Monday 21 December 2015

Apresiasi ketegasan Gubernur Ahok & kritik agar Gubernur Ahok lebih arif dalam mengayomi rakyat kecil

Di antara sekian banyak pemimpin Indonesia, salah satu orang yang banyak menarik perhatian publik adalah Gubernur Ahok. Beberapa waktu lalu ada satu peristiwa yang terkait dengan kontroversi Gubernur Ahok yakni saat digugat 100 milyar oleh seorang wanita karena merasa dicemarkan nama baiknya ketika disebut maling oleh ahok & karena anak wanita tersebut trauma dengan perlakuan tersebut. Banyak sikap & kata-kata yang dilontarkannya tidak jarang menimbulkan kontroversi di depan publik. Dia tak segan-segan membuat keputusan tegas walaupun harus berlawanan dengan orang banyak bahkan pernah terjadi dia berseberangan dengan partai pengusungnya yang membuatnya memutuskan untuk ke luar dari partai tersebut sehingga sampai beredar isu bahwa keputusannya ke luar dari partai bakal menyulitkan sepak terjang politiknya dalam menjalankan pemerintahannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tetapi berkat sikap tegasnya yang berani membuat gebrakan walaupun harus mendobrak kebiasaan lama, membuat Gubernur Ahok mendapat simpati dari kalangan rakyat maupun pejabat & wakil rakyat. Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ada beberapa perbaikan yang telah dilakukannya melalui sikap tegasnya dalam membuat keputusan & memastikan keputusan itu terlaksana di lapangan, apa yang dilakukannya ini membuat orang-orang segan terhadapnya tapi tak sedikit pula orang-orang yang tidak suka padanya & berusaha mencari titik lemahnya serta menjatuhkannya dengan hal tersebut. Tapi dengan kemampuannya dalam berpolitik & memanfaatkan peluang, hal-hal tersebut tidak menjadi penghalang yang berarti untuk terus melenggang dalam mengatur & membuat kota Jakarta menjadi seperti apa yang jadi visi & misinya. Tidak ada pemimpin yang sempurna, sehingga di samping kelebihan-kelebihannya, pasti ada kekurangan yang dimilikinya. Oleh karena itu, pada diri Gubernur Ahok, kita patut mengapresiasi ketegasannya dalam memimpin Jakarta, meskipun ada juga kebijakannya yang kontroversial yang berlindung di balik undang-undang untuk menggolkan kepentingan pihak tertentu.

Visi & misi Gubernur Ahok bisa dilihat dari latar belakangnya, sebagai contohnya, di sini dikemukakan visi & misi penulis, jika dilihat dari latar belakangnya, penulis pernah memiliki pengalaman dengan beberapa perempuan & ketertarikan pada kemajuan Indonesia, sehingga visi & misi penulis adalah tentang berpoligami & memajukan Indonesia yang bisa pembaca lihat uraian & gambarannya pada http://duniataufiq.blogspot.com & http://majulah-indonesiaku12.blogspot.com. Secara sederhana, visi adalah impian yang ingin kita capai/wujudkan sedangkan misi adalah cara/jalan yang kita tempuh untuk mencapai/mewujudkan impian tersebut. Jika diuraikan secara sekilas, untuk mencapai/mewujudkan impian penulis & menjalankan misi penulis dalam memajukan Indonesia, maka penulis terjun ke dunia tulis menulis. Penulis menuangkan ide & pemikirannya ke dalam tulisan mengenai gerakan memajukan Indonesia. Penulis membuat tulisan-tulisan tersebut dalam rangka menggugah & menyadarkan para pembaca untuk bangun & bergerak memajukan Indonesia. Sehingga harapannya setelah membaca tulisan penulis, para pembaca dapat tergugah & tersadar untuk melakukan gerakan memajukan Indonesia. Begitupun dalam hal poligami, setelah membaca tulisan yang penulis buat, para pembaca diharapkan dapat menyadari bahwa poligami merupakan solusi bagi para pria yang ingin memiliki beberapa perempuan sekaligus tanpa harus melakukan perselingkuhan. Dengan demikian, jika ingin mengetahui visi & misi Gubernur Ahok, dapat dilihat dari latar belakang agama, ras, & status sosialnya. Dari hal itu kita akan memahami mengapa Gubernur Ahok membuat kebijakan kontroversial yang tidak populer bagi pihak tertentu, yang dilakukan demi tercapainya visi & terlaksananya misi yang dia punya.

Jika berpegang pada pedoman bahwa setiap warga berkedudukan sama di mata hukum & akan mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hak & kewajibannya masing-masing, maka warga Jakarta yang berada di bawah naungan kepemimpinan Gubernur Ahok, berhak diperlakukan secara adil & tanpa berat sebelah. Oleh karena itu warga Jakarta berharap tidak ada perlakuan pilih kasih yang membatasi gerak pihak tertentu & melonggarkan pihak yang lain karena Gubernur Ahok adalah milik rakyat Jakarta seluruhnya & bukan milik kalangan tertentu saja. Gubernur Ahok adalah milik kalangan mayoritas & sekaligus milik kalangan minoritas. Gubernur Ahok harus memperjuangkan kepentingan masyarakat mayoritas & juga memperjuangkan kepentingan masyarakat minoritas. Gubernur Ahok harus membela hak golongan mayoritas maupun golongan minoritas. Gubernur Ahok diharapkan tidak pandang bulu dalam mengatur & memimpin semua warga Jakarta yang terdiri dari beragam agama, suku, ras, baik yang mayoritas maupun yang minoritas, karena warga Jakarta & orang Indonesia lainnya disatukan oleh semboyan bhineka tunggal ika yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Perbedaan yang ada, tidak membuat kita terpecah belah tetapi perbedaan itu kita gunakan sebagai kekuatan untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain dalam mencapai kemajuan di Jakarta & di seluruh Indonesia.

Selain kontroversi kebijakan yang dilakukan dalam mencapai visi & melaksanakan misinya seperti yang telah disebutkan di atas, sikap Gubernur Ahok dalam menanggapi permasalahan juga tidak sedikit yang menimbulkan kontroversi. Jika diibaratkan, rakyat kecil laksana anak bagi pemimpinnya yang butuh dibimbing & diarahkan. Jika ada anak kecil yang nakal, apakah anak kecil tersebut serta merta langsung diberi hukuman berat ketika berbuat salah? Bagi rakyat biasa yang berpendidikan & hidup berkecukupan, ketika melakukan kesalahan di hadapan pemimpinnya, mereka masih bisa mengelak & membela diri, tapi bagi rakyat kecil yang lemah & hidup berkekurangan mana bisa mereka mengelak & membela dirinya ketika berbuat kesalahan? Katakanlah rakyat kecil tersebut masih bisa mengelak & membela diri, tapi bukankah jika dibandingkan dengan wewenang & kuasa yang dimiliki oleh pemimpin tersebut, rakyat kecil tetaplah rakyat kecil yang lemah & tak berdaya? Lalu apakah seorang pemimpin masih tega menghukum rakyat kecil yang lemah & tak berdaya untuk suatu masalah yang masih bisa diabaikan & tidak perlu ditanggapi secara serius?

Kasus gugatan 100 milyar kepada Gubernur Ahok oleh seorang wanita yang merasa dicemarkan nama baiknya, tidak sampai terjadi seandainya Gubernur Ahok pada waktu itu tidak mudah terpancing emosinya. Tapi apa mau dikata, karena Gubernur Ahok terkenal dengan ceplas ceplosnya & sikap emosionalnya, maka terjadilah peristiwa ucapan kata-kata Ahok yang menyudutkan si wanita yang dianggap wanita tersebut sebagai pencemaran nama baik. Sebagai kepala pemerintah tingkat provinsi, sikap & kata-kata Ahok kepada wanita tersebut yang hanya sebagai rakyat kecil & bukan siapa-siapa, terlihat terlalu berlebihan. Jika diumpamakan sang pemimpin sebagai bapak & sang rakyat kecil sebagai anak, maka ketika sang anak berbuat salah, apakah sang bapak harus memarahinya habis-habisan & memberinya hukuman berat? Bagi sang anak, diperlakukan dengan cara mendiamkannya/tidak mengajaknya bicara saja sudah merupakan hukuman yang berat, apalagi jika sampai dimarahi & dihukum yang merupakan hukuman sangat berat, yang hanya pantas diberikan untuk kesalahan yang sangat fatal. Jadi jika ada rakyat kecil yang melakukan kesalahan kecil & tidak penting, seyogyanya Gubernur Ahok dapat lebih menahan diri & kontrol emosi agar dapat bersikap arif dalam mengayomi rakyat kecil yang masih butuh bimbingan & arahan.

Sikap tegas & serius Gubernur Ahok lebih pantas ditujukan untuk permasalahan penting serta terhadap kalangan berpendidikan & mapan yang melakukan pelanggaran, bukannya ditujukan untuk permasalahan yang bisa diabaikan serta terhadap rakyat kecil yang lemah & tidak berdaya. Rakyat kecil yang lemah & tidak berdaya meskipun terkadang dapat memancing emosi tetapi bagi seorang pemimpin yang arif, maka ia akan menghadapinya dengan sikap sopan & penuh simpati. Pemimpin tersebut akan berusaha mendengar keluhan-keluhan rakyat kecil tersebut & mencoba menenangkan gejolak batinnya atas ketidakpuasan yang dirasakannya untuk kemudian dicarikan solusi dalam mengatasi permasalahan yang sedang dialaminya tersebut. Bagi seorang Gubernur yang memiliki wewenang & kuasa besar, bukankah masalah kecil yang dialami rakyat kecil tersebut adalah sesuatu yang mudah untuk ditangani? Jika sejak awal sang Gubernur menyisihkan emosinya sejenak & bersikap arif, maka rakyat kecil tersebut bisa diberi penjelasan yang dapat dipahaminya, untuk membimbing & mengarahkannya kepada apa yang seharusnya dia lakukan. Jika Gubernur Ahok dapat bersikap arif & adil dalam mengayomi seluruh rakyatnya, maka dirinya akan menjadi sosok pemimpin ideal yang dimpikan oleh rakyatnya. Jika hal ini terjadi & seluruh pemimpin daerah di negeri kita juga melakukan hal yang sama, maka impian untuk memajukan Jakarta & daerah masing-masing, ada di depan mata, & kita tinggal menggapainya  untuk meraih impian yang lebih besar lagi yakni untuk memajukan Indonesia.

No comments:

Post a Comment