Thursday 29 October 2015

Sumpah pemuda & gerakan memajukan Indonesia

Sumpah Pemuda

Pertama:
Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua:
Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Itu-lah sumpah yang diikrarkan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Kurang lebih 17 tahun kemudian tepatnya 17 Agustus 1945, sumpah tersebut berbuah nyata & manis dengan dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ketika mengikrarkan sumpah tersebut, para pemuda Indonesia telah menyadari bahwa persatuan & kesatuan adalah kunci mencapai suatu tujuan besar yang saat itu adalah terbebas dari penjajah & menjadi negara yang merdeka & berdaulat. Sumpah tersebut sebagai penegasan bahwa walaupun para pemuda tersebut memiliki latar belakang yang berbeda, baik dalam hal suku, agama, maupun ras, mereka bersatu & disatukan oleh hal yang sama yakni bertanah air, berbangsa, & berbahasa Indonesia. Indonesia menjadi sesuatu yang menyatukan berbagai perbedaan yang ada pada saat itu, sesuatu yang digunakan untuk menyebut suatu wilayah yang pada saat ini terbentang dari sabang sampai merauke, sesuatu yang digunakan untuk menyebut suatu bangsa yang terdiri dari berbagai suku-agama-ras, sesuatu yang digunakan untuk menyebut suatu bahasa pemersatu di antara berbagai bahasa daerah yang ada.

Kini kurang lebih 71 tahun setelah kemerdekaan atau 88 tahun setelah ikrar sumpah pemuda berlalu, kita berada di masa yang berbeda, masa reformasi & revolusi mental. Situasi & keadaanya jelas sangat berbeda & jauh berubah dibanding pada masa sebelum kemerdekaan atau saat ikrar sumpah pemuda ini dilakukan. Ketika merenungkannya, kita akan berpikir bahwa para pemuda tersebut telah memiliki pemikiran sangat jauh & melintasi jamannya sehingga meskipun peristiwa tersebut telah lama terjadi tetapi sumpah tersebut masih tetap relevan ketika diterapkan di jaman kita. Semangat persatuan & kesatuan yang mereka dengungkan kepada para pemuda Indonesia adalah hal sangat penting dalam mencapai tujuan besar & itu telah mereka tunjukkan dalam perjuangan mereka sebagai pahlawan muda dalam meraih kemerdekaan negara kita dari tangan penjajah. & sekarang ketika melihat keadaan para pemuda yang kehilangan jati diri & kebanggaannya sebagai bangsa Indonesia, menimbulkan pertanyaan: apa tanggapan mereka ketika mengetahui jerih payah & segala pengorbanan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan ternyata hanya membuat bangsa Indonesia terlena & tidur panjang tanpa adanya keberlanjutan perjuangan menuju Indonesia yang lebih maju & berdaulat? Jika akhirnya mereka tahu, bangsanya menjadi terlena & tidur panjang karena menjadi negara yang merdeka, bisa jadi mereka lebih memilih mengulur-ulur kemerdekaan bangsa kita agar bangsa kita tetap terjaga & terus berjuang melawan penjajahan.

Tapi bagaimanapun situasi & keadaannya, ini-lah kenyataannya: para pahlawan muda Indonesia di masa lalu lebih memilih kemerdekaan bangsanya dibanding terus menerus ditindas & dijajah oleh bangsa asing. Tidak peduli masa depan bangsanya nanti akan seperti apa, yang terpenting saat itu adalah berjuang melepaskan diri dari cengkeraman penjajah & memerdekakan diri agar bisa menentukan sendiri masa depan bangsanya, karena jika berhasil meraih kemerdekaan, maka masa depan negaranya ada di tangan bangsanya. Setelah merdeka, bangsanya bebas menentukan & menjadikan negaranya mau dijadikan seperti apa. Tentunya yang menjadi keinginan & cita-cita bangsa manapun adalah menjadikan negaranya sebagai negara yang makmur-sentosa & berdaulat. Setelah tongkat perjuangan diserahkan & beralih ke generasi berikutnya, lalu apa yang terjadi sekarang? Jika mengingat perjuangan & pengorbanan para pahlawan di masa lalu, maka kita tentu akan malu untuk menjawabnya, karena ternyata kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Saat ini, jangankan melanjutkan perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa, kita malah kehilangan jati diri & kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, bahkan terkadang kita merasa rendah diri & malu berhadapan dengan bangsa asing.

Jati diri & kebanggaan sebagai bangsa Indonesia seolah semakin luntur dengan semakin derasnya arus globalisasi dunia. Lalu apanya yang salah? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkembangan & kemajuan jaman yang membuat arus globalisasi menjadi tidak terbendung sehingga berbagai hal dari negara lain dapat dengan mudah masuk & mempengaruhi negara kita. Yang jadi masalah adalah kita, sebagai bangsa Indonesia, sedang terlena & tidur panjang. Jika perjalanan panjang negara kita dari awal sampai sekarang disimpulkan, kita seolah mengira setelah meraih kemerdekaan, berarti perjuangan sudah berakhir sehingga setelah itu adalah waktu untuk tidur panjang & bermimpi indah. Hal itu bisa kita lihat pada kebanyakan dari kita yang tidak sadar (karena begitu nyenyaknya tidur) terhadap kekayaan alam negara kita yang dimanfaatkan secara besar-besaran bahkan jika memungkinkan dikuras habis oleh oknum tertentu & SDM penting negara kita yang tidak dihargai di negara sendiri sehingga karena satu/banyak hal membuatnya terpaksa/dengan sukarela mengabdi pada negara lain serta masih banyak lagi contoh lainnya. Begitu pula oknum dari kalangan pejabat & pengusaha besar negara kita yang seolah bermimpi indah ketika tergiur oleh kekayaan melimpah & kekuasaan yang besar, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkannya walaupun harus menjual negara & bangsanya kepada pihak-pihak tertentu di dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka seolah bermimpi bahwa dengan kekayaan & kekuasaan besar, mereka dapat memperoleh apapun yang diinginkannya serta bisa hidup tenang & bahagia, padahal dengan menggunakan segala cara, sebenarnya dia sedang terancam & dihantui oleh tuntutan hukum serta perasaan bersalah yang justru membuat hidupnya tidak tenang & menderita.

Jika kita tarik benang merah dari perjalanan negara kita mulai dari saat deklarasi sumpah pemuda hingga saat ini, peringatan hari sumpah pemuda pada dasarnya adalah untuk mengenang perjuangan para pahlawan muda Indonesia pada saat itu yang membuat rumusan pemersatu bangsa yakni bertanah air, berbangsa, & berbahasa Indonesia. Rumusan tersebut dibuat untuk menciptakan persatuan & kesatuan bangsa Indonesia dalam meraih tujuan besar yang pada saat itu adalah menjadi negara yang merdeka & berdaulat sedangkan pada saat ini adalah menjadi negara yang makmur-sentosa & berdaulat. Dengan demikian maka peringatan hari sumpah pemuda ini adalah untuk mengingatkan para pemuda bahwa perjuangan kita belum berakhir karena negara kita belum makmur, negara kita belum sentosa & negara kita belum sepenuhnya berdaulat karena negara kita belum benar-benar berkuasa penuh atas nasib & masa depannya sendiri akibat masih adanya campur tangan & penguasaan pihak asing di dalam negara kita. Untuk memulai perjuangan ini, mari kita bergabung dalam "gerakan memajukan Indonesia" yang diawali dengan gerakan mengenali diri yakni mengenali minat-bakat & bidang kita yang kemudian kita gunakan untuk menghasilkan sesuatu yang berharga yang bisa kita persembahkan untuk Indonesia. Saat ini kita memiliki putra-putri terbaik bangsa yang tersebar di dunia & telah mempersembahkan prestasi terbaiknya untuk Indonesia, jadi bagi para pemuda-pemudi Indonesia yang saat ini masih sibuk dengan dirinya sendiri maka sekarang saatnya bangun & sadar, tidakkah kalian ingin seperti mereka, berprestasi & membanggakan Indonesia? Tidakkah kalian ingin tunjukkan pada dunia bahwa kita juga bisa seperti mereka, negara-negara maju? Tidak-lah mengapa jika saat ini bukan giliran kita yang tampil & membanggakan Indonesia karena kita tidak bisa apa-apa & bukan siapa-siapa, tapi saat ini kita punya saudara-saudara sebangsa & setanah air yang berprestasi yang mewakili kita untuk membanggakan Indonesia. Tapi jika sudah tiba waktunya karena kita sudah berhasil menghasilkan sesuatu yang berharga & membanggakan, maka giliran kita-lah mempersembahkan kebanggaan itu untuk Indonesia.

Wahai para pemuda! Bangkitlah & buat Indonesia bangga! Presiden Sukarno pernah mengatakan bahwa dia dapat mencabut gunung semeru dari akarnya jika diberi 1000 orang tua & dia dapat mengguncang dunia jika diberi 10 pemuda, maka dengan bersatunya seluruh pemuda Indonesia, kita tidak hanya dapat mengguncang & menggemparkan dunia tapi bahkan dapat menggenggam dunia.

Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Wednesday 28 October 2015

Menyikapi kebakaran hutan & kabut asap di Indonesia

Dunia saat ini sudah semakin maju & berkembang. Berbagai pembangunan & penggarapan lahan dilakukan secara besar-besaran. Tuntutan ekonomi & untuk mempersingkat waktu, mendesak para pelaku bisnis yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan melakukan segala cara agar tujuan bisnisnya tercapai. Sebagai hasilnya, kita bisa lihat akibat yang ditimbulkannya, kerusakan lingkungan & polusi udara di mana-mana. Kita alihkan pembahasan pada persoalan yang terbaru & terhangat di negara kita yakni keberadaan titik api di beberapa daerah di Indonesia, mulai dari pulau Sumatera, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi & pulau Irian Barat, bahkan ada sejumlah kebakaran hutan yang juga terjadi di pulau Jawa. Dari sejumlah kebakaran tersebut yang terburuk & berdampak luas bahkan sampai ke beberapa negara tetangga adalah kebakaran hutan di Sumatera & Kalimantan. Karena sangat buruknya kebakaran tersebut hingga menimbulkan polusi asap memprihatinkan yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari penduduk setempat serta mengganggu lalu lintas darat & udara bahkan hingga menimbulkan korban jiwa.

Kabut asap berbahaya yang menyelimuti beberapa daerah di Sumatera & Kalimantan tersebut sampai saat ini belum bisa teratasi karena terlalu banyaknya titik api & terlalu banyaknya asap yang ditimbulkan sehingga untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebakaran & kepulan asap yang sudah sulit dikendalikan tersebut hanyalah berharap pada anugerah alam berupa datangnya hujan. Jika kita melihat peristiwa ini pada tahun-tahun sebelumnya, kejadian seperti ini adalah suatu hal yang biasa terjadi. Tetapi di saat musim kemarau panjang seperti saat ini, kejadian yang sebelumnya dianggap biasa menjadi kejadian yang luar biasa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Beberapa tempat yang menjadi langganan kabut asap ditengarai disebabkan oleh pembakaran hutan dalam rangka pembukaan lahan perkebunan yang mana hal ini merupakan cara yang paling mudah, murah, & cepat tapi sangat beresiko dalam menimbulkan kebakaran hebat yang tidak terkendali. Apakah masyarakat & aktivis lingkungan di daerah tersebut selama ini hanya diam saja & tidak melakukan protes serta berjuang mempertahankan kelestarian lingkungannya? Jawabannya pastinya sudah. Tapi mengapa selama ini masih tetap terjadi kebakaran bahkan sampai terjadi kebakaran sangat parah seperti saat ini? Jawabannya ada pada pemerintah sebagai pemegang & pengelola uang rakyat serta pemegang kekuasaan atas wilayahnya.

Pemerintah-lah yang memegang & mengelola uang rakyat untuk digunakan dalam membangun wilayahnya serta mengatasi permasalahan-permasalahan di dalamnya. Begitupun, pemerintah juga yang memegang kekuasaan atas wilayahnya dalam rangka mengatur & mengelola wilayahnya untuk dijadikan seperti apa. Jika sampai terjadi permasalahan kebakaran hebat seperti saat ini, maka kita bisa menebak apa penyebabnya. Tapi saat ini kita tidak mencari-cari pihak mana yang salah & menyudutkannya, karena saat ini yang lebih mendesak adalah bagaimana menangani masalah ini agar tidak semakin banyak korban yang berjatuhan & mengendalikan penyebaran api agar kebakaran tidak semakin luas serta memadamkan titik api menurut prioritasnya. Yang diharapkan dari pemerintah saat ini adalah pengerahan segala sumber daya yang dipunyai untuk menangani masalah ini, karena saat ini banyak rakyat lemah & tidak berdaya yang membutuhkan pertolongan di tengah sulitnya mendapatkan oksigen yang selama ini mereka dapatkan secara gratis dari alam. Sedangkan yang diharapkan dari kita sebagai saudara sebangsa yang bernasib lebih baik dari mereka adalah membantu sekedarnya atau bahkan yang punya kemampuan lebih, menyediakan & menyokong hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam penanganan dampak kebakaran & kabut asap ini, yang sebenarnya & seharusnya menjadi tugas pemerintah. Dalam kondisi darurat seperti ini, tidak penting lagi siapa yang seharusnya bergerak menolong mereka, yang terpenting adalah siapa yang bisa & mampu menolong mereka, maka segeralah tolong mereka. Jika saling menunggu yang lain untuk bergerak duluan, maka kasihan mereka para korban, bisa-bisa ketika kita bergerak, mereka sudah tidak bisa lagi tertolong. Kalaupun kita tidak bisa membantu mereka sekedar tenaga, uang ataupun hal-hal yang dibutuhkan mereka, paling tidak kita membantu mereka dengan doa. Atau bisa juga membantu mereka dengan pikiran seperti yang dilakukan penulis. Penulis membantu mereka dalam bentuk pikiran yang dituangkan ke dalam tulisan untuk menggugah, menyadarkan, & membangunkan para pembaca untuk tergerak melakukan sesuatu bagi para korban tersebut.

Jika kita renungkan kembali peristiwa kebakaran & kabut asap yang sedang melanda beberapa daerah tersebut maka kita akan bertanya-tanya mengapa kita harus tergerak menolong mereka? Bukankah itu bukan urusan kita? Tapi itu adalah urusan pemerintah & pihak-pihak yang terkait serta pihak-pihak yang berkepentingan di daerah tersebut. Toh kita juga tidak terkena dampak asap itu sama sekali. Jadi untuk apa kita harus menolong mereka? Bagi orang yang tidak mau tahu & tidak merasa memiliki & menjadi bagian dari negara ini, maka bisa jadi seperti itulah tanggapan mereka ketika dihadapkan pada masalah tersebut sehingga mereka tidak terpikir apalagi tergerak untuk membantu para korban tersebut, malahan mereka lebih sibuk dengan urusan & masalahnya sendiri. Tapi bukankah para korban tersebut adalah saudara kita, saudara sebangsa & setanah air? Apakah hati kita tidak tersentuh & merasakan betapa beratnya penderitaan mereka yang telah beberapa bulan terkepung kabut asap tebal? Tidakkah hati kita trenyuh kepada para bayi mungil tidak berdosa yang kehilangan haknya untuk menghirup udara bebas yang bersih & segar? Tidakkah kita menangis melihat adik-adik kecil yang polos & menderita terkepung asap tebal, yang tidak tahu menahu, mengapa mereka yang harus menanggung akibat dari perbuatan oknum tidak bertanggung jawab yang membakar hutan? Tidakkah kita terpukul dengan para korban meninggal baik dari kalangan bayi, anak-anak, maupun dewasa yang sudah tidak sanggup lagi bertahan hidup di tengah kepulan asap yang tidak kunjung hilang selama beberapa bulan terakhir?

Harapan dari mencuatnya masalah kebakaran & kabut asap ini di hadapan publik adalah agar para pihak yang terkait sadar bahwa betapa pentingnya tata kelola lingkungan & analisis dampak lingkungan terhadap setiap aktivitas pembangunan & penggarapan lahan di suatu daerah. Jangan sampai setelah kejadian ini rakyat harus dikorbankan lagi demi berbagai alasan ekonomis & kepentingan oknum tertentu yang sangat tidak sebanding dengan kerugian yang diderita semua pihak akibat masalah kebakaran & kabut asap ini. Terkait dengan penanganan permasalahan kebakaran & asap oleh pemerintah yang terkesan lamban & seolah tidak ada antisipasi sebelumnya, diharapkan dapat diperbaiki dengan adanya kerjasama & koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait, mulai dari lembaga pemerintah, swasta, maupun lembaga non provit yang berkepentingan di daerah tersebut. Khusus bagi para oknum yang bertanggung jawab atas kejadian ini, dengan begitu luas & besarnya kerugian material akibat dari kebakaran & kabut asap ini ditambah lagi ancaman tuntutan hukum karena masalah ini, maka atas kejadian ini dapat menyadarkan oknum tersebut bahwa keuntungan yang diperoleh sangat-lah kecil & tidak sebanding dengan kerugian yang diakibatkannya. Bagi penduduk setempat, jika suatu saat terjadi lagi suatu aktivitas yang berpotensi menimbulkan kejadian seperti ini lagi, tidak perlu ragu untuk melarang & melaporkan aktivitas tersebut pada pihak yang terkait. Di atas itu semua, kita semua adalah penduduk negeri ini & tentunya kita harus merasa memiliki negeri ini, karena sebaik/seburuk apapun negeri kita, kita tinggal & hidup di negeri ini. Kalau tidak kita jaga & rawat baik-baik negeri kita, kita sendiri & anak cucu kita juga yang akan susah. Jadi ayo kita semua bangun & sadar dengan kejadian ini untuk kemajuan Indonesia.

Tuesday 20 October 2015

Merenungi setahun pemerintahan Jokowi-JK

Setahun sudah pemerintahan Jokowi-JK telah berjalan, tapi masih ingatkah kita dengan janji-janji manisnya agar kita memilih Jokowi-JK menjadi pemimpin di negeri kita, Indonesia? Ada cukup banyak janji-janji manis yang diucapkan kepada rakyat yang membuat orang awam sulit mengingat satu persatu janji-janji manis tersebut. Tapi apakah ada yang salah dengan janji-janji manis itu? Kita tidak perlu menyudutkan & menuntut janji-janji manis tersebut, karena sebelum kita memilih beliau-beliau untuk menjadi presiden & wakil presiden negara kita, seharusnya kita sudah mengetahui apakah janji-janji manis tersebut realistis & mungkin untuk beliau-beliau wujudkan. Jika kita sekarang kecewa telah memilih beliau-beliau karena belum bisa menjalankan amanat & mewujudkan janji-janji serta bekerja sesuai harapan kita, maka hal itu kembali lagi ke kita, mengapa kita memilih beliau-beliau sebagai pemimpin kita? Jadi itu bukan sepenuhnya salah beliau-beliau karena kita sebagai rakyat yang memenangkan mereka dalam pemilu, juga turut serta ambil bagian dalam situasi & keadaan negara dalam setahun ini. Inilah situasi & keadaan negara hasil dari pemilihan umum setahun yang lalu. Jadi sekarang, sadarkah kita bahwa betapa pentingnya suara rakyat dalam menentukan perjalanan negara kita di masa depan?

Kita juga perlu sadar bahwa tidak hanya pemimpin negara seperti beliau-beliau yang mengucapkan janji-janji manis untuk merayu&/mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang berjanji tersebut, tetapi kebanyakan orang termasuk kita, akan melakukan hal yang sama, minimal jika bukan janji manis, kita mengucapkan janji untuk suatu hal sederhana, yang terkadang kita menganggapnya sebagai sesuatu hal yang remeh yang belum/tidak kita laksanakan. Bisa jadi, alasan kita tidak melaksanakan janji tersebut karena satu/banyak hal, meskipun jika direnungkan seharusnya secara nurani kita tidak boleh seperti itu, tapi apa mau di kata, janji tinggal-lah janji, begitupun para pemimpin negeri kita. Jika rakyat sudah terbuai oleh janji-janji manis sehingga memilih mereka sebagai pemimpin di negara kita, maka apa boleh buat, baik/buruk, sesuai harapan/tidak, mau/tidak, kita harus menerima kenyataan bahwa mereka-lah para pemimpin kita. Selama kepemimpinan mereka tidak terlalu melenceng jauh dari apa yang seharusnya dilakukan pemimpin negara kita, maka kita harus bersedia dipimpin mereka walupun kita harus menerimanya dengan kekecewaan. Paling tidak kekecewaan ini bisa menjadi bahan pelajaran kepada kita dalam pemilihan umum selanjutnya bahwa janji-janji manis tidak selalu manis, bahkan bisa jadi nanti terasa kecut karena tidak sesuai dengan harapan atau bahkan terasa pahit jika ternyata malah menyengsarakan rakyat.

Kita kembali lagi pada setahun pemerintahan Jokowi-JK, katakanlah janji-janji manis mereka sebelum menjabat adalah sebuah impian yang ingin diwujudkan Jokowi-JK. Tapi selama setahun ini apakah impian tersebut ada yang terwujud? Bagi pendukung pemerintah, mereka akan memiliki banyak alasan untuk membela pemerintah dengan berbagai argumentasinya, tapi bagi penentang pemerintah, mereka juga akan memiliki banyak cara untuk mengkritisi, mencari kekurangan, kelemahan & keburukan pemerintah. Di manapun akan selalu ada para pendukung & para penentang, lalu apa masalah dari kenyataan tersebut? Masalahnya adalah jika masing-masing pihak tidak bisa menerima & menghormati satu sama lain sehingga akan menimbulkan konflik yang hanya akan menambah masalah baru daripada mengurangi & menyelesaikan masalah-masalah yang sudah ada. Jadi kita harus bagaimana? Bagi para pendukung, silahkan melakukan pembelaan kepada pemerintah asalkan membela sewajarnya & tidak menggunakan segala cara/membolak-balikkan fakta/pencitraan/hanya menampilkan hal-hal baik & menyembunyikan hal-hal buruk/tidak transparan dsb, karena cara-cara tersebut hanya akan membuat rakyat tidak bisa mendapatkan gambaran yang objektif tentang kinerja pemerintah selama setahun ini. Sedangkan bagi para penentang, silahkan mengkritisi & mencari-cari segala kekurangan pemerintah asal dilakukan dengan baik & tidak ada niatan untuk menjatuhkan pemerintah agar segala kritikan tersebut bersifat membangun & menyelamatkan negara ini dari kekacauan demi kemajuan bangsa ini.

Penyebab permasalahan-permasalahan tersebut di negara kita adalah karena kita sebagai bangsa Indonesia "merasa tidak memiliki" negara ini, sehingga apapun yang terjadi pada negara ini dianggapnya bukan masalahnya & bukan urusannya. Kita hanya mau mengurus & mementingkan diri sendiri dibanding negara ini, sehingga ketika mendapat kekuasaan&/kekayaan, kita tidak peduli dengan situasi & kondisi negara ini. Itulah mengapa para koruptor/para oknum dengan mudahnya menjual/mengorbankan negaranya demi kepentingan pribadi&/kelompoknya & pihak asing. Orang-orang tersebut jika diumpamakan seperti orang yang sedang tidur & bermimpi indah. Ketika orang tersebut bangun, maka dia akan tersadar bahwa pengorbanan besarnya yakni mengorbankan negaranya demi kekuasaan & kekayaan yang sifatnya sementara, tidak-lah sebanding. Coba kita bayangkan, mereka lahir & tumbuh besar di Indonesia serta beranak & memiliki cucu di Indonesia, jika mereka mengorbankan negara ini demi kepentingan pribadi yang sangat kecil dibanding kepentingan nasional, maka itu sama saja mereka mengorbankan masa depan anak cucunya yang tinggal & besar di negara Indonesia. Jika kepentingan negara saat ini, harus dikorbankan sehingga membuat masa depan negara ini menjadi sulit & suram suatu saat nanti, apakah kita rela anak cucu kita yang menanggung & merasakan penderitaan tersebut? Tidakkah kita sadar akan hal ini? Katakanlah para koruptor tersebut telah mengeruk & mengumpulkan uang rakyat sebanyak-banyaknya hingga bisa digunakan oleh 7 turunannya atau katakanlah sampai 14 turunannya, lalu turunan selanjutnya akan menjadi seperti apa? Atau katakanlah semua keturunannya telah dibekali ilmu agar bisa mempertahankan kejayaan nenek moyangnya, maka tidakkah kita sadar bahwa kekayaan&kekuasaan yang dimiliki tidak-lah membuat keturunan tersebut hidup dengan tentram karena situasi & kondisi negara sudah semakin sulit akibat perbuatan nenek moyangnya yang mengorbankan negara & bangsanya sendiri.

Ayo kita bangun dari tidur panjang kita serta bangkit untuk membangun & memajukan negara kita. Inilah saatnya kita merenungkan & memikirkan masa depan negara & bangsa kita. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi? Ayo-lah kita berusaha menyadari perjalanan sejarah negara kita yang dulu telah begitu lama dijajah negara asing & mengambil pelajaran dari hal tersebut. Apakah negara kita hanya berisi orang-orang yang sedang tidur pulas sehingga tidak sadar jika kekayaan negara kita sedang digerogoti/dikuasi oleh pihak asing? Katakanlah semua masalah di negara kita tidak ada hubungannya dengan negara asing tapi masalah tersebut adalah karena ulah oknum dari bangsa kita sendiri, lalu apakah kita hanya berdiam diri tidak mengingatkan & menyadarkan bahwa ulah oknum tersebut tidak benar & harus segera diluruskan agar perjalanan negara kita tidak terhambat & tidak semakin mundur ke belakang? Ayo-lah kita sadar bahwa kepentingan pribadi&/kelompok apalagi kepentingan asing, tidak-lah sebanding dengan kepentingan nasional yang jauh lebih besar & berjangka panjang. Katakan-lah kita bisa mendapatkan segala hal yang kita inginkan, lalu untuk apa jika hanya kita sendiri yang bahagia tetapi banyak saudara sebangsa & setanah air yang menderita? Katakanlah kita menutup mata dari situasi & keadaan negara kita yang serba sulit karena kita hidup bergelimang harta & berada di puncak kekuasaan, lalu bukankah situasi & keadaan negara yang serba sulit tersebut, semakin lama akan semakin mempengaruhi harta kekayaan & kekuasaan kita? Ayo-lah kita bangun & sadar. Ini masih 1 tahun & masih ada 4 tahun berikutnya, masih ada waktu, jadi kita tidak boleh menyerah. Kita maksimalkan usaha kita pada masa pemerintahan ini untuk memajukan Indonesia. Kalaupun pada masa pemerintahan ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, kita bisa lanjutkan usaha ini pada pemerintahan selanjutnya, entah itu dengan pemerintahan Jokowi-JK atau dengan pemerintahan yang lain. Tapi kita berharap bahwa dalam pemerintahan Jokowi-JK, banyak orang yang sadar & melakukan perubahan terutama para oknumnya, agar tergerak & bergabung dalam gerakan memajukan Indonesia sehingga negara ini bisa segera meraih cita-citanya yakni menjadi negara yang maju & berdaulat.

Sunday 4 October 2015

Ajakan "Mari Beraksi dari sebuah acara "Mata Najwa" di Kota Wisata Batu

Pada malam minggu, kemarin, acara Mata Najwa diselenggarakan di stadion Gelora Brantas Kota batu. Saat itu bintang tamu yang dihadirkan antara lain: Pramono Anung, Saifullah Yusuf, Syahrini, Sujiwo Tejo & Cak Lontong. Pada malam tersebut Najwa Shihab membuka candaan kepada para penonton dengan menyinggung yang hadir pada acara itu adalah para jomblo yang tidak memiliki jadwal malam mingguan sehingga langsung disambut gerrr oleh para penonton yang kebanyakan adalah para mahasiswa dari kampus-kampus di Malang.  Tetapi para pentonton pun tidak mau kalah, sehingga balik menggoda mbak Nana, sapaan akrab Najwa Shihab. Tetapi mbak Nana menampiknya dengan memperlihatkan cicin pernikahannya kepada para penonton untuk menunjukkan bahwa dia sudah memiliki suami jadi jangan coba-coba untuk menggodanya sambil tersenyum lebar & manis kepada mereka, seketika para hadirin pun gerrr dibuatnya.

Pada acara tersebut mbak Nana dengan Mata Najwa-nya mencoba mengupas kata "beraksi" dari sudut pandang masing-masing bintang tamu yang diundangnya. Sudut pandang yang disuguhkan antara lain dari bidang politik (Pramono Anung & Saifullah Yusuf), bidang seni tarik suara (Syahrini), bidang seni pewayangan (Sujiwo Tejo), & seni humor (Cak Lontong). Yang menarik & bisa dijadikan benang merah dari semua bintang tamu tersebut adalah "beraksi" awalnya adalah suatu dorongan untuk bertindak berdasarkan minat&/bidangnya yang kemudian ditekuni & menjadi pilihan/jalan hidupnya. Lalu apa kaitan tema pembicaraan acara tersebut dengan tulisan-tulisan saya tentang "gerakan memajukan Indonesia"? Saya mau mengaitkan kata "beraksi" tersebut dalam "gerakan memajukan Indonesia" sebagai sebuah kata yang punya kemiripan maksud dengan akar kata gerakan tersebut yakni "gerak maju" orang Indonesia. Jika tiap orang Indonesia bergerak maju, maka secara totalitas Indonesia-pun ikut maju.

Lalu konsep aksi/gerak maju tersebut seperti apa? Untuk membahas hal tersebut, kita pinjam kata aksi yang digunakan oleh mbak Nana dalam rangka mengajak kita untuk bergerak melakukan sesuatu. Jika ada aksi, maka akan ada reaksi terhadap aksi tersebut. Jadi aksi selalu berdampingan dengan reaksi. Jika kita tidak beraksi, maka tidak akan ada reaksi terhadap kita. Ini adalah konsep dasar. Jika kita beraksi, maka akan ada reaksi terhadap kita, apapun itu. Diam pun juga sebuah aksi, sehingga ketika kita diam, akan ada yang bereaksi terhadap aksi diam kita. Begitupun ketika kita bergerak, ini jelas merupakan aksi & tentu akan ada reaksi terhadap gerak kita tersebut.

Jika kita tarik lebih jauh, aksi seperti apa yang bisa dikaitkan dengan gerakan memajukan Indonesia? Untuk menjawab hal ini, kita kembali lagi pada konsep gerakan memajukan Indonesia, di mana konsepnya adalah kenali diri kita, kenali minat-bakat & bidang yang kita kuasai, kemudian kita gunakan & arahkan hal-hal tersebut untuk memajukan Indonesia. Contohnya: minat-bakat saya adalah menulis & bidang yang saya sukai adalah pemikiran, sehingga tulisan-tulisan yang saya buat, saya arahkan & saya gunakan untuk mendukung gerakan memajukan Indonesia. Tulisan-tulisan saya lebih banyak bersifat menggugah, menyadarkan & mencerahkan.

Kita beralih pada masalah yang muncul/tanggapan sebagai konsekuensi dari tulisan saya di atas. Jika ada yang menganggap apa yang saya lakukan bukanlah aksi, maka seharusnya tidak ada reaksi terhadap apa yang saya tuliskan/apa yang saya lakukan. Jika ternyata tulisan saya memicu reaksi dari orang lain, berarti anggapan tersebut dapat diabaikan. Lalu akan muncul lagi masalah berikutnya, orang akan menuntut bahwa saya harus bisa melakukan apa yang saya tuliskan/katakan. Baiklah, jika seperti itu, & sesuai dengan konsep gerakan yang saya tuliskan yakni melakukan sesuatu sesuai minat-bakat & sesuai bidangnya hingga menghasilkan sesuatu yang berharga untuk Indonesia, maka saya telah melakukan apa yang saya tuliskan/saya katakan. Tapi jika ada yang masih belum puas dengan penjelasan saya, maka berikut ini dialog protes & jawaban tersebut:

Orang protes: "Saya tidak terima dengan penjelasan anda, karena saya ingin anda harus bisa melakukan lebih daripada itu."

Orang optimis: "Bukankah konsep yang saya tuliskan adalah melakukan sesuatu sejauh kemampuan yang bisa dilakukan untuk Indonesia? Jadi apa yang saya lakukan sudah sesuai dengan konsep tersebut."

Orang protes: "Tapi anda harus melakukan lebih dari itu!"

Orang optimis: "Inilah yang bisa saya lakukan untuk saat ini. Jadi jika anda tetap memaksa saya untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan saya, maka hal itu percuma saja, karena walaupun anda terus memaksa saya, saya tetap saja tidak bisa melakukannya. Sadarilah, saya siapa & saya bisa apa, agar anda tidak terus memaksa saya melakukan hal-hal di luar kemampuan saya. & daripada terus memaksa orang yang saat ini belum bisa melakukannya, lebih baik memaksa orang yang jelas-jelas bisa melakukannya tetapi tidak mau melakukannya."

Orang protes: "Tapi saya yakin anda bisa, jadi jangan cari-cari alasan untuk menghindar dari kenyataan."

Orang optimis: "Kalaupun saya bisa melakukannya, maka saya akan melakukannya bukan karena didikte oleh anda atau diatur oleh anda, karena saya tidak suka melakukan sesuatu hal karena terpaksa. Saya lebih suka melakukan sesuatu karena benar-benar saya ingin melakukannya/karena hati saya tergerak untuk melakukannya."

Saya rasa cukup tanya jawabnya, jika diteruskan maka dialog tersebut tidak akan tuntas & tidak ada habisnya jika hanya untuk memperdebatkan hal yang sudah jelas. Kita kembali lagi ke pembahasan utama kita, yakni ajakan mbak Nana untuk beraksi yang diucapkannya dengan senyum lebar & manis khas Najwa Shihab. Dari bahasan di atas, kta mendapat pengertian bahwa aksi bisa berbentuk apapun. Yang terpenting kita melakukan aksi sesuai minat/bidang kita, maka di situlah lahan kita untuk menekuni & mengeksplorasinya, hingga suatu saat menghasilkan sesuatu yang berharga, sesuatu yang bisa dijual/digunakan untuk membanggakan Indonesia. Pada awalnya apa yang kita lakukan memang tampak remeh & bahkan bisa menjadi bahan ejekan orang lain, tapi jika kita terus menekuni & mengeksplorasinya maka suatu saat pasti kita akan menemukan sesuatu yang berharga dari apa yang telah kita tekuni tersebut.

Jadi bagaimana? Sekarang apakah anda mempunyai gambaran di benak anda untuk melakukan sesuatu? Sesuatu yang anda sukai yang ingin anda eksplorasi & anda tekuni hingga menghasilkan sesuatu yang berharga? Paling tidak sesuatu yang berharga untuk kita banggakan bagi diri kita sendiri atau maksimalnya yang bisa membanggakan Indonesia di dunia internasional. 

Thursday 1 October 2015

DIALOG 11 (Sekilas Pandang Perjalanan Sejarah Indonesia hingga Saat Ini)

Orang bertanya: "Saya ingin berdiskusi dengan anda mengenai Indonesia, karena saya tertarik pada optimisme yang anda bawa dalam setiap tulisan-tulisan anda tentang Indonesia."

Orang optimis: "Iya silahkan. Saya yakin semua orang menginginkan hidup yang aman, nyaman, tentram & damai. Hanya saja untuk mendapatkan itu semua, ada yang menggunakan cara yang positif & ada yang negatif. Untuk orang-orang yang menggunakan cara yang positif, maka perasaan (aman, nyaman, tentram & damai) yang ia peroleh adalah perasaan yang nyata sedangkan yang menggunakan cara yang negatif, perasaan yang dia dapatkan itu bersifat semu & sementara saja. Sebagai contoh, dengan kekuasaan & kekayaan yang seseorang miliki, maka dia dapat memperoleh semua perasaan itu (aman, nyaman, tentram & damai). Apabila kekuasaan & kekayaan yang dia miliki, diperoleh dengan jalan yang baik, maka perasaan yang dia peroleh, terasa nyata & tanpa diiringi rasa khawatir & takut. Apabila kekuasaan & kekayaan yang dia miliki diperoleh dengan jalan yang buruk, maka perasaan yang dia peroleh, terasa semu & sementara, karena akan muncul berbagai kekhawatiran & ketakutan terhadap akibat dari jalan buruk yang diambilnya, demi mendapatkan kekuasaan & kekayaan yang dimilikinya."

Orang bertanya: "Wow! Penjelasan anda sungguh mencerahkan & menyejukkan saya. Andai hal ideal yang anda katakan itu benar-benar terjadi di dunia nyata, betapa indahnya hidup ini."

Orang optimis: "Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Jika saya atau anda tidak bisa melakukan & mewujudkan hal tersebut, pasti di suatu tempat di belahan bumi ini, ada seseorang yang bisa melakukan & mewujudkan hal tersebut. Meskipun begitu, paling tidak jika kita telah berusaha untuk menuju kepada kondisi yang ideal tersebut, itu artinya kita sudah selangkah lebih dekat kepada kondisi ideal itu walaupun hanya sampai sebatas yang mampu kita capai. Jadi kita tidak boleh pesimis, kita harus terus optimis & berusaha semaksimal mungkin sejauh yang bisa kita lakukan."

Orang bertanya: "Terima kasih telah menggugah & memotivasi diri saya agar tetap optimis."

Orang optimis: "Tentulah. Kita harus saling mengingatkan & mendorong serta bahu membahu dalam gerakan memajukan Indonesia melalui pencerahan-pencerahan seperti ini, agar gerak langkah kita bisa terarah & tepat ke tujuan."

Orang bertanya: "Mmm...aku setuju dengan anda. Saya ingin mengetahui pandangan anda mengenai perjalanan negara kita hingga saat ini seperti apa. Bisa anda uraikan seperti apakah pandangan anda itu?"

Orang optimis: "Dalam perjalanan sejarah negara kita, untuk sampai pada keadaan seperti saat ini, negara kita telah melakukan sejumlah besar pengorbanan. Pada masa sebelum & setelah kemerdekaan, sudah tidak terhitung pengorbanan rakyat & para pahlawan dalam rangka meraih & mempertahankan kemerdekaan. Begitupun pada masa orde lama & orde baru, banyak pengorbanan yang telah dilakukan dalam rangka mengisi kemerdekaan & membangun negara, yang puncaknya adalah pengorbanan besar berupa krisis ekonomi yang menyadarkan & mendorong adanya perubahan besar yang membawa negara kita kepada masa reformasi. Perjalanan masa reformasi yang bergerak lambat karena besarnya pengaruh orde sebelumnya yang telah mengakar dari kalangan bawah sampai kalangan atas sehingga akhirnya membawa kita ke masa revolusi mental."

Orang optimis: "Idealnya masa revolusi mental adalah masa merombak mental ke mental yang benar, baik & kuat. Kualitas mental seperti ini adalah kualitas mental pemenang yang akan menjadi motor penggerak kemajuan Indonesia. Sehingga jika revolusi mental malah menghasilkan kemerosotan mental yang hanya membuat kegaduhan & kemunduran negara dalam mencapai negara yang maju & berdaulat serta berlandaskan pancasila, maka itu berarti terjadi pembelokan makna revolusi mental ke pengertian yang sempit & negatif. Ketika itu terjadi, kita jangan mau dibelokkan & kita harus tetap berjalan lurus di atas makna positif revolusi mental yang membangun & memajukan bukan malah berbelok kepada makna negatif yang merobohkan & memundurkan."

Orang bertanya: "Apa yang perlu kita lakukan untuk mengantisipasi hal tersebut?"

Orang optimis: "Kita jangan mudah terpecah belah, jangan mudah terpancing & tersulut sesuatu yang dapat memicu keributan, kericuhan bahkan kerusuhan, jangan mudah tercemari oleh pemikiran menyesatkan yang bertentangan dengan pancasila, jangan mau dikotak-kotak & dibatasi oleh pemikiran sempit tentang SARA (Suku, Agama, Ras) atau isu-isu lain yang dapat menimbulkan kebencian, pertikaian, & permusuhan dsb. Hal-hal tersebut perlu kita lakukan agar tidak menimbulkan keretakan & perpecahan yang dapat menghambat & merintangi kemajuan bahkan malah akan memundurkan negara kita."

Orang bertanya: "Tapi melihat situasi & kondisi Indonesia saat ini, sepertinya gambaran itu hanya di awang-awang saja & sepertinya masih sangat sulit untuk diwujudkan."

Orang optimis: "Ayo buka mata kita! Ayo sadarkan diri kita! Ayo bangun & bergerak maju! Tidak mengapa jika saat pertama kali kita bangun, kita masih berjalan terseok-seok, tidak mengapa kita bergerak dengan kemampuan seadanya, tidak mengapa kita berjalan dengan pakaian yang lusuh & compang-camping, tidak mengapa jika impian kita masih jauh & masih sulit untuk diwujudkan, karena saat ini yang terpenting adalah kita bangun & bergerak maju semampunya setelah tidur panjang kita selama ini."

Orang bertanya: "Tapi situasi & kondisi Indonesia saat ini diliputi oleh banyak masalah yang belum teratasi, di antaranya ekonomi kita saat ini yang begitu mengkhawatirkan  dengan banyaknya PHK & penutupan sejumlah perusahaan, rakyat yang berada dalam himpitan & kesulitan ekonomi, belum lagi masalah lingkungan maupun masalah sosial yang belum teratasi & terselesaikan oleh pemerintah dsb."

Orang optimis: "Jika berbagai pengorbanan yang terjadi di negara kita di masa lalu tidak menyadarkan & memberikan pelajaran berharga baik dari pihak pemerintah & pihak-pihak yang terkait yang mempunyai wewenang & kemampuan untuk mempengaruhi & mengubah situasi & keadaan Indonesia yang sulit seperti saat ini, maka bukan tidak mungkin akan ada pengorbanan besar lagi yang harus ditanggung negara ini untuk bisa sadar & bangun dari tidurnya."

Orang bertanya: "Seharusnya masalah-masalah besar & berdampak nasional ini adalah tanggung jawab pemerintah & para pihak yang ikut andil dalam masalah tersebut sehingga mereka harus bisa mengatasi & menyelesaikannya. Tapi mengapa kita, rakyat biasa, lemah, & awam yang harus menanggung penderitaan? Sedangkan sesulit-sulitnya kondisi negara ini, keadaan mereka (pemerintah & kalangan atas), masih lebih baik dibanding rakyat kalangan bawah."

Orang optimis: "Memang apa yang anda katakan ada benarnya, tetapi untuk pihak-pihak yang sudah berjalan sesuai jalur, maka keadaan yang mereka alami saat ini adalah hasil dari pencapaian & kerja keras mereka. Jadi saat ini adalah saat menikmati buah dari usahanya di masa laku. Oleh karena itu kita tidak bisa iri dengan mereka.

Orang optimis: "Sedangkan kata-kata anda itu hanya berlaku untuk pihak-pihak yang melakukan segala cara yang tidak dibenarkan untuk meraih posisinya puncaknya. Kita hanya berharap bahwa dengan kondisi negara kita yang sulit seperti ini dapat menggugah & menyadarkan semua pihak terutama pemerintah yang seharusnya paling berwenang & berkuasa untuk mengelola & mengatur negara kita agar situasi & keadaan negara menjadi terkendali sehingga bisa menggerakkan & mengarahkan segala sumber daya yang ada kepada usaha mewujudkan negara yang maju & berdaulat."

Orang bertanya: "Semoga hal itu bisa benar-benar terjadi. Karena saya sebagai rakyat kecil & dari golongan bawah cuma bisa berdoa & melakukan hal-hal kecil untuk ikut serta dalam gerakan memajukan Indonesia."

Orang optimis: "Yup. Bagi kita sebagai rakyat adalah melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan untuk kemajuan Indonesia, walaupun itu hanyalah suatu hal yang kecil. Tetapi jika hal-hal kecil tersebut dilakukan oleh sebagian besar atau bahkan seluruh orang Indonesia, maka hal-hal kecil tersebut bisa menjadi hal besar yang dapat membawa negara kita kepada kemajuan. Sedangkan bagi pemerintah, sudah banyak pengalaman & pengorbanan yang telah terjadi sebagai pelajaran, sehingga rakyat cuma berharap bahwa pemerintah bisa segera mengatasi & menyelesaikan permasalahan yang telah mendesak & mempersulit rakyat."