Wednesday 23 December 2015

INTERMEZO 2 (Membongkar persoalan & mendudukkan persoalan pada tempatnya - Bagian 1)

Seolah segala peristiwa yang selama ini telah terjadi, tidak memberikan pelajaran apa pun & bahkan permasalahan yang terkandung dalam peristiwa tersebut seolah mau diperkeruh, diaduk-aduk, & dipelintir untuk mengaburkan & menjauhkannya dari inti persoalan. Jika hal ini terjadi saat penulis masih sebagai anak kemarin sore, maka tentunya kejadian ini telah berhasil membuat orang-orang terpengaruh & terhanyut dalam isu/persoalan yang sedang dilemparkan. Dulu setiap cerita yang membentuk suatu peristiwa, dibuat secara sepihak, tanpa ada respon balik terhadap cerita tersebut, sehingga cerita-cerita itu menjadi berputar-putar tanpa solusi & berakhir dengan tidak jelas. Tetapi saat ini kejadiannya sudah berbeda, kejadian-kejadian di masa lalu yang terulang lagi di masa kini tentu akan direspon dengan sedemikian rupa agar tidak menghasilkan akhir cerita yang berbelit & tanpa solusi. Oleh karena itu penulis pernah singgung hal ini jauh-jauh hari sebelumnya melalui pertanyaan: apakah kita sadar bahwa kita sedang diamati? Meskipun tidak secara menyeluruh, orang lain akan melihat, mendengar, memperhatikan, & bahkan mengingat apa yang dikatakan & dilakukan serta peristiwa yang mengiringinya, sehingga jika orang lain tertarik pada ceritanya & mengikuti alur cerita dari awal sampai akhir, maka mereka akan merenungkannya & menilainya. Jadi jika ceritanya dibuat berputar-putar tidak jelas & tanpa solusi, maka orang-orang tersebut akan mengetahuinya. Katakanlah jika ada yang tidak mau tahu & tidak peduli dengan siapa pun yang mengamati hal itu, maka penulis akan mengingatkan & meringkaskan alur cerita yang telah terjadi sebelumnya agar dapat diketahui sampai sejauh mana perjalanan yang telah dilakukan selama ini. Mengapa penulis melakukan ini? Hal ini agar ceritanya, punya arah & tujuan yang jelas serta tidak berputar-putar & kembali/terjebak pada jalan buntu seperti dahulu.

Mari kita cermati permasalahan pada cerita yang selama ini terjadi. Permasalahannya adalah tentang hubungan percintaan antara seorang pria dengan beberapa perempuan. Meskipun jalinan cinta mereka sudah berkali-kali diakhiri karena tidak adanya kecocokan satu sama lain, tapi cerita mereka tetap tidak berakhir & selama itu pula para perempuan yang terkait di dalamnya ada yang terus merasa tersakiti. Kita fokuskan pada permasalahan: mengapa persoalan yang sudah sangat jelas, menjadi keruh, terlihat rumit & menjadi masalah yang begitu panjang tak berujung? Katakanlah pria dalam cerita itu adalah penulis, sedangkan penulis bukanlah orang yang suka memaksa orang lain untuk menjalani hubungan yang orang tersebut tidak ingin jalani. Dengan demikian, para perempuan yang merasa kecewa, terluka, & sakit hati lalu berkeinginan untuk berpisah/mengakhiri hubungan dengan penulis, maka penulis tidak akan memaksanya untuk tetap bertahan menjalani kisah cinta tersebut. Jadi para perempuan yang ingin berpisah/mengakhiri hubungan dengan penulis, maka tidak akan dihalangi penulis. Oleh karena itu bagi yang masih mempermasalahkan & memperpanjang serta memperkeruh persoalan ini (keinginan untuk berpisah), maka penulis akan berkata: Bukankah penulis tidak memaksa mereka untuk bertahan/menjalin hubungan dengan penulis? Bukankah penulis tidak menghalangi mereka untuk berpisah/mengakhiri hubungan dengan penulis? Jika mereka merasa dipaksa, maka siapa yang memaksa mereka? Karena penulis tidak memaksa mereka, maka bisa jadi ada orang lain yang mengatasnamakan penulis yang memaksa mereka untuk bertahan/bisa jadi ada orang yang menyebarkan fitnah bahwa penulis memaksa mereka untuk bertahan/bisa jadi mereka sendiri terlalu GR (Gede Rasa) yang merasa bahwa penulis memaksa mereka untuk bertahan, dsb. Dengan kata-kata penulis ini, bisa jadi ada yang protes & berkata bahwa penulis juga terlalu GR (Gede Rasa) yang merasa sok ganteng, sok segalanya, & sok sangat dicintai perempuan sehingga merasa semua perempuan mengejar-ngejarnya. Katakanlah kita sama-sama GR, jadi apakah hal ini bisa memperjelas masalah kita, sehingga ketika hubungan kita sudah berakhir, maka tidak ada lagi buntut panjang/embel-embel yang dapat memperkeruh & mengaburkan ujung/akhir masalahnya?

Mengapa penulis membahas masalah ini? Karena seperti yang telah disebut di atas & pada tulisan-tulisan penulis yang lain, apa yang dipermasalahkan & dibikin rumit ini, hanya membuang waktu kita saja. Selama ini kita hanya berputar-putar & tidak ada gerak maju yang kita lakukan. Tidak adakah hal lain yang lebih bermanfaat & lebih layak dipersoalkan? Sebagai jawabannya, sebenarnya ada persoalan yang lebih layak kita kejar & perjuangkan yakni persoalan tentang bagaimana memajukan Indonesia, yang sudah penulis tulis & kembangkan idenya pada http://majulah-indonesiaku12.blogspot.com.

Kita masuk pada pernasalahan & bahas persoalan yang terkait dengan judul tulisan ini. Pertama-tama kita bahas para perempuan yang merasa diberi harapan palsu, merasa digantung/diambangkan statusnya & semacamnya, yang bertanya-tanya & mempertanyakan kejelasan hubungan mereka dengan penulis, maka penulis akan menjawab bahwa jika mereka bertanya-tanya & mempertanyakan hal tersebut, hal itu berarti perempuan-perempuan itu belum membaca/belum memahami tulisan-tulisan penulis. Jika ada yang mengancam pergi meninggalkan penulis karena merasa diabaikan, tidak dianggap, tidak diperhatikan, & semacamnya, maka penulis akan mempersilahkannya. Bukannya penulis tidak butuh/tidak peduli dengan perempuan, tetapi penulis bukanlah orang yang suka diatur/didikte, sehingga penulis tidak akan menghalanginya, ketika ada perempuan yang mengancam pergi meninggalkan penulis karena tidak berhasil mengatur/mendikte penulis. Alasan mengapa penulis begini & begitu, sebagian besar sudah dituangkan dalam tulisan sehingga tidak ada alasan bagi para perempuan tersebut untuk mempermasalahkan hal yang penulis lakukan. Mengapa penulis seolah dengan percaya dirinya bertahan dengan sikap & apa yang dilakukannya? Hal ini karena penulis sudah sampai pada kata-kata "Inilah aku". Apakah hal ini tidak cukup menjelaskan seperti apakah diri penulis? Kemudian jika ada perempuan yang merasa didekati oleh penulis, tetapi perempuan itu tidak sedikitpun tertarik pada penulis/cinta pada penulis, lalu perempuan itu seolah-olah merasa dikejar-kejar/dipaksa oleh penulis agar jatuh cinta pada penulis, maka perasaan dikejar/dipaksa tersebut adalah perasaan yang berlebihan/GR dari perempuan tersebut, karena penulis bukanlah orang yang memaksakan cinta pada orang lain, hal ini juga berlaku untuk perempuan yang sejak awal tidak suka didekati penulis. Kemudian jika ada perempuan yang sudah menjadi milik orang lain & merasa didekati penulis, ini pun perasaan berlebihan/GR dari perempuan tersebut, karena penulis tidak tertarik pada orang yang sudah menjadi milik orang lain.

Bagi para pecinta penulis yang begitu setia menanti penulis & berharap bisa menjadi pendamping penulis hingga akhir hayatnya, maka jika para pecinta tersebut benar-benar cinta pada penulis, seharusnya mereka membaca semua tulisan penulis & memahaminya sehingga tahu apa yang dimau & diinginkan penulis serta tahu apa yang harus dilakukannya. Tetapi jika dalam perjalanannya, para pecinta penulis merasa kecewa, terluka, tersakiti, & menderita karena mencintai penulis, maka mari kita renungkan & pelajari apa yang sedang terjadi selama ini. Semua orang akan melalui proses alamiah yakni mengalami perkembangan biologis & psikologis. Dalam perkembangannya, ketika sudah sampai pada waktunya, maka tumbuhlah perasaan cinta kepada lawan jenis serta keinginan bersama & bersatu dengannya. Hal ini pula yang sedang terjadi pada para pecinta penulis tersebut yang membuat mereka ingin menjadi pendamping hidup penulis. Ada tahap yang dilalui untuk sampai pada tahap pernikahan/menjadi pendamping hidup, yakni perkenalan, pemantapan, & pernikahan yang masing-masing tahap dapat memiliki rentang waktu yang singkat bahkan panjang. Untuk kasus yang terjadi pada penulis, proses yang dilalui untuk sampai pada tahap pernikahan ternyata melalui jalan/alur yang berliku, penuh rintangan, tantangan, kecewa, luka, sakit hati, & derita. Padahal selama ini penulis berperilaku sebagaimana sosok yang merupakan jati diri penulis. Penulis berpikir, merasa, bersikap, & bertindak sebagaimana sosok yang ada di dalam diri penulis. Jadi mengapa mereka merasa rasa sakit hati & menderita? Apanya yang salah? Penulis bermaksud membahas hal ini adalah untuk memperjelas permasalahannya, agar pecinta penulis memiliki ketegasan untuk bertahan/mengakhiri hubungan dengan penulis serta mendapat gambaran mengenai cara & jalan melewati lika liku itu & mengatasi sakit hati & derita tersebut.

Tadi sudah disebutkan bahwa penulis berperilaku seseuai dengan jati diri yang penulis miliki & oleh karena itu seburuk-buruknya perilaku yang penulis lakukan, tidak jauh dari jati diri yang penulis punya. Kita ambil contoh, jika penulis adalah orang bodoh, maka tidak mungkin penulis menjadi orang yang jenius dalam waktu singkat. Begitupun jika penulis adalah orang yang jahat, maka tidak mungkin penulis menjadi orang suci dalam waktu singkat. Tapi jika hal itu dilakukan secara sandiwara, berpura-pura, menipu diri & orang lain, & semacamnya, maka mungkin saja terjadi perubahan kepribadian yang sangat besar dalam waktu singkat. Jika penulis dianggap sebagai orang yang seperti itu, maka hal itu berarti bahwa para pecinta penulis tidak memiliki alasan untuk mencintai penulis karena para pecinta tersebut sebenarnya mencintai topeng penulis yang palsu & bukan diri penulis yang sejatinya. Jika mereka masih tetap bertahan & mencintai penulis meskipun mereka tahu penulis pakai topeng, maka kita perlu telusuri lagi mengapa itu bisa terjadi? Hal itu bisa terjadi karena: 1) para pecinta tersebut terjerat oleh cinta buta, di mana mereka tetap cinta walaupun penulis berperilaku jahat & seenaknya. Tapi berdasarkan kenyataan, cinta semacam ini tidak akan bertahan lama. Suatu saat ketika para pecinta tersebut membuka matanya/sadar, maka cintanya pun akan hilang karena penulis berbuat jahat & seenaknya. 2) para pecinta tersebut terjerat sandiwara cinta, di mana karena kemahiran penulis dalam bermain bersandiwara sehingga berhasil menipu & menjebak mereka berulangkali. Tapi berdasarkan kenyataan, cinta semacam ini pun tidak akan bertahan lama. Suatu ketika saat kedok & kebohongan penulis terbongkar, maka cinta mereka pun akan hilang. 3) para pecinta tersebut terjerat kisah kebodohan cinta, di mana karena kebodohan & ketidaktahuan para pecinta, penulis dapat dengan mudah memperdayai & menjerat mereka dalam jaring-jaring cinta penulis. Tapi berdasarkan kenyataan, cinta ini pun tidak akan bertahan lama. Suatu ketika saat para pecinta tersebut bertambah pintar, maka mereka tidak bisa diperdayai lagi & cinta mereka pun akan hilang. Ketika penulis berbuat seperti salah satu di antara ke tiga hal di atas, maka para pecinta tersebut akan merasa kecewa, terluka, sakit hati, & menderita. Tapi ada kemungkinan ke-4 yang berbeda dengan beberapa kemungkinan di atas, yakni penulis malah dengan berani menyatakan seperti apa dirinya yang diringkasnya melalui kata-kata "Inilah Aku" & berani mengakui kesalahan, keburukan, kelemahan, & kekurangannya. Jika masih ada yang tetap cinta pada penulis meskipun merasa tersakiti & menderita, maka akan timbul pertanyaan, mengapa hal ini terjadi? Bukankah seharusnya cinta para pecinta tersebut hilang ketika tahu segala keburukan penulis? & bukankah seharusnya cinta dapat membuat kita bahagia & membuat hidup menjadi lebih indah, tapi mengapa malah terjadi sebaliknya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita bahas terlebih dahulu bagaimana cara & jalan yang ditempuh oleh penulis & para pecinta penulis dalam menjalin hubungan. Selama ini cara & jalan yang ditempuh adalah dengan menjalin hubungan secara tidak langsung atau menjalin hubungan melalui jarak yang jauh, melalui orang lain, melalui media lain & berbagai perantara lain yang memisahkan & menghalangi penulis & para pecinta penulis untuk berhubungan secara langsung. Kita anggap bahwa penulis & para pecinta penulis sudah saling memahami satu sama lain. Tetapi mengapa ketika penulis berperilaku sebagaimana yang biasa penulis lakukan, tiba-tiba para pecinta tersebut merasa tersakiti & menderita? Bukankah hal ini aneh? Apakah penulis yang kurang memahami mereka/mereka yang kurang memahami penulis, sehingga mereka harus tersakiti & menderita karena apa yang dilakukan penulis? Katakanlah penulis yang kurang memahami mereka, jika demikian maka bukankah seharusnya rasa cinta mereka berkurang/bahkan hilang terhadap penulis ketika terus tersakiti & menderita? Jika tetap ada yang masih cinta pada penulis meskipun merasa tersakiti & menderita, maka kemungkinannya adalah yang dicintai mereka, sebenarnya bukan penulis, tetapi orang yang mirip dengan penulis. Jika demikian, maka mereka harus segera sadar & cari orang lain yang sebenarnya mereka cintai. Jika ada yang tetap bersikukuh bahwa memang penulislah yang benar-benar dicintai mereka, lalu mengapa masih merasa tersakiti & menderita? Kemungkinan alasan mengapa mereka tersakiti & menderita adalah karena kesalah pahaman & bercampur aduknya kabar asli dengan kabar fitnah yang disebarluaskan oleh pembenci penulis yang membuat para pecinta penulis terus merasa tersakiti & menderita. Jadi hal ini berarti bahwa bukan penulis yang menyakiti & membuat mereka menderita tetapi kesalah pahaman & pencampur adukan kabar asli & fitnah yang disebarluaskan para pembenci penulis-lah yang menyebabkan masalah menjadi rumit & berputar-putar tidak karuan.

Kita telah bahas beberapa kemungkinan alasan mengapa para pecinta penulis merasa tersakiti & menderita, untuk selanjutnya kita bahas persoalan tentang orang yang mendebat penulis karena penulis menceritakan cerita-cerita indah tentang impian penulis melalui tulisan. Orang tersebut mengatakan bahwa penulis tidak realistis, muluk-muluk, & tukang mimpi yang hanya mengucapkan omong kosong. Kepada orang tersebut, penulis akan menjelaskan perbedaan antara tukang mimpi & penulis mimpi. Tukang mimpi hanya bermimpi & mimpi tersebut hanya untuk dirinya saja. Sedangkan penulis mimpi, di samping dia punya mimpi tentang dirinya, dia pun menulis mimpinya untuk dibagikan pada orang lain. Karena orang lain ikut membaca tulisannya, maka untuk melengkapi & memperkaya tulisannya, penulis pun mengikutsertakan orang lain dalam mimpinya. & itu artinya mimpinya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain. Oleh karena itu, impian penulis tersebut punya manfaat bagi orang lain, yang mana di samping impian tersebut ditulis untuk berbagi dengan orang lain tapi juga untuk menginspirasi orang lain. Jika ada yang masih tidak terima dengan tulisan penulis yang menceritakan impian penulis karena terlalu berlebihan & kenyataannya tak seindah seperti yang digambarkan penulis, maka mengapa orang tersebut tidak menuliskan impiannya sendiri seindah mungkin untuk dibagikan kepada orang lain? Bukankah impian yang indah, sedikit banyak akan memberikan inspirasi kepada para pembacanya? Jika masih mendebat hal ini, maka penulis akan mengatakan bahwa, bukankah tiap orang punya impian masing-masing & impian tersebut adalah sesuatu yang indah? Yang membedakan di antara sekian banyak orang yang bermimpi adalah tidak semua orang mampu menggambarkan & menuliskan/menyatakan impiannya agar bisa dibaca & diketahui orang lain. Bukankah tidak ada orang yang melarang anda, penulis & siapapun untuk bermimpi seindah mungkin?

No comments:

Post a Comment