudahan & kesederhanaan permainan inilah yang menjadi daya tarik sepak bola, ditambah lagi keseruan & keasyikan perebutan bola di antara para pemain menjadi hiburan tersendiri di samping aspek yang menyehatkan yang didapat ketika melakukan olah raga ini.

Dengan adanya daya tarik permainan sepak bola yang begitu luas terhadap berbagai lapisan masyarakat yang ada, maka tidak heran jika sepak bola menjadi lahan bisnis yang besar. Para pengusaha besar yang memahami peluang besar ini akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk mendulang uang sebanyak-banyaknya dalam bisnis yang terkait dengan dunia sepak bola tersebut. Kita ambil contoh dunia sepak bola yang ada di negara-negara maju di daratan Eropa, gaji pemain bola papan atas yang ada di sana memiliki nominal hingga milyaran rupiah per minggu. Dapat dibayangkan betapa besarnya daya tarik pemain sepak bola di sana, sehingga bisa memperoleh bayaran sampai bernilai milyaran rupiah. Karena kualitas para pemainnya yang begitu tinggi, maka semua produk/pernak-pernik yang dikaitkan dengan para pemain/suatu klub akan laris manis terjual. Oleh karena begitu banyak sponsor & pernak-pernik yang dikaitkan dengan mereka, membuat kita dapat memaklumi bagaimana para pemain tersebut bisa memperoleh gaji yang sangat tinggi.

Itu adalah sekilas pandang sepak bola dunia di daratan eropa, sekarang kita beralih ke sepak bola Indonesia. Di indonesia, gaji pemain sepak bola yang bisa menyentuh angka milyar rupiah hanyalah para pemain papan atas, itu pun adalah gaji untuk setahun. Jadi dapat kita bayangkan bahwa perbedaan kemampuan pemain Indonesia jika dibandingkan dengan pemain sepak bola daratan eropa masih sangat jauh. Lalu apakah pemain bola Indonesia harus puas sampai di situ saja? Apakah tidak terbersit dalam benak kita untuk paling tidak mengejar ketertinggalan kita sedikit demi sedikit dengan mereka? Katakanlah, terlalu jauh jika kita membandingkan sepak bola kita dengan negara maju, kita berpikir lebih realistis saja. Kenyataannya adalah klub-klub sepak bola Indonesia mengimpor beberapa pemain asing untuk memperkuat tim sepak bola mereka, apa artinya ini? Apakah itu artinya pemain Indonesia masih kalah dibanding pemain asing? Katakanlah pemain asing dapat dinaturalisasikan menjadi pemain Indonesia, tapi hal ini tetap tidak bisa menutupi kenyataan bahwa pemain asli Indonesia masih kalah dengan pemain asing.

Karena penulis adalah pembuat tulisan tentang gerakan memajukan Indonesia, maka tanggapan & penyikapan terhadap masalah di atas akan diuraikan dalam kerangka berpikir gerakan memajukan Indonesia. Konsep berpikir & gerakannya adalah sederhana, mengenali potensi diri (minat-bakat & bidang yang dikuasai) kemudian bergerak maju dengan mengaktualisasikan potensi diri tersebut. Dengan mengenali potensi diri, maka kita dapat bergerak/beraktualisasi dengan potensi tersebut untuk mencapai apa yang ingin kita raih. Sebagai contoh, meskipun saat ini para pemain Indonesia masih kalah dengan pemain asing, tapi karena adanya semangat ingin maju dengan potensi yang dimiliki, maka secara perlahan kemampuan kita akan meningkat jika terus dilatih. Dalam bidang olah raga & bidang-bidang lainnya, latihan adalah hal terpenting dalam meningkatkan kemampuan. Apalagi jika yang kita latih terus menerus adalah minat-bakat & bidang yang kita kuasai, maka akan menghasilkan semangat untuk maju yang lebih besar yang membuat kita menjadi pantang menyerah sebelum kita benar-benar mencapai apa yang ingin kita raih. Contoh nyatanya adalah penulis, yang berusaha & terus menerus melatih kemampuan menulisnya hingga menghasilkan tulisan yang seperti saat ini pembaca baca, yang mana tulisan awalnya adalah sangat sederhana & kurang menarik dibanding tulisan saat ini.

Penulis ambilkan contoh lain yang konkret mengenai besarnya pengaruh minat-bakat & bidang yang dikuasai terhadap peningkatan kemampuan diri jika dilatih terus menerus. Sebelum terjun di dunia tulis menulis, penulis adalah pekerja lapangan yang sering menghabiskan waktu mengendarai sepeda motor di jalanan. Bisa jadi karena ada sedikit minat-bakat & karena berkeliling menggunakan sepeda motor adalah bidang pekerjaan penulis, maka lama kelamaan kemampuan balap penulis menjadi terasah. Sampai pada suatu ketika saking seringnya penulis berkendara dengan kecepatan tinggi, sehingga mengundang pembalap motor lain ingin menjajal kemampuan balap penulis. Tetapi berkat minat-bakat & bidang yang sudah sering diasah, maka balapan tersebut dimenangkan oleh penulis. Balapan yang berikut-berikutnya kebanyakan pada akhirnya dimenangkan oleh penulis, padahal di antara beberapa sepeda motor yang dikalahkan penulis adalah sepeda motor yang memiliki kemampuan mesin yang lebih tinggi dibanding milik penulis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, walaupun kemampuan orang lain lebih tinggi dari kita, jika kita terus melatih minat-bakat & bidang yang kita kuasai, maka lama kelamaan kita dapat menemukan dorongan/semangat untuk maju yang ada di dalam diri kita untuk lebih memaksimalkan potensi diri yang kita punya & bahkan untuk mengalahkan lawan yang memiliki kemampuan di atas kita. 

Oleh karena itu para pemain Indonesia tidak boleh berkecil hati atau bahkan rendah diri ketika berhadapan dengan pemain asing yang memiliki kemampuan jauh di atas kita. Kita hanya perlu menemukan kepercayaan diri kita yang ada di dalam minat-bakat & bidang yang kita kuasai kemudian terus melatihnya hingga semakin membuat kita mahir & dapat mengimbangi permainan pemain asing/bahkan mengalahkannya. Sudah terlalu lama Indonesia jauh dari prestasi yang membanggakan. Jadi saat ini adalah saat membangkitkan mental juara para pemain sepak bola kita untuk terus berusaha meraih hasil yang maksimal dalam kejuaraan/pertandingan yang ada. Hasil kalah/menang bukanlah yang utama, yang terpenting adalah kita terus mempertahankan mental juara kita agar di saat kita kalah, hal itu tidak membuat kita terpuruk tetapi membuat kita belajar dari kekalahan yang kita derita. Ketika kita terus belajar & melatih kemampuan kita, lama kelamaan level kemampuan kita pun meningkat & akan membuat kita semakin sejajar dengan kemampuan pemain asing/bahkan di atas mereka. Apakah hal ini mungkin terjadi? Hal ini tidaklah mustahil, sebagaimana yang telah penulis sendiri alami, awalnya penulis kesulitan membuat tulisan-tulisan seperti ini & kadang membayangkan bahwa kemampuan penulis sangatlah jauh jika dibanding kemampuan penulis-penulis terkenal di Indonesia, tetapi karena penulis telah menemukan minat-bakat & bidang yang dikuasai, maka penulis pun terus melatih & mengembangkannya sehingga penulis dapat mencapai level seperti saat ini. Ayolah Indonesia! Kita bisa! Teruslah melatih minat-bakat & bidang yang dikuasai untuk meraih sesuatu yang bisa membanggakan diri sendiri & bangsa Indonesia.

Saturday 5 December 2015

Dialog 12 (Perdebatan menjatuhkan penulis GerMeIn)

Saat siang hari pada waktu jam makan siang, orang optimis berada di sebuah warung makan dekat jalan raya lintas propinsi. Orang tersebut baru selesai makan & hendak pergi ke luar. Tetapi ada seorang pria yang membencinya datang mendekat & mengajaknya untuk membicarakan sesuatu.

Orang benci: "Permisi, sebelum kamu pergi dari sini, boleh kita ngobrol-ngobrol dulu?"

Orang optimis: "Apa ada hal penting yang mau dibicarakan?"

Orang benci: "Iya. Hal yang sangat penting, terkait dirimu."

Orang optimis: "Bukankah anda, orang yang benci padaku? Lalu hal penting seperti apa yang perlu kita bicarakan?"

Orang benci: "Ini tentang tulisanmu. Aku sudah lama sekali ingin memperbincangkannya lebih dalam denganmu. Karena selama ini aku belum berkesempatan secara langsung memperdebatkan apa yang kamu tuliskan."

Orang optimis: "Baik. Aku dengan senang hati menanggapi apa yang selama ini menjadi ganjalan di hati anda yang ingin disampaikan padaku."

Orang benci: "Kamu orang yang banyak omong. Ngomongmu ngawur & tanpa dasar, bertele-tele & berputar-putar tanpa arah & tujuan yang jelas. Omonganmu tak bermakna & tidak berbobot. Omonganmu itu nyaring bunyinya tapi tak berisi & tak berarti alias tong kosong nyaring bunyinya."

Orang optimis: "Aku sudah pernah menyinggung & membahas pernyataan seperti yang anda katakan. Jika anda sudah membacanya, seharusnya anda tidak akan berkata-kata seperti ini."

Orang benci: "Untuk apa aku membaca tulisanmu yang isinya cuma omong kosong semua? Percuma! Tidak ada gunanya & hanya buang-buang waktuku saja."

Orang optimis: "Apa maksud anda berbicara seperti itu?"

Orang benci: "Maksudku adalah untuk mengata-ngataimu & menghentikanmu menuliskan & menyebarkan omong kosongmu pada orang lain."

Orang optimis: "Sebelum berbicara terlalu jauh, aku ingin bertanya pada anda. Apa warga negara anda?"

Orang benci: "Sudah tahu, pakai nanya segala! Aku tidak mau menjawab pertanyaanmu.!"

Orang optimis: "Aku & anda, sama-sama orang Indonesia, jadi untuk apa kita harus bertengkar & anda harus membenciku?"

Orang benci: "Kebencian ini karena aku mencurigai niat di balik semua perbuatan baik yang selama ini kamu lakukan. Aku bahkan sedang memikirkan tipu muslihat dari semua perbuatan baik itu. Karena aku tidak mudah diperdaya oleh modus murahan & rendahan seperti itu karena tidak mungkin seseorang melakukan hal-hal baik tanpa ada motif/imbalan/pamrih/keuntungan apapun yang ingin diperolehnya."

Orang optimis: "Prasangka anda terlalu jauh & berlebihan."

Orang benci: "Tapi hal itu mungkin terjadi di jaman serba materialistis seperti sekarang."

Orang optimis: "Itu karena anda belum mengenalku sehingga anda punya prasangka seperti itu."

Orang benci: "Buat apa aku mengenalmu? Sejak awal aku sudah tidak suka semua hal tentangmu, karena kamu adalah sosok yang mustahil ada & nyata di dunia ini. Jadi, sudahlah, jangan mengelak. Aku merasa bahwa kamu punya niat tidak baik di balik gerakan memajukan indonesia yang kamu suarakan & sebarkan kepada orang-orang."

Orang optimis: "Ide & niat awal aku membuat tulisan tentang gerakan memajukan Indonesia adalah karena aku ingin negara Indonesia menjadi negara yang maju, makmur sentosa, & berdaulat."

Orang benci: "Alah! Aku sangat benci orang yang bermulut besar sepertimu. Kata-katamu ini terlalu dibesar-besarkan & dimanis-maniskan. Jadi jangan membodohiku dengan kata-kata ajaib & bombastis seperti itu, karena aku paling muak dengan kata-kata yang terlalu muluk-muluk & tidak nyata yang hanya melenakan & menjauhkan diri dari kenyataan yang sebenarnya."

Orang optimis: "Kalau begitu aku sederhanakan lagi konsepnya yakni: "aku ingin Indonesiaku maju". Jika disederhanakan lagi "aku ingin maju". Jika aku & orang Indonesia lainnya maju, maka negara Indonesia pun ikut maju. Bukankah ide ini begitu sederhana & jelas?

Orang benci: "Apanya yang jelas? Kamu terlalu naif jika berharap Indonesia maju jika situasi & kondisi Indonesia seperti saat ini. Lagi pula hanya seorang diri sepertimu yang berharap & bermimpi besar seperti itu adalah hal yang sia-sia & tidak ada manfaatnya. Kamu ini jangan membuatku menertawai apa yang kamu lakukan."

Orang optimis: "Meski terlihat sulit, tapi aku harus tetap optimis. Bukankah jika Indonesia maju, maka kita-pun akan merasakan manfaat dari kemajuan tersebut? Bukankah hal ini menguntungkan anda & aku? Jadi apanya yang salah & mengapa anda begitu membenciku?"

Orang benci: "Kamu ini lebih buruk dari orang bodoh atau apa? Seolah-olah kamu tidak tahu & pura-pura tidak mengerti apa kesalahanmu. Jangan berlagak polos & merasa tidak punya salah seperti itu. Pikirkanlah sendiri apa salahmu & mengapa aku membencimu."

Orang optimis: "Tadi anda bilang omonganku bagaikan tong kosong yang nyaring bunyinya, jadi omonganku selangit tapi kosong artinya."

Orang benci: "Itu salah satunya & jika kamu sudah memahaminya maka seharusnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Jadi jangan pura-pura seperti orang bodoh seperti itu. Dasar tidak tahu diri!"

Orang optimis: "Jika seperti itu, berarti omonganku tidak ada gunanya bagi anda, jadi mengapa anda tidak abaikan saja? Bukankah tadi anda juga bilang membaca tulisanku hanya buang-buang waktu saja? Lalu mengapa anda repot-repot menanggapi & membantah tulisan-tulisanku?"

Orang benci: "Kok jadi berbalik memojokkanku? Siapa juga yang mau membaca & memahami tulisanmu? Aku tidak peduli & tidak sudi melihat tulisanmu apalagi sampai membaca & memahaminya. Jadi jangan coba-coba mengubah pikiranku untuk membaca & memahami tulisanmu."

Orang optimis: "Tapi tulisan-tulisanku tidak berisi & mengarahkan kepada hal-hal negatif malah justru tulisan-tulisanku untuk mengajak orang-orang kepada hal-hal positif & menghindari hal-hal negatif."

Orang benci: "Tadi sudah kubilang bahwa aku tidak peduli & tidak sudi melihat tulisanmu. Jadi untuk apa kamu terus membela diri & mencari-cari alasan untuk mempertahankan tulisanmu dari kritikan & kecamanku serta tidak mengakui keburukan, kesalahan, kekurangan, & kelemahanmu yang aku tunjukkan padamu? Kamu memang orang yang munafik, menampakkan diri pada orang lain agar terlihat berhati baik padahal sebenarnya kamu orang yang berhati buruk, kamu berpura-pura terlihat rendah hati padahal di hatimu kamu meninggi-ninggikan dirimu sendiri, kamu berkata-kata seolah kamu orang yang bersih & suci padahal kamu orang yang kotor, kamu berlagak seperti orang yang terhormat & mulia padahal kamu orang yang memalukan & hina, kamu sok menasehati orang padahal dirimu tidak mau dinasehati, kamu sok benar padahal kamu orang yang banyak kesalahan, semua yang kamu lakukan adalah sandiwara & kepalsuan untuk menipu orang-orang yang tidak berpikir panjang & mudah dibodohi, kamu bersembunyi di balik topeng kesempurnaan untuk menutupi cacat & cela yang ada padamu."

Orang optimis: "Sebanyak itukah kejelekanku?"

Orang benci: "Bahkan lebih banyak lagi jika aku mau mengatakannya semua."

Orang optimis: "Dengan begitu banyaknya kejelekanku yang anda ketahui, berarti anda telah sangat mengenalku?"

Orang benci: "Tentu. Aku sangat mengenali semua kejelekan yang ada pada dirimu. Bahkan aku terkadang merasa muak denganmu. Jadi dalam pandanganku, kamu adalah orang yang tidak ada artinya."

Orang optimis: "Tapi tadi anda berkata bahwa anda tidak mau mengenalku & tidak suka semua hal tentangku, tapi mengapa anda malah mencari tahu kejelekanku?" 

Orang benci: "Kok kamu malah memutar balikkan perkataan? Karena aku tidak suka kamu, maka aku mencari-cari semua kejelekanmu. Jadi kamu jangan mengotak atik & membolak-balik logika sederhana ini."

Orang optimis: "Nah..Kata anda: tidak suka semua hal tentangku & tidak mau mengenalku, jika anda mencari-cari kejelekanku berarti anda mau mengenalku & suka hal-hal jelek tentangku."

Orang benci: "Loh..kok malah kamu membolak-balikkan kata-kataku? Pokoknya aku benci kamu & aku benci semua hal tentangmu. Aku sangat benci dengan semua yang kamu katakan & kamu lakukan. Pokoknya semua hal tentangmu adalah salah & omong kosong."

Orang optimis: "Mana yang salah & cuma omong kosong?"

Orang benci: "Pokoknya semuanya tidak benar & tak berarti apapun."

Orang optimis: "Inti sari tulisanku adalah mengenali potensi diri (minat-bakat & bidang yang dikuasai) kemudian bergerak maju menuju aktualisasi diri. Dari inti sari tulisanku, mana yang tidak benar & tidak berarti?"

Orang benci: "Pokoknya omonganmu itu ngawur semua & tidak bermakna. Jadi kamu tidak usah menanyakan balik, mana yang salah & mana yang benar dari tulisanmu. Tulisanmu itu tidak layak untuk disebarluaskan ke semua orang karena berupa anggapan & pengandaian yang tidak berdasar pada kenyataan."

Orang optimis: "Dari inti sari tulisanku, mana yang berupa anggapan & pengandaian yang tidak sesuai kenyataan?"

Orang benci: "Pokoknya tulisanmu itu tidak ada yang bermanfaat bagiku & kalau hanya menulis seperti itu saja, aku pun bisa melakukannya."

Orang optimis: "Syukurlah jika anda bisa membuat tulisan seperti tulisan yang aku buat. Jadi kita bisa bekerja sama untuk menyadarkan & menginspirasi orang lain untuk ikut bergerak memajukan Indonesia."

Orang benci: "Eits..jangan samakan aku dengan dirimu ya! Aku bukanlah pengobral mimpi indah sepertimu. Aku bukanlah orang yang bermodal omong doang sepertimu. Aku bergerak dengan tindakan nyata, tidak sepertimu yang hanya omong doang & angan-angan kosong tanpa tindakan. Aku memimpin sekian banyak orang di sebuah perusahaan. Aku mengarahkan sekian banyak orang untuk bekerja keras mencapai tujuan perusahaan. Aku berpikir & bertindak nyata untuk memajukan perusahaan. Aku telah membantu karyawan meraih impian mereka, aku telah membantu perusahaan meraih impiannya, & akupun telah berusaha keras meraih impianku sendiri. Jadi bukankah itu artinya aku telah turut serta ambil bagian dalam usaha membangun perekononomian Indonesia?"

Orang optimis: "Jalan hidup kita berbeda. Itu adalah jalan hidup anda & inilah jalan hidupku. Jika anda memaksaku untuk menjadi seperti anda, maka bisa jadi hal itu akan menyulitkanku, begitupun sebaliknya. Tapi jika anda tetap memaksaku, maka jawabku: saat ini, memang inilah yang bisa aku lakukan. Tapi apakah membuat tulisan itu semudah membuat coretan tak bermakna di selembar kertas kosong? Jika sesederhana itu saat membuat tulisan, maka buatlah tulisan tentang gerakan memajukan Indonesia. Bertindak & nyatakanlah ide & pemikiran anda tentang hal itu dalam bentuk tulisan."

Orang benci: "Kamu ini cuma bisa membolak-balikkan pendapat orang lain. Apa kamu tidak punya pendapat lain yang murni berasal dari dirimu sendiri? Dasar tukang jiplak, tukang curi ide orang lain, tukang manfaatin orang lain demi kepentinganmu sendiri!"

Orang optimis: "Omongan anda sekarang terlalu melebar. Dari tadi aku bertanya tapi tidak anda jawab & malah membahas hal lainnya."

Orang benci: "Kamu ini memang tidak tahu diri & tidak tahu malu ya?! Dari tadi aku berkata-kata padamu, tapi kamu tetap saja belum tahu juga maksudku. Pokoknya aku benci sekali padamu & aku tidak mau dengar semua kata-katamu."

Orang optimis: "Baiklah jika begitu. Kebencian anda sudah terlalu menutupi pikiran jernih anda, sehingga apapun yang kukatakan tidak dapat masuk & dicerna di dalam pikiran anda, jadi perdebatan kita percuma & tak ada artinya."

Orang benci: "Haha..akhirnya kamu kalah & menyerah. Makanya, jangan sok-sok-an jadi orang. Orang kemarin sore saja, sudah sok hebat, sok segalanya. Emangnya hal hebat apa yang telah kamu lakukan sehingga begitu sombong & menganggap remeh orang lain?"

Orang optimis: "Maaf, anda salah menilaiku. Memang aku punya kesalahan, kekurangan, kelemahan, & keburukan, tapi aku tidak seperti yang anda katakan barusan."

Orang benci: "Yang menilai seseorang adalah orang lain, bukan dirimu sendiri. Jadi kamu tidak bisa menyangkalnya. Lebih baik kamu sadari penilaian yang orang lain berikan padamu & selanjutnya perbaiki kesalahanmu tersebut."

Orang optimis: "Apakah anda mengira aku orang yang bodoh & memiliki banyak keburukan serta tidak bisa menilai bagaimana diri anda?"

Orang benci: "Iya. Karena aku memiliki banyak pengalaman & telah melakukan banyak tindakan nyata yang belum kamu lakukan serta aku telah selangkah lebih maju darimu yakni aku telah mewujudkan mimpiku sebagai pemimpin & kamu baru sebatas sebagai pemimpi. Aku dengan dirimu tidak selevel & tidak sebanding. Dalam banyak hal, keadaanku lebih baik, lebih tinggi, lebih unggul, & lebih terhormat dibanding dirimu. Kamu hanyalah orang rendah yang bermodal dengkul yang bermimpi di siang bolong ingin memeluk gunung & menggapai bulan."

Orang optimis: "Anda berkata bahwa aku banyak omong, tapi ternyata anda yang lebih banyak omongnya. Kata anda aku ngawur & tanpa dasar, tapi ternyata anda belum mengenalku & bicara ngawur tanpa dasar tentangku & tulisanku. Kata anda aku..." sebelum menyelesaikan omongannya, orang yang benci tersebut menyelanya.

Orang benci: "Cukup..cukup.. karena jam menunjukkan pukul 1 siang kurang 5 menit, jadi masih ada waktu 5 menit perjalanan menuju tempat pertemuan dengan temanku. Oleh karena itu aku harus buru-buru pergi sekarang, karena aku ada urusan penting dengan temanku tersebut." selanya sebagai alasan untuk mengakhiri perdebatan karena merasa tersudut & tak berkutik terkena omongan itu & takut terbongkar semua keburukannya jika perdebatan ini terus dilanjutkan kemudian langsung pergi entah ke mana.

Setelah orang benci tersebut pergi, tiba-tiba temannya datang & menghampiri meja makan orang optimis tersebut untuk mengajak ngobrol sebentar.

Orang ndukung: "Hay! Selamat siang!" Sapanya sambil bersalaman dengan orang optimis.

Orang optimis: "Hay! Siang! Wah! Kebetulan banget kita ketemu di sini. Kamu baru datang apa sudah dari tadi di tempat ini?"

Orang ndukung: "Oh! Aku sudah dari tadi di sini."

Orang optimis: "Benarkah?! Kamu tadi duduk di mana? Kok aku tidak melihatmu?"

Orang ndukung: "Aku duduk di belakangmu & aku mendengar semua pembicaraanmu dengan orang yang benci padamu itu."

Orang optimis: "Oh..begitu."

Orang ndukung: "Sebenarnya aku mau ikut nimbrung ngobrol denganmu untuk membelamu & mendebat kata-katanya. Menurutku, kata-katanya itu sangat kasar & keterlaluan padamu. jika aku yang dikata-katai seperti itu, aku bakalan sangat marah & balik mengata-ngatainya. Hanya saja aku aku tidak jadi ikut nimbrung di tengah perdebatan sengitmu dengannya, karena aku ingin lihat bagaimana sikap & perkataanmu terhadap orang yang membencimu itu seperti apa."

Orang optimis: "Aku dulu sudah sering & biasa mengalami hal seperti tadi. Jadi aku juga memahami mengapa ia bersikap & berkata seperti itu. Aku bersikap & berkata seperti tadi berdasarkan pengalamanku sebelumnya."

Orang ndukung: "Aku kagum dengan sikap & kata-katamu. Sejak awal kata-kata orang benci tersebut sudah terpatahkan tapi kamu tetap sabar menanggapi orang tersebut. & ketika orang tersebut menelanjangi kejelekan yang ada pada dirimu, sebenarnya dia sedang menelanjangi kejelekan yang ada pada dirinya sendiri karena kamu bagaikan cermin baginya, yang merefleksikan balik apa yang dikatakannya padamu."

Orang optimis: "Namanya orang, kan, ada bermacam-macam, salah satunya seperti dia. Dia berkata buruk seperti itu karena dia belum mengerti, coba kalau dia mengerti, maka dia akan berkata baik. Semua ada prosesnya, semoga dia, aku, & kamu mendapat pencerahan atas peristiwa ini. Ohya, ini sudah jam 1 siang, aku harus pergi sekarang."

Orang ndukung: "Ok. Aku juga harus balik ke kantor & terima kasih ya atas waktunya! Meskipun pertemuan kita sangat singkat, tapi begitu padat & berisi. Pikiranku sekarang menjadi tercerahkan & aku menjadi lebih bersemangat di banding sebelumnya. Kamu memang pemberi inspirasi bagiku. Semoga di lain waktu kita dapat bertemu lagi & berbincang-bincang tentang sesuatu hal yang rumit untuk aku uraikan & aku pahami sendiri."

Orang optimis: "Ok!"

Setelah menyelesaikan perbincangan singkatnya, ke duanya pun pergi kepada urusannya masing-masing.

Thursday 3 December 2015

Ketika keperjakaan & keperawanan menjadi hal yang langka

Judul tulisan ini dibuat untuk memperingati 1 Desember sebagai hari AIDS sedunia. Virus HIV sebagai penyebab penyakit AIDS, menjangkiti seseorang hanya ketika terjadi pertukaran/masuknya cairan sperma/vagina, darah, & ASI dari orang yang terjangkit AIDS kepada orang yang sehat. Oleh karena itu cara yang memungkinkan penyebaran AIDS kepada orang lain adalah 1)masuknya cairan sperma/cairan vagina penderita AIDS ke tubuh orang sehat melalui seks bebas, 2)masuknya darah penderita AIDS ke tubuh orang sehat melalui penggunaan obat terlarang & alat medis yang tidak steril, 3)masuknya cairan ASI (Air Susu Ibu) penderita AIDS ke tubuh bayi/orang sehat, 4)faktor keturunan yakni bayi yang dikandung oleh ortu yang terinveksi virus HIV. Dari beberapa cara tersebut yang dibahas di sini adalah penyebaran virus HIV melalui seks bebas. Jika kita berbicara seks bebas, maka itu artinya jika seseorang melakukannya berarti orang tersebut menghilangkan keperjakaan/keperawanannya. Bagi para pria yang melakukannya, tentu akan sulit mendeteksi apakah dia masih perjaka/tidak, tetapi dengan suatu alat tertentu kita masih dapat mengetahuinya. Berbeda dengan perempuan, kita dapat mengetahui orang tersebut masih perawan/tidak saat malam pertama dilakukan (tentunya hanya untuk mereka yang baru menikah) atau dengan memeriksakan dirinya pada pihak medis yang berwenang melakukannya.

Seksualitas, sampai kapanpun & di manapun, akan menjadi hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan & bahkan dilakukan. Kebanyakan orang tidak akan memungkiri bahwa seksualitas adalah suatu dorongan & kebutuhan biologis yang tidak bisa ditahan/dihilangkan ketika sudah muncul secara alami/sesuai waktu biologisnya. Meskipun begitu, seseorang masih dapat mengendalikan dorongan biologis tersebut ketika kondisi mentalnya sudah matang atau bisa juga menekan/menghilangkan dorongan biologis tersebut melalui tindakan medis tertentu (kimia/operasi). Sebagai gambaran, bayangkanlah kita sedang berada di suatu tempat yang sepi & nyaman serta dengan suasana yang membangkitkan gairah, tiba-tiba muncul seseorang yang menarik perhatian kita karena berwajah rupawan & bertubuh menawan, mendekati & menggoda kita. Tujuan orang tersebut adalah membuat kita jatuh ke pelukannya & selanjutnya melakukan hal-hal yang tidak perlu kita katakan di sini, tetapi cuma kita tebak & bayangkan saja apa yang akan dilakukan oleh kebanyakan pria & perempuan yang sedang bergairah di tempat sepi ketika berdekatan satu sama lain meskipun bukan suami istri. Dari sini dapat kita tebak bahwa kebanyakan orang akan melakukan "hal itu". Tetapi hanya sejumlah kecil orang, sebagai pengecualian, yang yang tidak melakukannya. Orang yang dengan kesadarannya mampu mengendalikan dirinya agar tidak mudah tergoda melakukan hal terlarang tersebut adalah golongan orang yang memiliki kematangan mental sedangkan golongan orang yang dorongan biologisnya telah ditekan/dihilangkan adalah golongan orang yang tidak berhasrat karena pengaruh tindakan medis.

Dorongan biologis seperti itu memang sulit ditahan & dikendalikan ketika situasi & kondisinya mendukung. Hal ini karena ketika melakukan "hal itu", kita akan merasakan kenikmatan yang dapat membuat kita terbang melayang, memunculkan perasaan senang, suka ria & bahagia di hati, serta membuat kita serasa di surga. "Hal itu" kita lakukan untuk menyalurkan & melampiaskan hasrat batin kita sebagai perwujudan saling memberi & menerima kasih sayang antara pria & perempuan yang saling menginginkan. Ketika "hal itu" kita lakukan, rasanya kita ingin mengerahkan seluruh tenaga kita untuk membuat hasrat yang sedang membara mencapai titik puncaknya hingga pada akhirnya padam dengan perasaan puas & bahagia. Di sini kita tidak perlu munafik bahwa disangkal/tidak, dorongan biologis ini adalah bersifat alami & ini-lah yang membuat manusia & makhluk hidup lainnya dapat beranak-pinak serta melanjutkan keturunannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Coba kalau tidak ada dorongan biologis untuk melanjutkan keturunan ini, maka dapat dibayangkan, tidak akan ada makhluk hidup yang tersisa di bumi ini.

Lalu kita akan berpikir bahwa, jika dorongan biologis untuk melanjutkan keturunan adalah bersifat alami maka apanya yang salah? Bukankah tidak ada yang salah jika kita menyalurkan hasrat & gairah kita pada lawan jenis? Bukankah kita melakukan "hal itu" atas dasar "suka sama suka" & "mau sama mau"? Sehingga tidak ada orang yang bisa melarangnya, apalagi jika "hal itu" dilakukan di tempat yang sepi/tersembunyi/tidak ada orang yang tahu. Kalaupun ada akibat buruk dari melakukan "hal itu", bukankah yang menanggungnya adalah diri kita sendiri & bukan orang lain? Serta apa hubungan tulisan ini dengan gerakan memajukan Indonesia? Beberapa pertanyaan di atas seolah-olah benar & jika pertanyaan itu ditujukan kepada kita, maka di antara kita tentu ada yang menjawab bahwa untuk apa juga kita mencampuri urusan orang lain & menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita jawab dulu pertanyaan mengapa kita ikut campur terhadap hal ini. Untuk hal-hal pribadi yang sifatnya tidak berhubungan dengan orang banyak & bukan merupakan tindakan kriminal, maka kita tidak perlu ikut campur. Tetapi jika berhubungan dengan pelanggaran norma-norma yang berlaku seperti hal-hal tentang kesusilaan, maka kita perlu ikut campur, minimal mendoakan/membencinya, serta mengingatkan & melarangnya jika kita mampu melakukannya. Hal ini karena, bagaimanapun, pelanggaran kesusilaan akan berakibat buruk pada masyarakat, entah itu berupa kemerosotan moral masyarakat atau berupa penyebaran penyakit AIDS & berbagai penyakit lain sebagai akibat dari pergaulan bebas, secara lebih cepat & lebih mudah.

Katakanlah dengan kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi, para pelaku pergaulan bebas semakin sadar akan bahaya AIDS & mengetahui cara menghindar & menjaga diri dari terjangkit penyakit AIDS, maka tentunya mereka akan menggunakan alat kontrasepsi, tidak mudah bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan intim, menghindari "jajan sembarangan", & tidak menggunakan alat suntik untuk obat-obatan terlarang secara bergantian. Jika seperti itu, maka sebenarnya mereka telah membatasi diri dari bergaul secara bebas & menyadari bahwa pergaulan bebas mengandung resiko & kerugian yang terlalu besar dibanding manfaat & kenikmatan yang diperoleh. Tapi seolah mereka terjebak oleh pemikiran yang sempit/sesat sehingga mereka tetap melakukan pergaulan bebas tersebut meskipun mereka tahu apa akibat buruk dari melakukan "hal itu" secara bebas. Karena hal ini, keperjakaan & keperawanan seolah mudah dibeli dengan bujuk rayu kenikmatan sesaat/harta benda yang tidak seberapa jika dibanding kehormatan & harga diri sebagai seorang perjaka & perawan yang menjaga dirinya dengan baik. Hal ini sebagai dampak dari semakin bebasnya pergaulan karena kemajuan IPTEK tanpa disaring terlebih dahulu sehingga membuat gaya hidup bebas yakni menyerahkan keperjakaan & keperawanan kepada orang lain tanpa pernikahan dapat dengan mudah dilakukan & ditiru orang lain.

Katakanlah sangat sulit untuk menjaga diri agar tetap perjaka & perawan di dunia gemerlap & serba bebas, maka bagi yang belum ternoda, kita bisa menghindari dunia yang dapat menjerumuskan kita pada perbuatan terlarang tersebut. Tapi jika kita tidak bisa melakukannya, maka kita bisa membatasi pergaulan kita agar tidak terlalu bebas & mengarah pada perbuatan itu. Tidak mengapa jika kita dikata-i sok suci, sok benar, sok alim, sok baik, & sok-sok-an yang lain, asalkan kita tetap mempertahankan kehormatan & harga diri kita dengan tetap menjaga keperjakaan & keperawanan kita. Perlakuan, sikap, & kata-kata orang lain yang memojokkan & merendahkan kita tidak ada artinya jika yang kita pertahankan adalah hal yang baik & benar karena semua yang kita lakukan itu justru akan berbalik & mengangkat kehormatan & harga diri kita suatu saat nanti. Katakanlah kita akhirnya dijauhi oleh teman-teman kita, jika ini terjadi maka kita kenali lagi diri kita & berusaha tetap berlaku & bersikap seperti yang biasa kita lakukan sebelumnya, hanya saja untuk hal-hal prinsip tentang keperjakaan & keperawanan adalah harga pasti yang tidak bisa ditawar. Kita bebas bergaul sebebas-bebasnya dengan teman kita asalkan kita tetap memegang prinsip. Kita tetap bergaul bersama mereka dengan tetap memegang prinsip masing-masing, syukur-syukur mereka dapat tertarik & ikut bergabung ke kita yakni dengan keluar dari pergaulan bebas tersebut. Kalau mereka tidak bersedia, maka kita hargai itu & kita tidak perlu memaksa mereka, begitupun sebaliknya. Jika kita tidak bersedia bergabung dengan mereka untuk melakukan pergaulan bebas, maka mereka pun harus menghargai & tidak memaksa kita.

Perbuatan baik memang awalnya sulit & tidak mengenakkan bagi yang baru pertama kali melakukannya, tapi lama-kelamaan akan terasa manis & bahkan semakin meninggikan kehormatan & harga diri kita serta membuat kita menjadi orang yang mulia. Tetapi berbanding terbalik ketika hal itu adalah perbuatan buruk, awalnya mudah & menyenangkan ketika pertama kali melakukannya, tapi lama kelamaan akan terasa pahit & bahkan semakin merendahkan kehormatan & harga diri kita serta membuat kita menjadi orang yang hina. Contohnya pergaulan bebas, pertama kali melakukannya memang sangat menyenangkan, di mana kita dapat bergonta ganti pasangan serta dapat menikmati kelezatan & indahnya bercinta dengan pasangan tanpa ikatan, tapi lama kelamaan ketika kita mencapai puncaknya, dimulailah titik balik menuju titik terendah sebagai siklus kehidupan, yang awalnya terlihat indah & nikmat menjadi terlihat buruk & membawa derita karena terjangkit penyakit AIDS. Berbeda dengan perbuatan baik, awalnya memang sulit & tidak menyenangkan ketika kita diremehkan, direndahkan, dipandang sinis serta dianggap munafik karena menjaga keperjakaan & keperawanan kita di tengah orang yang bergaul secara bebas, tapi lama kelamaan jika kita tetap bertahan & berpegang pada prinsip kita, maka semua hal itu akan berbalik & apa yang kita lakukan tersebut justru akan menyelamatkan diri kita dari akibat buruk pergaulan bebas.

Penyaluran & pelampiasan hasrat biologis kepada lawan jenis sebagai bentuk dari dorongan biologis untuk melanjutkan keturunan bukanlah kesalahan/hal yang menjadi permasalahan, tetapi merupakan hal wajar & alamiah selama dilakukan dengan cara & jalan yang baik & benar. Secara alamiah setiap orang memiliki dorongan & kebutuhan biologis yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan hidupnya & melanjutkan keturunannya. Tetapi para pelaku pergaulan bebas berpikir sempit/bahkan berpikir sesat & berangapan bahwa pergaulan bebas adalah cara paling menyenangkan & memberi kenikmatan yang lebih. Tetapi dalam pergaulan bebas tidak ada jaminan pasangan intim kita harus bertanggung jawab terhadap segala resiko pergaulan bebas. Yang ada hanyalah mengumbar kesenangan & kenikmatan sesaat. Para pelaku pergaulan bebas menutup mata/mengabaikan segala resiko & akibat buruk pergaulan bebas. Sehingga pergaulan bebas bukanlah penyaluran & pelampiasan hasrat yang tepat untuk memenuhi dorongan & kebutuhan biologis tersebut, mengingat terlalu besarnya resiko yang tidak sebanding dengan manfaat & kenikmatan yang diperoleh. Hanya melalui ikatan pernikahanlah dorongan & kebutuhan biologis tersebut dapat dipenuhi dengan cara & jalan yang baik & benar untuk meminimalkan/menghilangkan akibat buruk seperti yang ada di dalam pergaulan bebas. Melalui ikatan pernikahanlah seseorang mendapat jaminan hukum & keabsahan dalam menjalani kehidupan berumah tangga dengan lawan jenis.

Jika seperti itu, maka akan muncul pertanyaan, bagaimana bersenang-senang dengan banyak perempuan tapi tanpa terjerumus dalam pergaulan bebas? Sebenarnya ada cara & jalan yang dibolehkan untuk hal itu yakni melakukan poligami. Penulis termasuk orang yang menyuarakan poligami sebagai jalan untuk memenuhi hasrat pria yang ingin memiliki perempuan lebih dari satu. Jika para pembaca ada yang tertarik untuk berpoligami, maka bergabunglah dengan penulis untuk menyuarakan poligami yang bisa pembaca lihat di http://duniataufiq.blogspot.com. Penulis akan membela para pelaku poligami, asalkan mereka dalam posisi yang benar & bertanggung jawab. Karena penulis berpikir lebih baik berpoligami daripada berselingkuh/melakukan pergaulan bebas yang beresiko tinggi. Calon pelaku poligami tidak perlu segan jika banyak yang tidak setuju dengan pernikahan poligami, karena poligami adalah pilihan & poligami dilakukan tanpa paksaan yakni tanpa memaksakan kehendak orang lain agar bersedia melakukan poligami. Jika seseorang tidak mau dipoligami, maka kita cari lagi orang lain yang bersedia dipoligami. Tapi bagaimana jika kita terlalu mencintai seseorang sedangkan orang tersebut tidak mau dipoligami? Jika kita terlalu condong pada perempuan tersebut, maka kita harus rela melepaskan perempuan-perempuan yang lain agar bisa menikah dengan perempuan yang kita cintai tersebut secara monogami. Tapi jika kita tidak condong pada perempuan tersebut, maka kita harus rela melepaskannya walaupun kita masih mencintainya agar bisa menikah dengan beberapa perempuan lain yang bersedia dipoligami.

Kita kembali lagi pada persoalan pergaulan bebas. Jikalau ada yang beralasan bahwa "hal itu" dilakukan atas dasar suka sama suka & mau sama mau, maka orang lain tidak punya hak untuk melarang. Kita sebagai orang lain bagi para pelaku pergaulan bebas memang tidak punya hak mencampuri urusan pribadi mereka, tetapi kita punya kewajiban untuk menjaga pelanggaran kesusilaan yang dilakukan secara terang-terangan, karena hal itu tidak saja mengganggu & merusak ketertiban tetapi juga bisa menjadi pemicu timbulnya penyakit jasmani/rohani/sosial yang dapat menular kepada orang lain seperti penyakit kelamin, AIDS, aborsi, penelantaran anak, kemerosotan moral, dsb. Meskipun yang menanggung akibat buruk pergaulan bebas adalah para pelakunya sendiri tetapi orang lain di sekitar para pelaku tersebut juga akan terkena dampak perbuatan buruk tersebut, yakni terancam tertular penyakit jasmani/rohani/sosial seperti yang telah disebut di atas sehingga kita sebagai orang lain bagi para pelaku pergaulan bebas tersebut perlu waspada & kalau perlu mengantisipasi akibat buruk pergaulan bebas.

Lalu apa hubungan tulisan ini dengan gerakan memajukan Indonesia? Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita bahas dahulu pertanyaan yang muncul dari orang-orang yang terlanjur tercebur dalam pergaulan bebas yakni apa yang harus dilakukan mereka agar terbebas dari pergaulan bebas/minimal terbebas dari ancaman penyakit jasmani/rohani/sosial? Yang pelu dilakukan adalah terus mengingat akibat terburuk dari pergaulan bebas kemudian secara bertahap mengurangi atau bahkan menghentikan perbuatan terlarang yang pernah dilakukan & yang terpenting adalah membatasi pergaulan agar tidak terlalu bebas & bergaul dengan orang-orang yang membawa pengaruh positif. Kita beralih pada jawaban untuk pertanyaan di awal paragraf ini yakni hubungan tulisan ini dengan gerakan memajukan Indonesia, tulisan ini bermaksud untuk memberikan gambaran & penyadaran bahwa masalah sosial seperti kerusakan moral akibat pergaulan bebas dapat menghambat kemajuan masyarakat yang ujung-ujungnya akan menghambat kemajuan Indonesia pada umumnya. Jadi harapannya setelah membaca ini, kita dapat menjadi lebih sadar akan dampak buruk dari pergaulan bebas yang dapat menimbulkan penyakit jasmani/rohani/sosial seperti yang telah disebutkan di atas yang hanya menimbulkan masalah sosial yang akan membuat kita tertahan & sibuk mengatasi masalah ini, padahal seharusnya kita bergerak maju untuk membangun Indonesia agar bisa segera menjadi negara yang makmur sentosa & berdaulat.