Wednesday, 28 October 2015

Menyikapi kebakaran hutan & kabut asap di Indonesia

Dunia saat ini sudah semakin maju & berkembang. Berbagai pembangunan & penggarapan lahan dilakukan secara besar-besaran. Tuntutan ekonomi & untuk mempersingkat waktu, mendesak para pelaku bisnis yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan melakukan segala cara agar tujuan bisnisnya tercapai. Sebagai hasilnya, kita bisa lihat akibat yang ditimbulkannya, kerusakan lingkungan & polusi udara di mana-mana. Kita alihkan pembahasan pada persoalan yang terbaru & terhangat di negara kita yakni keberadaan titik api di beberapa daerah di Indonesia, mulai dari pulau Sumatera, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi & pulau Irian Barat, bahkan ada sejumlah kebakaran hutan yang juga terjadi di pulau Jawa. Dari sejumlah kebakaran tersebut yang terburuk & berdampak luas bahkan sampai ke beberapa negara tetangga adalah kebakaran hutan di Sumatera & Kalimantan. Karena sangat buruknya kebakaran tersebut hingga menimbulkan polusi asap memprihatinkan yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari penduduk setempat serta mengganggu lalu lintas darat & udara bahkan hingga menimbulkan korban jiwa.

Kabut asap berbahaya yang menyelimuti beberapa daerah di Sumatera & Kalimantan tersebut sampai saat ini belum bisa teratasi karena terlalu banyaknya titik api & terlalu banyaknya asap yang ditimbulkan sehingga untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebakaran & kepulan asap yang sudah sulit dikendalikan tersebut hanyalah berharap pada anugerah alam berupa datangnya hujan. Jika kita melihat peristiwa ini pada tahun-tahun sebelumnya, kejadian seperti ini adalah suatu hal yang biasa terjadi. Tetapi di saat musim kemarau panjang seperti saat ini, kejadian yang sebelumnya dianggap biasa menjadi kejadian yang luar biasa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Beberapa tempat yang menjadi langganan kabut asap ditengarai disebabkan oleh pembakaran hutan dalam rangka pembukaan lahan perkebunan yang mana hal ini merupakan cara yang paling mudah, murah, & cepat tapi sangat beresiko dalam menimbulkan kebakaran hebat yang tidak terkendali. Apakah masyarakat & aktivis lingkungan di daerah tersebut selama ini hanya diam saja & tidak melakukan protes serta berjuang mempertahankan kelestarian lingkungannya? Jawabannya pastinya sudah. Tapi mengapa selama ini masih tetap terjadi kebakaran bahkan sampai terjadi kebakaran sangat parah seperti saat ini? Jawabannya ada pada pemerintah sebagai pemegang & pengelola uang rakyat serta pemegang kekuasaan atas wilayahnya.

Pemerintah-lah yang memegang & mengelola uang rakyat untuk digunakan dalam membangun wilayahnya serta mengatasi permasalahan-permasalahan di dalamnya. Begitupun, pemerintah juga yang memegang kekuasaan atas wilayahnya dalam rangka mengatur & mengelola wilayahnya untuk dijadikan seperti apa. Jika sampai terjadi permasalahan kebakaran hebat seperti saat ini, maka kita bisa menebak apa penyebabnya. Tapi saat ini kita tidak mencari-cari pihak mana yang salah & menyudutkannya, karena saat ini yang lebih mendesak adalah bagaimana menangani masalah ini agar tidak semakin banyak korban yang berjatuhan & mengendalikan penyebaran api agar kebakaran tidak semakin luas serta memadamkan titik api menurut prioritasnya. Yang diharapkan dari pemerintah saat ini adalah pengerahan segala sumber daya yang dipunyai untuk menangani masalah ini, karena saat ini banyak rakyat lemah & tidak berdaya yang membutuhkan pertolongan di tengah sulitnya mendapatkan oksigen yang selama ini mereka dapatkan secara gratis dari alam. Sedangkan yang diharapkan dari kita sebagai saudara sebangsa yang bernasib lebih baik dari mereka adalah membantu sekedarnya atau bahkan yang punya kemampuan lebih, menyediakan & menyokong hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam penanganan dampak kebakaran & kabut asap ini, yang sebenarnya & seharusnya menjadi tugas pemerintah. Dalam kondisi darurat seperti ini, tidak penting lagi siapa yang seharusnya bergerak menolong mereka, yang terpenting adalah siapa yang bisa & mampu menolong mereka, maka segeralah tolong mereka. Jika saling menunggu yang lain untuk bergerak duluan, maka kasihan mereka para korban, bisa-bisa ketika kita bergerak, mereka sudah tidak bisa lagi tertolong. Kalaupun kita tidak bisa membantu mereka sekedar tenaga, uang ataupun hal-hal yang dibutuhkan mereka, paling tidak kita membantu mereka dengan doa. Atau bisa juga membantu mereka dengan pikiran seperti yang dilakukan penulis. Penulis membantu mereka dalam bentuk pikiran yang dituangkan ke dalam tulisan untuk menggugah, menyadarkan, & membangunkan para pembaca untuk tergerak melakukan sesuatu bagi para korban tersebut.

Jika kita renungkan kembali peristiwa kebakaran & kabut asap yang sedang melanda beberapa daerah tersebut maka kita akan bertanya-tanya mengapa kita harus tergerak menolong mereka? Bukankah itu bukan urusan kita? Tapi itu adalah urusan pemerintah & pihak-pihak yang terkait serta pihak-pihak yang berkepentingan di daerah tersebut. Toh kita juga tidak terkena dampak asap itu sama sekali. Jadi untuk apa kita harus menolong mereka? Bagi orang yang tidak mau tahu & tidak merasa memiliki & menjadi bagian dari negara ini, maka bisa jadi seperti itulah tanggapan mereka ketika dihadapkan pada masalah tersebut sehingga mereka tidak terpikir apalagi tergerak untuk membantu para korban tersebut, malahan mereka lebih sibuk dengan urusan & masalahnya sendiri. Tapi bukankah para korban tersebut adalah saudara kita, saudara sebangsa & setanah air? Apakah hati kita tidak tersentuh & merasakan betapa beratnya penderitaan mereka yang telah beberapa bulan terkepung kabut asap tebal? Tidakkah hati kita trenyuh kepada para bayi mungil tidak berdosa yang kehilangan haknya untuk menghirup udara bebas yang bersih & segar? Tidakkah kita menangis melihat adik-adik kecil yang polos & menderita terkepung asap tebal, yang tidak tahu menahu, mengapa mereka yang harus menanggung akibat dari perbuatan oknum tidak bertanggung jawab yang membakar hutan? Tidakkah kita terpukul dengan para korban meninggal baik dari kalangan bayi, anak-anak, maupun dewasa yang sudah tidak sanggup lagi bertahan hidup di tengah kepulan asap yang tidak kunjung hilang selama beberapa bulan terakhir?

Harapan dari mencuatnya masalah kebakaran & kabut asap ini di hadapan publik adalah agar para pihak yang terkait sadar bahwa betapa pentingnya tata kelola lingkungan & analisis dampak lingkungan terhadap setiap aktivitas pembangunan & penggarapan lahan di suatu daerah. Jangan sampai setelah kejadian ini rakyat harus dikorbankan lagi demi berbagai alasan ekonomis & kepentingan oknum tertentu yang sangat tidak sebanding dengan kerugian yang diderita semua pihak akibat masalah kebakaran & kabut asap ini. Terkait dengan penanganan permasalahan kebakaran & asap oleh pemerintah yang terkesan lamban & seolah tidak ada antisipasi sebelumnya, diharapkan dapat diperbaiki dengan adanya kerjasama & koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait, mulai dari lembaga pemerintah, swasta, maupun lembaga non provit yang berkepentingan di daerah tersebut. Khusus bagi para oknum yang bertanggung jawab atas kejadian ini, dengan begitu luas & besarnya kerugian material akibat dari kebakaran & kabut asap ini ditambah lagi ancaman tuntutan hukum karena masalah ini, maka atas kejadian ini dapat menyadarkan oknum tersebut bahwa keuntungan yang diperoleh sangat-lah kecil & tidak sebanding dengan kerugian yang diakibatkannya. Bagi penduduk setempat, jika suatu saat terjadi lagi suatu aktivitas yang berpotensi menimbulkan kejadian seperti ini lagi, tidak perlu ragu untuk melarang & melaporkan aktivitas tersebut pada pihak yang terkait. Di atas itu semua, kita semua adalah penduduk negeri ini & tentunya kita harus merasa memiliki negeri ini, karena sebaik/seburuk apapun negeri kita, kita tinggal & hidup di negeri ini. Kalau tidak kita jaga & rawat baik-baik negeri kita, kita sendiri & anak cucu kita juga yang akan susah. Jadi ayo kita semua bangun & sadar dengan kejadian ini untuk kemajuan Indonesia.

No comments:

Post a Comment