Saturday 5 December 2015

Dialog 12 (Perdebatan menjatuhkan penulis GerMeIn)

Saat siang hari pada waktu jam makan siang, orang optimis berada di sebuah warung makan dekat jalan raya lintas propinsi. Orang tersebut baru selesai makan & hendak pergi ke luar. Tetapi ada seorang pria yang membencinya datang mendekat & mengajaknya untuk membicarakan sesuatu.

Orang benci: "Permisi, sebelum kamu pergi dari sini, boleh kita ngobrol-ngobrol dulu?"

Orang optimis: "Apa ada hal penting yang mau dibicarakan?"

Orang benci: "Iya. Hal yang sangat penting, terkait dirimu."

Orang optimis: "Bukankah anda, orang yang benci padaku? Lalu hal penting seperti apa yang perlu kita bicarakan?"

Orang benci: "Ini tentang tulisanmu. Aku sudah lama sekali ingin memperbincangkannya lebih dalam denganmu. Karena selama ini aku belum berkesempatan secara langsung memperdebatkan apa yang kamu tuliskan."

Orang optimis: "Baik. Aku dengan senang hati menanggapi apa yang selama ini menjadi ganjalan di hati anda yang ingin disampaikan padaku."

Orang benci: "Kamu orang yang banyak omong. Ngomongmu ngawur & tanpa dasar, bertele-tele & berputar-putar tanpa arah & tujuan yang jelas. Omonganmu tak bermakna & tidak berbobot. Omonganmu itu nyaring bunyinya tapi tak berisi & tak berarti alias tong kosong nyaring bunyinya."

Orang optimis: "Aku sudah pernah menyinggung & membahas pernyataan seperti yang anda katakan. Jika anda sudah membacanya, seharusnya anda tidak akan berkata-kata seperti ini."

Orang benci: "Untuk apa aku membaca tulisanmu yang isinya cuma omong kosong semua? Percuma! Tidak ada gunanya & hanya buang-buang waktuku saja."

Orang optimis: "Apa maksud anda berbicara seperti itu?"

Orang benci: "Maksudku adalah untuk mengata-ngataimu & menghentikanmu menuliskan & menyebarkan omong kosongmu pada orang lain."

Orang optimis: "Sebelum berbicara terlalu jauh, aku ingin bertanya pada anda. Apa warga negara anda?"

Orang benci: "Sudah tahu, pakai nanya segala! Aku tidak mau menjawab pertanyaanmu.!"

Orang optimis: "Aku & anda, sama-sama orang Indonesia, jadi untuk apa kita harus bertengkar & anda harus membenciku?"

Orang benci: "Kebencian ini karena aku mencurigai niat di balik semua perbuatan baik yang selama ini kamu lakukan. Aku bahkan sedang memikirkan tipu muslihat dari semua perbuatan baik itu. Karena aku tidak mudah diperdaya oleh modus murahan & rendahan seperti itu karena tidak mungkin seseorang melakukan hal-hal baik tanpa ada motif/imbalan/pamrih/keuntungan apapun yang ingin diperolehnya."

Orang optimis: "Prasangka anda terlalu jauh & berlebihan."

Orang benci: "Tapi hal itu mungkin terjadi di jaman serba materialistis seperti sekarang."

Orang optimis: "Itu karena anda belum mengenalku sehingga anda punya prasangka seperti itu."

Orang benci: "Buat apa aku mengenalmu? Sejak awal aku sudah tidak suka semua hal tentangmu, karena kamu adalah sosok yang mustahil ada & nyata di dunia ini. Jadi, sudahlah, jangan mengelak. Aku merasa bahwa kamu punya niat tidak baik di balik gerakan memajukan indonesia yang kamu suarakan & sebarkan kepada orang-orang."

Orang optimis: "Ide & niat awal aku membuat tulisan tentang gerakan memajukan Indonesia adalah karena aku ingin negara Indonesia menjadi negara yang maju, makmur sentosa, & berdaulat."

Orang benci: "Alah! Aku sangat benci orang yang bermulut besar sepertimu. Kata-katamu ini terlalu dibesar-besarkan & dimanis-maniskan. Jadi jangan membodohiku dengan kata-kata ajaib & bombastis seperti itu, karena aku paling muak dengan kata-kata yang terlalu muluk-muluk & tidak nyata yang hanya melenakan & menjauhkan diri dari kenyataan yang sebenarnya."

Orang optimis: "Kalau begitu aku sederhanakan lagi konsepnya yakni: "aku ingin Indonesiaku maju". Jika disederhanakan lagi "aku ingin maju". Jika aku & orang Indonesia lainnya maju, maka negara Indonesia pun ikut maju. Bukankah ide ini begitu sederhana & jelas?

Orang benci: "Apanya yang jelas? Kamu terlalu naif jika berharap Indonesia maju jika situasi & kondisi Indonesia seperti saat ini. Lagi pula hanya seorang diri sepertimu yang berharap & bermimpi besar seperti itu adalah hal yang sia-sia & tidak ada manfaatnya. Kamu ini jangan membuatku menertawai apa yang kamu lakukan."

Orang optimis: "Meski terlihat sulit, tapi aku harus tetap optimis. Bukankah jika Indonesia maju, maka kita-pun akan merasakan manfaat dari kemajuan tersebut? Bukankah hal ini menguntungkan anda & aku? Jadi apanya yang salah & mengapa anda begitu membenciku?"

Orang benci: "Kamu ini lebih buruk dari orang bodoh atau apa? Seolah-olah kamu tidak tahu & pura-pura tidak mengerti apa kesalahanmu. Jangan berlagak polos & merasa tidak punya salah seperti itu. Pikirkanlah sendiri apa salahmu & mengapa aku membencimu."

Orang optimis: "Tadi anda bilang omonganku bagaikan tong kosong yang nyaring bunyinya, jadi omonganku selangit tapi kosong artinya."

Orang benci: "Itu salah satunya & jika kamu sudah memahaminya maka seharusnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Jadi jangan pura-pura seperti orang bodoh seperti itu. Dasar tidak tahu diri!"

Orang optimis: "Jika seperti itu, berarti omonganku tidak ada gunanya bagi anda, jadi mengapa anda tidak abaikan saja? Bukankah tadi anda juga bilang membaca tulisanku hanya buang-buang waktu saja? Lalu mengapa anda repot-repot menanggapi & membantah tulisan-tulisanku?"

Orang benci: "Kok jadi berbalik memojokkanku? Siapa juga yang mau membaca & memahami tulisanmu? Aku tidak peduli & tidak sudi melihat tulisanmu apalagi sampai membaca & memahaminya. Jadi jangan coba-coba mengubah pikiranku untuk membaca & memahami tulisanmu."

Orang optimis: "Tapi tulisan-tulisanku tidak berisi & mengarahkan kepada hal-hal negatif malah justru tulisan-tulisanku untuk mengajak orang-orang kepada hal-hal positif & menghindari hal-hal negatif."

Orang benci: "Tadi sudah kubilang bahwa aku tidak peduli & tidak sudi melihat tulisanmu. Jadi untuk apa kamu terus membela diri & mencari-cari alasan untuk mempertahankan tulisanmu dari kritikan & kecamanku serta tidak mengakui keburukan, kesalahan, kekurangan, & kelemahanmu yang aku tunjukkan padamu? Kamu memang orang yang munafik, menampakkan diri pada orang lain agar terlihat berhati baik padahal sebenarnya kamu orang yang berhati buruk, kamu berpura-pura terlihat rendah hati padahal di hatimu kamu meninggi-ninggikan dirimu sendiri, kamu berkata-kata seolah kamu orang yang bersih & suci padahal kamu orang yang kotor, kamu berlagak seperti orang yang terhormat & mulia padahal kamu orang yang memalukan & hina, kamu sok menasehati orang padahal dirimu tidak mau dinasehati, kamu sok benar padahal kamu orang yang banyak kesalahan, semua yang kamu lakukan adalah sandiwara & kepalsuan untuk menipu orang-orang yang tidak berpikir panjang & mudah dibodohi, kamu bersembunyi di balik topeng kesempurnaan untuk menutupi cacat & cela yang ada padamu."

Orang optimis: "Sebanyak itukah kejelekanku?"

Orang benci: "Bahkan lebih banyak lagi jika aku mau mengatakannya semua."

Orang optimis: "Dengan begitu banyaknya kejelekanku yang anda ketahui, berarti anda telah sangat mengenalku?"

Orang benci: "Tentu. Aku sangat mengenali semua kejelekan yang ada pada dirimu. Bahkan aku terkadang merasa muak denganmu. Jadi dalam pandanganku, kamu adalah orang yang tidak ada artinya."

Orang optimis: "Tapi tadi anda berkata bahwa anda tidak mau mengenalku & tidak suka semua hal tentangku, tapi mengapa anda malah mencari tahu kejelekanku?" 

Orang benci: "Kok kamu malah memutar balikkan perkataan? Karena aku tidak suka kamu, maka aku mencari-cari semua kejelekanmu. Jadi kamu jangan mengotak atik & membolak-balik logika sederhana ini."

Orang optimis: "Nah..Kata anda: tidak suka semua hal tentangku & tidak mau mengenalku, jika anda mencari-cari kejelekanku berarti anda mau mengenalku & suka hal-hal jelek tentangku."

Orang benci: "Loh..kok malah kamu membolak-balikkan kata-kataku? Pokoknya aku benci kamu & aku benci semua hal tentangmu. Aku sangat benci dengan semua yang kamu katakan & kamu lakukan. Pokoknya semua hal tentangmu adalah salah & omong kosong."

Orang optimis: "Mana yang salah & cuma omong kosong?"

Orang benci: "Pokoknya semuanya tidak benar & tak berarti apapun."

Orang optimis: "Inti sari tulisanku adalah mengenali potensi diri (minat-bakat & bidang yang dikuasai) kemudian bergerak maju menuju aktualisasi diri. Dari inti sari tulisanku, mana yang tidak benar & tidak berarti?"

Orang benci: "Pokoknya omonganmu itu ngawur semua & tidak bermakna. Jadi kamu tidak usah menanyakan balik, mana yang salah & mana yang benar dari tulisanmu. Tulisanmu itu tidak layak untuk disebarluaskan ke semua orang karena berupa anggapan & pengandaian yang tidak berdasar pada kenyataan."

Orang optimis: "Dari inti sari tulisanku, mana yang berupa anggapan & pengandaian yang tidak sesuai kenyataan?"

Orang benci: "Pokoknya tulisanmu itu tidak ada yang bermanfaat bagiku & kalau hanya menulis seperti itu saja, aku pun bisa melakukannya."

Orang optimis: "Syukurlah jika anda bisa membuat tulisan seperti tulisan yang aku buat. Jadi kita bisa bekerja sama untuk menyadarkan & menginspirasi orang lain untuk ikut bergerak memajukan Indonesia."

Orang benci: "Eits..jangan samakan aku dengan dirimu ya! Aku bukanlah pengobral mimpi indah sepertimu. Aku bukanlah orang yang bermodal omong doang sepertimu. Aku bergerak dengan tindakan nyata, tidak sepertimu yang hanya omong doang & angan-angan kosong tanpa tindakan. Aku memimpin sekian banyak orang di sebuah perusahaan. Aku mengarahkan sekian banyak orang untuk bekerja keras mencapai tujuan perusahaan. Aku berpikir & bertindak nyata untuk memajukan perusahaan. Aku telah membantu karyawan meraih impian mereka, aku telah membantu perusahaan meraih impiannya, & akupun telah berusaha keras meraih impianku sendiri. Jadi bukankah itu artinya aku telah turut serta ambil bagian dalam usaha membangun perekononomian Indonesia?"

Orang optimis: "Jalan hidup kita berbeda. Itu adalah jalan hidup anda & inilah jalan hidupku. Jika anda memaksaku untuk menjadi seperti anda, maka bisa jadi hal itu akan menyulitkanku, begitupun sebaliknya. Tapi jika anda tetap memaksaku, maka jawabku: saat ini, memang inilah yang bisa aku lakukan. Tapi apakah membuat tulisan itu semudah membuat coretan tak bermakna di selembar kertas kosong? Jika sesederhana itu saat membuat tulisan, maka buatlah tulisan tentang gerakan memajukan Indonesia. Bertindak & nyatakanlah ide & pemikiran anda tentang hal itu dalam bentuk tulisan."

Orang benci: "Kamu ini cuma bisa membolak-balikkan pendapat orang lain. Apa kamu tidak punya pendapat lain yang murni berasal dari dirimu sendiri? Dasar tukang jiplak, tukang curi ide orang lain, tukang manfaatin orang lain demi kepentinganmu sendiri!"

Orang optimis: "Omongan anda sekarang terlalu melebar. Dari tadi aku bertanya tapi tidak anda jawab & malah membahas hal lainnya."

Orang benci: "Kamu ini memang tidak tahu diri & tidak tahu malu ya?! Dari tadi aku berkata-kata padamu, tapi kamu tetap saja belum tahu juga maksudku. Pokoknya aku benci sekali padamu & aku tidak mau dengar semua kata-katamu."

Orang optimis: "Baiklah jika begitu. Kebencian anda sudah terlalu menutupi pikiran jernih anda, sehingga apapun yang kukatakan tidak dapat masuk & dicerna di dalam pikiran anda, jadi perdebatan kita percuma & tak ada artinya."

Orang benci: "Haha..akhirnya kamu kalah & menyerah. Makanya, jangan sok-sok-an jadi orang. Orang kemarin sore saja, sudah sok hebat, sok segalanya. Emangnya hal hebat apa yang telah kamu lakukan sehingga begitu sombong & menganggap remeh orang lain?"

Orang optimis: "Maaf, anda salah menilaiku. Memang aku punya kesalahan, kekurangan, kelemahan, & keburukan, tapi aku tidak seperti yang anda katakan barusan."

Orang benci: "Yang menilai seseorang adalah orang lain, bukan dirimu sendiri. Jadi kamu tidak bisa menyangkalnya. Lebih baik kamu sadari penilaian yang orang lain berikan padamu & selanjutnya perbaiki kesalahanmu tersebut."

Orang optimis: "Apakah anda mengira aku orang yang bodoh & memiliki banyak keburukan serta tidak bisa menilai bagaimana diri anda?"

Orang benci: "Iya. Karena aku memiliki banyak pengalaman & telah melakukan banyak tindakan nyata yang belum kamu lakukan serta aku telah selangkah lebih maju darimu yakni aku telah mewujudkan mimpiku sebagai pemimpin & kamu baru sebatas sebagai pemimpi. Aku dengan dirimu tidak selevel & tidak sebanding. Dalam banyak hal, keadaanku lebih baik, lebih tinggi, lebih unggul, & lebih terhormat dibanding dirimu. Kamu hanyalah orang rendah yang bermodal dengkul yang bermimpi di siang bolong ingin memeluk gunung & menggapai bulan."

Orang optimis: "Anda berkata bahwa aku banyak omong, tapi ternyata anda yang lebih banyak omongnya. Kata anda aku ngawur & tanpa dasar, tapi ternyata anda belum mengenalku & bicara ngawur tanpa dasar tentangku & tulisanku. Kata anda aku..." sebelum menyelesaikan omongannya, orang yang benci tersebut menyelanya.

Orang benci: "Cukup..cukup.. karena jam menunjukkan pukul 1 siang kurang 5 menit, jadi masih ada waktu 5 menit perjalanan menuju tempat pertemuan dengan temanku. Oleh karena itu aku harus buru-buru pergi sekarang, karena aku ada urusan penting dengan temanku tersebut." selanya sebagai alasan untuk mengakhiri perdebatan karena merasa tersudut & tak berkutik terkena omongan itu & takut terbongkar semua keburukannya jika perdebatan ini terus dilanjutkan kemudian langsung pergi entah ke mana.

Setelah orang benci tersebut pergi, tiba-tiba temannya datang & menghampiri meja makan orang optimis tersebut untuk mengajak ngobrol sebentar.

Orang ndukung: "Hay! Selamat siang!" Sapanya sambil bersalaman dengan orang optimis.

Orang optimis: "Hay! Siang! Wah! Kebetulan banget kita ketemu di sini. Kamu baru datang apa sudah dari tadi di tempat ini?"

Orang ndukung: "Oh! Aku sudah dari tadi di sini."

Orang optimis: "Benarkah?! Kamu tadi duduk di mana? Kok aku tidak melihatmu?"

Orang ndukung: "Aku duduk di belakangmu & aku mendengar semua pembicaraanmu dengan orang yang benci padamu itu."

Orang optimis: "Oh..begitu."

Orang ndukung: "Sebenarnya aku mau ikut nimbrung ngobrol denganmu untuk membelamu & mendebat kata-katanya. Menurutku, kata-katanya itu sangat kasar & keterlaluan padamu. jika aku yang dikata-katai seperti itu, aku bakalan sangat marah & balik mengata-ngatainya. Hanya saja aku aku tidak jadi ikut nimbrung di tengah perdebatan sengitmu dengannya, karena aku ingin lihat bagaimana sikap & perkataanmu terhadap orang yang membencimu itu seperti apa."

Orang optimis: "Aku dulu sudah sering & biasa mengalami hal seperti tadi. Jadi aku juga memahami mengapa ia bersikap & berkata seperti itu. Aku bersikap & berkata seperti tadi berdasarkan pengalamanku sebelumnya."

Orang ndukung: "Aku kagum dengan sikap & kata-katamu. Sejak awal kata-kata orang benci tersebut sudah terpatahkan tapi kamu tetap sabar menanggapi orang tersebut. & ketika orang tersebut menelanjangi kejelekan yang ada pada dirimu, sebenarnya dia sedang menelanjangi kejelekan yang ada pada dirinya sendiri karena kamu bagaikan cermin baginya, yang merefleksikan balik apa yang dikatakannya padamu."

Orang optimis: "Namanya orang, kan, ada bermacam-macam, salah satunya seperti dia. Dia berkata buruk seperti itu karena dia belum mengerti, coba kalau dia mengerti, maka dia akan berkata baik. Semua ada prosesnya, semoga dia, aku, & kamu mendapat pencerahan atas peristiwa ini. Ohya, ini sudah jam 1 siang, aku harus pergi sekarang."

Orang ndukung: "Ok. Aku juga harus balik ke kantor & terima kasih ya atas waktunya! Meskipun pertemuan kita sangat singkat, tapi begitu padat & berisi. Pikiranku sekarang menjadi tercerahkan & aku menjadi lebih bersemangat di banding sebelumnya. Kamu memang pemberi inspirasi bagiku. Semoga di lain waktu kita dapat bertemu lagi & berbincang-bincang tentang sesuatu hal yang rumit untuk aku uraikan & aku pahami sendiri."

Orang optimis: "Ok!"

Setelah menyelesaikan perbincangan singkatnya, ke duanya pun pergi kepada urusannya masing-masing.

No comments:

Post a Comment